1 Prolog

Tusk

Naraka zamrud adalah tanah perburuan.

Namun tak ada yang dapat memastikan siapa yang pemburu dan mangsa diantara mereka.

Apakah para ghuast adalah pemburu dan pendekar yang berkunjung adalah mangsa?

Ataukah sebaliknya para pendekar adalah pemburu dan ghuast yang bersarang adalah mangsa sesungguhnya?

.

.

.

Bulan bersinar terang dilangit yang cerah, namun cahayanya tak dapat menyentuh daratan ini karena terhalang dedaunan rimbun Naraka zamrud. Bersamaan dengan suara gemerisik daun, Tusk sang ketua kelompok memimpin didepan menembus hutan belantara paling terkutuk di tanah Udjnia.

Langkah kakinya stabil walaupun dia membawa beban berat zirah dibeberapa bagian tubuhnya, juga beban moral membawa bawahannya pergi ketempat ini. Mereka sudah dilatih dibawah panji kaisar bahkan juga diberikan peralatan berupa zirah sisik, helm serta senjata yang terbuat dari perunggu berkualitas terbaik.

"Tapi tombak ini dibuat untuk menghadapi manusia dan bukannya monster," keluh Tusk. Ia mengutuk para petinggi yang mengirim mereka kesini. Serta mengutuk para 'pendekar' yang terlalu lemah sampai-sampai tentara seperti mereka diterjunkan untuk melawan Ghuast.

"Jadi berapa lama lagi kita akan berjalan ketua?" salah satu bawahannya berkata dengan nada tegas, namun ada sedikit nada lelah didalamnya... juga keraguan dan rasa takut.

"Zirah ini juga membuat perjalanan kita makin sulit, apalagi greave ini membuat berat kaki saja!" keluh temannya disamping yang memanggul beberapa lembing dipunggungnya.

"Jangan mengeluh, aku tau kalau tidak biasanya kita berjalan dengan zirah lengkap saat perjalanan tapi ini bukan musuh yang biasa, mereka bisa saja menyergap dan menggigit habis kepalamu kalau kau lupa memakai helm," Tusk berkata walaupun sendirinya tak yakin kalau zirah yang ia kenakan cukup untuk menahan cakar dari makhluk penunggu disini.

"Kalau pelindung itu penting, kenapa kita malah membawa perisai yang lebih kecil?" tanya bawahan Tusk sambil menunjuk perisai dengan tombaknya, perisai kayu berlapis perunggu berbentuk seperti angka delapan.

"Karna... si pendekar bilang kalau perisai tipe aspis itu kurang cocok dipakai di hutan belantara, dan bukannya kalian yang dari tadi mengeluh kalau perisai itu terlalu berat!" Tusk mulai tersulut amarahnya, "Hei! Berapa lama lagi sebelum sampai di tujuan?" ia bertanya pada sang pendekar yang menjadi pemandu mereka.

Pendekar itu hanya dipersenjatai tombak seadanya serta zirah kulit yang nampak lusuh, walau begitu ialah yang paling berpengalaman diantara mereka soal menjelajahi wilayah ini. "Tenang pak! Kita sudah berada dijalur yang benar," dia berkata, "akupun yakin kalau makhluk itu kini sudah menyadari keberadaan kita"

Mendengar kata-kata si pendekar membuat para prajurit menjadi tegang dan menggenggam senjata mereka lebih erat.

"Kenapa kalian terlihat tegang?" bawahan Tusk berkata mantap. "Mau musuhnya sekedar hewan buas atau monster ghuast sekalipun kitakan juga punya monster kita sendiri," tukasnya sembari memandang kearah ketuanya, "Iya kan...? Tusk sang satria hitam."

Lalu sesudah kata itu terucap, maka para langsung menegakkan tubuh dengan percaya diri "Dan tanpa ketuapun kitakan pasukan hoplite, mau musuh apapun kita harus tetap tegak berdiri dan menghadang dengan perisai kita."

Kalian bicara apasih..." utas Tusk yang agak kesal dengan omongan bawahannya, namun seutas senyum tercetak diwajahnya melihat antusias mereka.

"Kita sudah sampai" sang pendekar berhenti, dengan tombaknya ia menunjuk kearah padang rumput dikelilingi oleh lebatnya hutan. Tanpa kanopi tempat itu cukup terang karna sinar rembulan dan tepat ditengahnya adalah makhluk aneh yang menjadi buruan mereka.

Seekor makhluk aneh yang bahkan lebih besar dari seekor kerbau dan penuh dengan bulu lebat kemerahan. Ada tanduk melingkar yang juga besarnya abnormal memahkotai kepalanya.

"Grrrr..." menyadari kehadiran mereka ghuast tersebut menggeram. Lalu bangkit ... terus bangkit disokong oleh kaki belakangnya yang berkuku domba dan berdiri layaknya beruang. Tusk pernah melawan beruang sebelumnya dan ia tahu kalau beruang tak memiliki tanduk juga ekspresi haus darah seperti makhluk didepannya"

"GRO...AAHH!!!" Kaki Ghuast langung menginjak bumi dan menerjang dengan cepat, selagi berusaha mengarahkan tanduknya unuk mengoyak-ngoyak para prajurit yang terpaku didepannya.

"Unit perisai! Posisi bertahan!," serta merta dengan perintah Tusk itu, enam prajurit mengambil perisai dipunggung mereka dan membentuk dinding pertahanan walau perisai yang agak kecil hanya melindungi bagian atas tubuh mereka. "Hunuskan tombak!" lalu diantara celah perisai yang saling tumpang-tindih keluarlah mata tombak yang berkilat disinari rembulan.

"Siapkan artileri," Tusk yang berkeringat dingin mendengar derap langkah ghuast yang mendekat memerintahkan dua prajurit yang berlindung dibaris belakang, "Bidik! Lempar!" Kedua prajurit mulai melesatkan lembing dengan bantuan atlat dengan sasaran kepala ghuast.

Namun lembing tersebut jatuh ketanah akibat ditangkis dengan tanduk besar sang ghuast seolah itu hanya kerikil, sekarang Tusk sadar kenapa pendekar lebih menyarankan artileri berupa lembing dibandingkan anak panah.

Walau begitu, sang ghuast kehilangan momentum akibat menangkis serangan tadi dan kini berhenti tepat didepan barisan perisai mereka, dan tanpa perlu aba-aba para hoplit segera menusuk-nusuk kepala sang monster.

"Serang! Ini kesempatan kita" Tusk berhasil menusuk mata kiri makhluk itu dan terus membuat sang monster kepayahan balik menyerang. Sang monster mengamuk mengaum sejadi-jadinya, sekarang dia berusaha mencakar bagian bawah yang tak terlindungi perisai, namun hanya desing logam yang dia dapat karna cakarnya tertahan oleh greave yang melindungi kaki prajurit.

Sekali lagi ghuast berdiri dan mencakar dari atas dengan kaki depannya namun berhasil dihentkan dengan tusukan bertubi-tubi dan si pemandu ikut membantu menebas tangan ghuast memakai tombak yang pisaunya berbentu daun, lebih cocok untuk menebas dibandingkan menusuk.

"Groahh..." kini diapun mundur dengan meringis dan kembali keposisi merayap sembari kini tanduknya yang melingkar mulai memanjang menyantuh bagian bawah perisai hoplit, dengan tiba-tiba ia berdiri! Mengungkit perisai dan membuat benda itu terlempar keatas berikut dengan penggunanya.

"Akkkhhhh...!!" si pengguna perisai malang itu hanya dapat berteriak saat tubuhnya mulai jatuh dan kini menghantam dahan pohon besar lalu merosot jatuh dan menghantam tanah. Tusk dan yang lain hanya menatap horor mendengar punyi leher rekan mereka patah saat ia jatuh.

"Semuanya, tutup bagian yang terbuka!" Kini barisan phalanx mereka tertembus, maka ghuast itu berdiri tepat dihadapan meneringai kearah Tusk yang membutakan mata kirinya. Kini dengan cepat ia menghantamkan tanduknya dari atas menuju Tusk yang terpaku, namun pria itu refleks menahan tandukan tersebut dengan perisainya.

"Gakh! Kuat sekali...!" Tanduk monster dan perisai prajurit beradu, gema yang Tusk dengar menyadarkannya kalau tanduk ang monster telah menembus lapisan perunggu dan kini tanduknya tersangkut di lapisan kayu, bahkan tanduk itu telah menusuk lengan kirinya yang terikat ke perisai dibuktikan dengan darah yang mengalir disela lubang hasil tandukan tadi.

"Akh... sial, perisaiku tersangkut." Tusk kini diangkat oleh ghuast keudara, dan iapun berusaha melepaskan perisai dari tangan kirinya, kakinya yang masih sakit menahan sundulan ghuast kini berayun berusaha menginjak wajah bengisnya.

"Ketua!" Tusk yang setengah sadar karna menahan letih kini mendengar teriakan khawatir bawahannya yang berusaha menusuk sang monster namun upaya mereka membuat ghuast makin mengamuk dan kini menghempaskan manusia yang menginjak wajahnya kearah pepohonan.

Dentuman keras mengisi kesunyian malam saat Tusk berguling ditanah dan punggungnya menghantam batang pohon dengan keras akibat dihempaskan paksa. Zirah yang ia kenakan hanya berfungsi menahan serangan benda tajam, namun tidak melindunginya dari hempasan sang monster yang kini membuat memar tubuhnya.

"Ugh.., grakhh.. ." Dari posisinya sekarang ia memandang penuh amarah pada ghuast yang kini menghabisi bawahannya tanpa ampun, mereka kini terpencar, moral mereka runtuh melihat sang ketua yang diandalkan telah dihempaskan dengan mudahnya ketanah.

"Aaaahh..." pajurit yang pemberani masih perjuang berusaha menusukkan tombaknya kearah ghuast,namun cakar makhluk itu menepis tombak serta menyerang prajurit dengan tanduknya. Kini monster melakukan hal yang sama pada prajurit yang lainnya, ia akan berdiri dengan kaki belakang berkukunya itu, memakai lengan depannya untuk menepis tombak dan menanduk kepala prajurit dari arah atas.

Tusk hanya dapat menatap para bawahannya dihabisi, nafasnya ngos-ngosan, tanagnnya kesemutan akibat menahan tandukan dengan perisai. Ia susah berdiri namun kakinya sakit setelah dihempaskan oleh monster. Dan ia yakin bunyi aneh saat ia berusaha berlutut adalah bunyi tulangnya yang remuk karna tadi dibanting kesana-kemari.

"Ketua tolong!" teriak seorang prajurit yang berlari kearahnya sebelum sedetik kemudian si ghuast menanduk prajurit tersebut tepat kearah Tusk berlutut. Melihat mayat disampingnya, hati Tusk dipenuhi amarah dan iapun berdiri dengan membalas dendam sebagai tujuan.

"Grrrr..." Seusai membantai prajurit lain kini ghuast menatap kearah Tusk dengan mata kanannya dan kemudian menyeringai. Monster itu berjalan pelan dengan merayap menahan sakit dipunggungnya, setelah jarak mereka kurang dari semeter makhluk itu berhenti dan berdiri dengan dua kakinya, dari atas ia memandang rendah pada Tusk yang kini mempersenjatai diri dengan menjarah mayat disampingnya.

"Makhluk sialan!" Tusk memandang balik dengan pedang terancung. "Kau marah karna kami mengambil matamu, eh...?" Iapun mulai mengambil kuda-kuda dengan perisai dan pedang ditangannya, tak lupa membatin memanjatkan doa kepada para dewa, semua demi memengal kepala makhluk didepan mata.

"AAAAAAA!!!" Teriakan sang prajurit seolah mewakilkan dendam membara bersama dihatinya.

"GROAAAAAAH"

Bersama dengan teriakan yang saling bersambut, sang prajurit dan ghuast berlari kearah mangsa masing-masing, dengan pedang dan cakar kini siap beradu. Esok hari tanah Naraka zamrud akan becek karena darah sepasang pemburu yang kepalanya dikuasai nafsu haus darah.

Naraka zamrud adalah area perburuan, mereka yang masuk harus menjadi pemburu, karena siapapun yang tergolong mangsa tak akan kembali hidup-hidup dari hutan terkutuk ini.

avataravatar
Next chapter