1 Awal Peperangan

"Bagaimana, ma? Apa aku pantas mengenakan gaun ini?" tanya Olivia kepada mamanya sambil berkacak pinggang dengan sedikit berputar-putar di depan sebuah kaca oval di dalam kamar tidurnya. Ratu Emilia segera menoleh ke putri semata wayangnya itu, lalu dia menghampirinya dengan meletakkan sulamannya di atas meja di hadapannya. Di saat ini, Raja Phillip sedang tertidur pulas di dalam kamarnya Ratu Emilia, istrinya.

"Kamu pantas mengenakan gaun apapun, karena kamu cantik sekali, sayang!" kata Ratu Emilia dengan memegang kedua pinggang anaknya itu, lalu mencium pipi kanannya.

"Iya, dong! Kan Olivia anak mama," jawab Putri Olivia sambil menoleh ke mamanya di sampingnya, lalu dia dan mamanya tertawa riang.

"Pangeran Matius akan menemuimu lagi ya sayang?" tanya mamanya.

"Iya, dia akan datang ke sini besok pagi dan mengajakku ke danau Buena seperti yang dia katakan di suratnya kemarin." jawab Putri Olivia kepada mamanya, lalu tersipu malu.

"Oohh begitu ya! Rupanya besok ada seorang pangeran tampan akan datang ke hati anak mama yang cantik ini!" kata Ratu Emilia masih memegang pinggang Olivia sambil menyentuh hidung mancung anaknya itu dengan jari telunjuk kanannya, lalu keduanya saling bertatap mata dan tertawa riang bersama lagi.

Seorang wanita pelayan telah menguping percakapan Ratu Emilia dengan Putri Olivia dari luar kamar tersebut saat hendak mengetuk untuk mengantarkan satu selimut dan segelas susu hangat seperti biasanya setiap malam pesanan Putri Olivia menjelang tidur.

Setelah dirasa cukup oleh si pelayan itu menguping percakapan Ratu Emilia dan Putri Olivia, dia segera mengetuk pintu kamarnya Putri Olivia untuk memberikan pesanannya. Sekembalinya dari kamar Putri Olivia, si pelayan itu segera memberitahukannya kepada seorang penasehat Raja Phillip bernama Rosario mengenai kedatangan Pangeran Matius besok menemui Putri Olivia. Rosario sudah lama memendam perasaan cinta kepada Putri Olivia, tapi selalu ditolaknya. Karena sakit hati, Rosario akan terus menggagalkan hubungan Putri Olivia dengan Pangeran Matius.

Keesokan paginya sekitar pukul 07.30, Pangeran Matius bersama beberapa prajurit berkuda pengawal pilihannya sendiri menuju ke kerajaan Tanibar yang merupakan kerajaan pimpinan Raja Phillip. Beberapa prajurit pedang penjaga pintu gerbang kerajaan Tanibar menahan sementara Pangeran Matius dan prajurit-prajuritnya, sedangkan dua prajurit penjaga pintu gerbang yang membawa tameng dan tombak segera melaporkan kedatangan Pangeran Matius bersama prajurit-prajurit berkuda pengawalnya ini ke Raja Phillip.

Karena Raja Phillip sudah mengetahui maksud kedatangan Pangeran Matius ke kerajaannya dari putrinya tadi malam, dua prajurit bertameng dan bertombak itu kembali untuk membuka pintu gerbang. Hanya Pangeran Matius yang boleh masuk ke istana kerajaan Tanibar, sedangkan prajurit-prajurit berkuda pengawalnya ditahan sementara di luar oleh prajurit-prajurit penjaga pintu gerbang dan senjata-senjata mereka dirampas.

Di dalam istana kerajaan Tanibar, Pangeran Matius dijamu oleh Raja Phillip. Putri Olivia dan Mamanya juga menemuinya. Mereka berempat pun makan bersama di ruang makan di dalam istana kerajaan Tanibar. Rosario berdiri di samping Raja Phillip untuk memberikan nasehat-nasehat kepadanya bila diperlukan. Di saat sedang makan, Pangeran Matius menyampaikan niatannya untuk segera melamar Putri Olivia kepada Raja Phillip dan Ratu Emilia.

Rosario yang sejak tadi berdiri di samping Raja Phillip, membisikkan sesuatu kepadanya dengan kedua matanya tajam menatap Pangeran Matius. Rosario mengatakan kepada Raja Phillip bahwa perkenalan Pangeran Matius dengan Putri Olivia masih belum lama. Raja Phillip sepakat dengan apa yang barusan dikatakan Rosario.

Raja Phillip segera memutuskan bahwa Pangeran Matius lebih baik bersahabat dulu dengan Putrinya, karena niat Pangeran Matius untuk segera melamar Putri Olivia terlalu cepat dirasa. Putri Olivia yang menunggu keputusan ayahnya dengan hati berdebar-debar sejak tadi kini agak mendongkol, tapi dia berusaha menenangkan diri dan mematuhi apa yang telah diputuskan Ayahandanya yang berambut dan berjenggot putih serta berwibawa itu. Namun, keinginan Pangeran Matius untuk mengajak Putri Olivia ke danau Buena tidak dilarang oleh Raja Phillip.

Kerajaan Tanibar yang masuk di wilayah Negeri Abad memiliki tanah yang subur dan pemandangan-pemandangan alam yang indah, seperti Danau Buena, Air Terjun Kawai, Pantai Loka, Bukit Rosenhill, Padang Rumput Hiquinno, dan sebuah deretan pulau berbentuk lancip yang bernama Pulau Axel di belakang kerajaan Tanibar.

Kerajaan Tanibar terletak di sebuah pulau yang bernama pulau Barbatos. Pulau tersebut dihuni oleh kerajaan-kerajaan dan suku-suku primitif dan terbagi ke dalam dua Negeri, yaitu Negeri Abad dan Negeri Dakan. Setiap kerajaan dan suku memiliki wilayahnya masing-masing. Kerajaan Tanibar juga memiliki hasil tambang yang sangat melimpah, seperti besi, emas, minyak bumi, dan intan. Namun, kesemuanya itu masih belum tereksploitasi dengan baik.

Danau Buena merupakan salah satu keindahan alam yang dimiliki oleh kerajaan Tanibar. Danau Buena dikelilingi pohon-pohon cemara dan berbagai jenis tulip warna-warni yang tumbuh liar di sekitar danau tersebut. Pohon-pohon dengan dedaunan berwarna merah, kuning, dan hijau juga berjejer rapi di sekitarnya. Selain itu, dua pasang angsa berwarna hitam dan putih yang ketika pagi dan sore hari seringkali berenang-renang di danau yang jernih itu sambil diikuti anak-anaknya masing-masing di belakangnya.

Beberapa ekor rusa dan burung-burung kicau kadangkala menampakkan diri di area sekitar danau yang indah tersebut. Di pagi itu, Pangeran Matius dan Putri Olivia bersama-sama menuju ke danau Buena dengan menunggang kuda kesayangannya masing-masing dan dikawal beberapa prajurit berkudanya masing-masing yang membawa pedang dan berpakaian kebesaran kerajaannya masing-masing dari belakang.

Tidak beberapa lama kemudian, mendung sedang bergelayut di langit dan menutupi sebagian wajah sang mentari pagi yang tadi bersinar dengan gagahnya. Sinarnya ada yang menerobos di sela-sela mendung yang tidak terlalu pekat tersebut. Beberapa saat kemudian, hujan rintik-rintik turun dengan terbawa angin kencang ke sana kemari. Di kala itu, terlihat pelangi berdiri dari arah barat ke timur dengan warna-warnanya yang sangat tampak jelas. Dua pasang angsa masih berenang bersama anaknya masing-masing di danau Buena, satu pasang angsa yang berwarna putih ada di tengah danau bersama tiga ekor anaknya dan satu pasang angsa lainnya yang berwarna hitam ada di tepi danau bersama dua ekor anaknya.

Di danau itu juga terdapat beberapa teratai yang sebagian diantaranya berbunga. Di tepi danau yang alami tersebut, beberapa ekor kupu-kupu berwarna-warni saling berkejar-kejaran dan sesekali hinggap di atas bunga-bunga tulip. Pada saat ini, Pangeran Matius dan Putri Olivia sedang duduk di atas tanah berumput di bawah sebuah pohon yang daunnya berwarna merah.

Tiupan-tiupan angin kencang telah menggugurkan beberapa daun ke bawah mereka berdua dan di sekitarnya bak sebuah pemberkatan. Di pagi itu, burung-burung kicau sedang berkicau dengan merdu dan riang di ranting-ranting pohon cemara di dalam hutan cemara sambil melompat-lompat dari satu ranting ke ranting lainnya. Pada saat itu juga, ada seekor anak rusa dan induknya sedang berlari masuk ke dalam hutan cemara itu ketika melihat ada sepasang manusia yang sedang memadu kasih di tepi danau yang indah itu.

Perlahan-lahan pagi kini sudah berganti siang. Mendung yang sedikit pekat tidak jadi meneteskan hujan lebat. Mendung tadi telah berpindah menuju ke Selatan. Pelangi yang terlihat gagah juga sudah menghilang. Sang mentari kini bersinar dengan teriknya. Setelah puas menikmati keindahan alam yang disuguhkan di danau Buena sambil bermesra-mesraan dan sesekali bersenda gurau,

Pangeran Matius dan Putri Olivia segera kembali ke istana kerajaan Tanibar. Setelah sampai di istana kerajaan Tanibar, Pangeran Matius pamit pulang kepada Raja Phillip, Ratu Emillia, dan Putri Olivia sendiri. Prajurit-prajurit berkuda pengawal Pangeran Matius segera dibebaskan prajurit-prajurit penjaga pintu gerbang kerajaan Tanibar dan senjata-senjata mereka yang sempat dirampas sementara segera dikembalikan.

Raja Phillip dengan Raja Edward ayah angkatnya Pangeran Matius yang memerintah kerajaan Zanzibar dulu memiliki hubungan yang sangat baik. Tetapi, kedua Raja itu sudah cukup lama tidak bertemu kembali semenjak Raja Edward menjalin hubungan dengan Raja Marvellius yang memerintah kerajaan Sinsibar. Awal pertemuan Pangeran Matius dengan Putri Olivia adalah dulu ketika Raja Edward bersama putra angkatnya itu berkunjung ke kerajaan Tanibar untuk bertukar pikiran. Pada saat itu, Raja Edward memperkenalkan Pangeran Matius kepada Raja Phillip, lalu Raja Phillip memperkenalkan Putrinya kepada Raja Edward dan Pangeran Matius ketika Putri Olivia berjalan keluar dari dalam kamarnya menuju luar istana kerajaan untuk berlatih berkuda.

Pada saat itu juga, Pangeran Matius jatuh hati kepada Putri Olivia karena kecantikannya, begitu juga sebaliknya, Putri Olivia juga jatuh hati kepada Pangeran Matius karena ketampanannya. Tetapi, keinginan Pangeran Matius untuk melamar Putri Olivia ditampik Raja Edward, karena Ayahanda angkatnya itu akan menjodohkannya dengan putrinya Raja Marvellius. Pangeran Matius menolaknya. Raja Edward tidak merestui cintanya Pangeran Matius kepada Putri Olivia.

Ketika Raja Phillip, Ratu Emillia, dan Putri Olivia menuju ke serambi atas kerajaan Tanibar untuk melihat-lihat pemandangan di sekitarnya sambil berbincang-bincang, Rosario yang dari dulu memendam perasaan kepada Putri Olivia membicarakan mengenai rencananya untuk menggagalkan pernikahan mereka berdua di dalam istana kerajaan Tanibar bersama para anteknya yang anti terhadap Raja Phillip.

Rosario berencana meminta bantuan kepada Kapten Pieter sahabatnya dari Negeri Allemant yang sudah lama tinggal di pengungsian penduduk Negeri Allemant di balik gunung Gori untuk menguasai kerajaan Tanibar terlebih dahulu. Negeri Allemant asal letaknya cukup jauh dari kerajaan Tanibar. Beberapa penduduknya diungsikan ke wilayah Negeri Dakan di balik gunung Gori karena penduduk di Negeri Allemant asal sudah padat dan hal ini sebagai upaya untuk memperluas wilayah kekuasaannya sedikit demi sedikit.

Negeri Allemant memiliki peradaban yang lebih maju dari Negeri Abad dan Negeri Dakan. Dengan berbekal seadanya, Rosario pura-pura minta izin berburu kepada Raja Phillip bersama dengan beberapa prajurit berkuda anteknya menuju ke perkampungan Negeri Allemant di balik gunung Gori. Sebelum dapat menemui Kapten Pieter, Rosario diinterogasi terlebih dahulu oleh beberapa pasukan bersenjata senapan laras panjang bersangkur di depan pos penjaga perkampungan.

Senjatanya Rosario dan prajurit-prajurit berkuda anteknya dirampas sementara beberapa pasukan penjaga pos perkampungan pengungsian Negeri Allemant. Dua pasukan Negeri Allemant mengantarkan Rosario untuk menemui Kapten Pieter yang ada di dalam sebuah barak terbesar di antara barak-barak lainnya dekat dengan perkampungan. Tidak beberapa lama kemudian, Rosario bertemu dengan Kapten Pieter. Kapten Pieter mempersilakan dia duduk di hadapannya.

"Apa maksud kedatanganmu ke sini, Rosario?" tanya Kapten Pieter kepadanya. Dua pasukannya berdiri di belakangnya sebagai penjaga satu-satunya Kaptennya yang berkuasa di perkampungan pengungsian penduduk Negeri Allemant.

"Cepat katakan kepadaku. Aku tidak punya waktu banyak." kata Kapten Pieter dengan tegas.

"Aku minta bantuanmu untuk menguasai kerajaan Tanibar, sobat." jawab Rosario. Kapten Pieter diam sejenak sambil menghisap cerutunya dengan menatap tajam kedua mata Rosario yang sedang dipenuhi dengan kebencian dan ketamakan.

"Aku juga ingin menjauhkan Putri Olivia dari kekasihnya untuk aku nikahi." kata Rosario.

"Apa bagianku bila aku berhasil membuatmu menjadi Raja di kerajaan Tanibar dan menikahi Putri Olivia?" tanya Kapten Pieter dengan mengeluarkan asap dari cerutu yang dihisapnya.

"Separuh hasil tambang, alam, dan pertanian di kerajaan Tanibar akan aku serahkan sebagai upeti setiap tiga bulan kepadamu, sobat!" jawab Rosario dengan penuh semangat dan sangat meyakinkan.

"Hemmm….baiklah! Aku turuti permintaanmu! Tetapi, bila kamu tidak menepati janjimu, kamu nanti akan tahu sendiri akibatnya!" kata Kapten Pieter kepada Rosario.

"Aku berjanji dengan sepenuh hati, sobat! Aku tidak akan mengkhianatimu! Percayalah, sobat!" jawab Rosario.

"Baiklah, aku pegang janjimu!" kata Kapten Pieter. Setelah itu, Rosario segera membicarakan strategi-strategi apa yang akan dilakukan nanti untuk menguasai kerajaan Tanibar kepada Kapten Pieter.

"Kapan kita mulai menerapkan strategi-strategimu itu, Rosario?" tanya Kapten Pieter kepada Rosario. Kapten Pieter juga ingin meluaskan jajahannya. Oleh karenanya, Kapten Pieter menuruti permintaan Rosario, karena dia merasa hal ini merupakan kesempatan emas baginya.

"Aku mau besok pagi, sobat!" jawab Rosario.

"Baiklah! Besok aku akan segera menyiapkan pasukan-pasukanku!" jawab Kapten Pieter.

"Besok jemput aku dan pasukan-pasukanku di padang rumput Hiquinno!" pesan Kapten Pieter kepadanya.

"Baiklah, sobat!" sanggup Rosario. Setelah itu, Rosario segera pamit kepada Kapten Pieter. Saat ini adalah saat yang tepat untuk merebut kerajaan Tanibar, dalam hati Rosario.

Di malam harinya, saat hujan turun cukup lebat dengan disertai petir menyambar-nyambar dan diikuti gemuruh-gemuruhnya, Pangeran Matius sedang menulis puisi-puisi cinta pada beberapa lembar kulit kayu pohon oak yang sudah dikeringkan sebelumnya untuk Putri Olivia di meja di dalam kamarnya sambil sesekali mengumpankan kayu-kayu bakar yang ada di samping bawah kursinya ke sebuah tungku perapian di sampingnya agar api tetap menyala sebagai penghangat badannya, karena hawa dingin sedang merasuk ke dalam kamar Pangeran itu melalui ventilasi-ventilasi udara.

Pangeran Matius pintar sekali membuat puisi. Menulis puisi bukanlah sesuatu yang baru bagi dirinya, karena Pangeran Matius sudah sejak umur 12 tahun gemar menulis puisi. Sejak berkenalan dengan Putri Olivia, Pangeran Matius sering mengirimkannya untuknya sebagai ekspresi cintanya kepadanya. Putri Olivia sangat menyukai puisi-puisi cintanya kekasihnya itu. Setelah selesai menulis puisi,

Pangeran rupawan dan gagah berani yang baik hati itu memberikan lembaran-lembaran kulit pohon oak yang sudah bertuliskan puisi-puisi cintanya kepada seorang prajurit berkuda kepercayaannya untuk diantarkan ke Putri Olivia besok pagi. Kemudian, Pangeran Matius sekarang merebahkan diri di atas tempat tidurnya dengan berbantal kedua tangannya dan menopangkan kaki kirinya ke atas lutut kanannya dan pandangannya mengarah ke atap kamarnya. Pada saat ini, yang ada di pikirannya hanyalah Putri Olivia.

Keesokan paginya sekitar pukul 5 dini hari, beberapa prajurit berkuda pergi mengantarkan puisi-puisi cintanya Pangeran Matius ke kerajaan Tanibar untuk Putri Olivia tanpa sepengetahuan Raja Edward, karena Pangeran Matius sudah berpesan kepada beberapa prajurit berkuda itu. Raja Edward bisa marah kepada putra angkatnya bila mengetahuinya. Jarak kerajaan Zanzibar ke kerajaan Tanibar hanya satu setengah jam perjalanan dengan melalui jalan-jalan setapak beberapa hutan dan tanah-tanah tandus berdebu.

Di jarak 20 meter akan sampai di kerajaan Tanibar, para prajurit berkuda pengantar puisi yang hanya mengenakan pakaian kebesaran kerajaan Zanzibar dan bersenjatakan pedang seketika itu berhenti, karena mereka melihat ada rombongan pasukan asing dengan menenteng senapan laras panjang bersangkur dan meriam sedang memasuki pintu gerbang kerajaan Tanibar. Kapten Pieter menyanggupi permintaan Rosario.

Tentu saja, Kapten Pieter sudah menyiapkan siasat-siasatnya sendiri untuk menguasai balik kerajaan Tanibar. Sebenarnya, Kapten Pieter ingin sekali menggempur kerajaan Tanibar bak surga itu dari dulu, tapi karena jumlah pasukannya tidak mencukupi akibat sudah kalah perang dalam pertempuran dengan Negeri lain, Kapten Pieter mengurungkannya.

Satu jam kemudian, Raja Phillip, Ratu Emillia, dan Putri Olivia berhasil ditawan Rosario bersama antek-anteknya dan bantuan Kapten Pieter setelah dengan cepat dan sigap menyingkirkan orang-orang istana yang pro Raja Phillip. Tidak beberapa lama kemudian, prajurit-prajurit berkuda utusan Pangeran Matius itu kembali ke kerajaan Zanzibar untuk memberitahukan kedatangan rombongan pasukan asing tersebut kepada Pangeran Matius secara rahasia. Seketika itu juga, Pangeran Matius segera berangkat bersama dengan beberapa prajurit berkudanya itu ke kerajaan Tanibar dengan perasaan cemas untuk mengetahui apa yang telah terjadi di kerajaan Tanibar tanpa sepengetahuan Raja Edward.

Setelah menawan Putri Olivia, Ratu Emillia, dan Raja Phillip dengan memasukkan mereka bertiga ke penjara, Rosario segera menemui Kapten Pieter yang ada di luar istana kerajaan yang saat ini terjadi bentrokan antara prajurit-prajurit pro Raja Phillip dengan prajurit-prajurit pro Rosario. Pasukan-pasukan Negeri Allemant ikut membantu prajurit-prajurit pro Rosario. Bentrokan tersebut tidak ada korban jiwa. Prajurit-prajurit pro Raja Phillip kalah dan ditawan. 

"Terima kasih sudah memenuhi permintaanku, sobat!" Rosario menyalami Kapten Pieter di dekat istana kerajaan Tanibar sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Ingat janjimu yang kau ucapkan kemarin, Rosario! Bila kamu mengkhianatiku, habislah dirimu, Rosario!" ancam Kapten Pieter.

"Jangan kuatir, sobat! Kita bisa bekerjasama lagi untuk menguasai seluruh wilayah di Negeri Abad ini, lalu Negeri Dakan!" kata Rosario sambil membentangkan kedua tangannya, lalu dia tertawa terbahak-bahak.

"Ya, kita harus bekerjasama untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Negeri Abad dan Negeri Dakan! Terlalu beresiko bila aku melakukannya sendirian bersama pasukan-pasukanku yang jumlahnya hanya 500 pasukan ini!" kata Kapten Pieter.

"Tentu, kita akan bekerjasama, sobat! Tentu, sobat! Tentu!" jawab Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi.

"Sekarang prajurit-prajuritku sudah mencukupi untuk itu! Semua prajurit yang sedang tertawan ini akan aku jadikan prajurit pengikutku!" kata Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi. Kapten Pieter hanya diam meliriknya saja dengan licik.

"Kerajaan berikutnya yang akan kita taklukkan adalah kerajaan Zanzibar, Kapten!" kata Rosario dengan serius.

"Di mana kah letak kerajaan itu?" tanya Kapten Pieter ingin tahu.

"Di Utara. Aku juga ingin menguasainya, lalu menyingkirkan kekasihnya Putri Olivia. Aku sangat dendam kepadanya." jawab Rosario.

"Jangan lupa bagianku juga, Rosario!" kata Kapten Pieter.

"Jangan kuatir, sobat! Jangan kuatir!" jawab Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak. Sementara itu, Raja Phillip dan Ratu Emillia mendekam dalam satu penjara, sedangkan Putri Olivia ditawan di sebuah penjara berdekatan dengan penjara Ayahanda dan Ibundanya.

"Kapten, aku pergi dulu. Aku sekarang ke penjara Putri Olivia." pamit Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak sambil berjalan bersama beberapa prajurit pengawalnya menuju ke penjaranya Putri Olivia yang ada di dekat istana kerajaan Tanibar.

"Rosario, kamu berhati jahat! Kamu pengkhianat kerajaan! Bedebah!" olok Raja Phillip kepada Rosario sambil memegang jeruji-jeruji besi penjaranya saat Rosario berjalan melintas di depannya. Ratu Emillia sekarang hanya duduk saja di belakang suaminya itu dengan menangis.

"Dengarkanlah, hai Putri yang cantik!" kata Rosario di depan penjaranya Putri Olivia.

"Aku akan meruntuhkan kerajaan Zanzibar dan menggantung Pangeran pujaan hatimu itu di hadapanmu! Kerajaan ini sudah menjadi milikku dan juga dirimu seutuhnya!" kata Rosario kepada Putri Olivia, lalu dia tertawa terbahak-bahak.

"Tuhan tidak akan membiarkan ini semua, pengkhianat! Kamu nanti yang malah mati dibunuh kekasihku!" balas Putri Olivia dengan menangis terisak-isak.

"Lihat saja nanti siapa yang lebih berhak atas kerajaan ini dan dirimu!" jawab Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi.

Setelah itu, Rosario segera menyingkir dari hadapan Putri Olivia menuju ke atas kerajaan Tanibar untuk mengumumkan kepada penduduk kerajaan Tanibar bahwa Raja kerajaan Tanibar hari ini adalah dirinya. Rosario juga mengancam para penduduk bahwa siapa saja yang tidak mematuhi terhadap perintahnya akan segera dibunuh. Setelah itu, penduduk dibubarkan dan disuruh meneruskan pekerjaannya masing-masing.

Sekarang, pasukan-pasukan Negeri Allemant gabungan prajurit-prajurit kerajaan Tanibar sedang berjaga-jaga di depan pintu gerbang dan di atas benteng kerajaan Tanibar. Benteng kerajaan Tanibar sekarang terdapat beberapa meriam milik pasukan-pasukan Negeri Allemant.

Pangeran Matius dan beberapa prajurit berkudanya saat ini hanya melihat dari balik rerimbunan dedaunan di sebuah hutan pinus yang tak jauh dari kerajaan Tanibar. Mereka tidak berani mendekat. Kabar mengenai pendudukan kerajaan Tanibar oleh pasukan-pasukan asing tersebut juga telah sampai di telinga Raja Edward dari beberapa prajuritnya.

Ayah angkatnya mengetahui gelagat putra angkatnya itu membantu kerajaan Tanibar. Di saat ini juga, Raja Edward menyadari betapa besarnya cinta Pangeran Matius kepada Putri Olivia. Dalam hatinya, Raja Edward merestui hubungan Pangeran Matius dengan Putri Olivia tatkala dia merenung di dalam istana kerajaannya.

Karena Raja Edward masih menyayangi Pangeran Matius seperti anaknya sendiri, dia segera berangkat menuju ke sana bersama dengan beberapa prajurit berkuda pengawalnya. Raja Edward naik sebuah kereta kuda dengan diikuti prajurit-prajurit pemanah dan kereta-kereta pembawa alat-alat pelontar batu untuk membantu kerajaan Tanibar.

Tidak beberapa lama kemudian, Pangeran Matius bertemu dengan Raja Edward di sebuah hutan pinus persembunyiannya sekarang. Dua prajurit berkuda segera diutus untuk mendekati pasukan-pasukan Negeri Allemant yang sedang berjaga di depan pintu gerbang kerajaan Tanibar. Terjadi bentrokan kecil dan adu mulut antara beberapa pasukan Negeri Allemant di depan pintu gerbang.

Rosario mengetahui hal itu ketika dia sedang berada di atas benteng kerajaan. Rosario segera turun untuk menemui dua prajurit utusan Raja Edward tersebut. Raja Edward dan Pangeran Matius bersama prajurit-prajurit lainnya mengintai di dalam sebuah hutan pinus persembunyiannya sekarang. 

"Rupanya ada tamu yang tak diundang datang kemari!" kata Rosario di atas seekor kuda yang ditungganginya pelan-pelan menemui dua prajurit berkuda utusan kerajaan Zanzibar tersebut.

"Siapa kamu?" tanya seorang prajurit berkuda kerajaan Zanzibar.

"Perkenalkan, namaku Rosario! Aku dulu adalah penasehat Raja kerajaan Tanibar ini! Sekarang kerajaan Tanibar ini adalah milikku dan semua wilayahnya! Katakan sekarang kepada Pangeran Matius bahwa kerajaannya sebentar lagi juga akan aku taklukkan dan Putri Olivia kekasihnya akan menjadi milikku juga!" kata Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak. Dua prajurit berkuda itu diam saja.

"Hei, kenapa kalian berdua diam saja? Cepat katakan kepada Pangeran Matius." kata Rosario.

"Apa maksud kalian berdua datang kemari?" tanya Rosario dengan serius yang masih berada di atas kudanya kepada dua prajurit berkuda utusan Pangeran Matius itu.

"Kami berdua datang kemari untuk mengantarkan puisi-puisi cintanya Pangeran Matius untuk Putri Olivia!" jawab salah seorang prajurit berkuda kerajaan Zanzibar.

"Apa? Puisi-puisi cintanya Pangeran Matius untuk Putri Olivia?" tanya Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi.

Tidak beberapa lama kemudian, Rosario menyuruh prajurit-prajuritnya merampas puisi-puisi cintanya Pangeran Matius tersebut untuk diberikan kepadanya, lalu Rosario segera membacanya. Saat membaca bait demi bait puisi-puisi cintanya Pangeran Matius, dia tertawa terbahak-bahak, lalu Rosario membuangnya begitu saja ke bawah. Pangeran Matius mengetahuinya.

"Sekarang, cepat kembalilah ke Pangeran Matius, lalu katakan kepadanya juga kalau Raja Phillip, Ratu Emillia, dan Putri Olivia sudah aku tawan." kata Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi.

"Aku tunggu kedatangannya untuk beradu kekuatan di sini! Bila perlu, semua prajurit kerajaan Zanzibar berperang dengan seluruh prajuritku di tanah lapang itu!" tantang Rosario, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi.

"Baiklah, aku akan memberitahukan kepada Pangeran Matius." jawab seorang prajurit berkuda itu dengan jengkel dan geram kepada Rosario.

Tidak beberapa lama kemudian, dua prajurit berkuda kerajaan Zanzibar tersebut segera kembali ke hutan persembunyian untuk memberitahukan kepada Pangeran Matius, sedangkan Rosario menuju ke istana kerajaan Tanibar untuk memberitahukannya kepada Kapten Pieter tentang barusan. Prajurit-prajurit kerajaan Tanibar dan pasukan-pasukan Negeri Allemant masih belum mengetahui keberadaan Pangeran Matius dan Raja Edward bersama segerombolan prajuritnya bersembunyi di sebuah hutan pinus yang letaknya cukup jauh dari kerajaan Tanibar. 

Setelah dua prajurit berkuda utusan Pangeran Matius tadi memberitahukan apa yang telah dikatakan Rosario, Raja Edward dan Pangeran Matius segera memberikan aba-aba kepada para prajurit pemanahnya untuk bersiap-siap memanah. Beberapa kereta pelontar batu juga dipersiapkan untuk melempar batu sungai sebesar kepala orang dewasa untuk diarahkan ke pasukan-pasukan Negeri Allemant dan prajurit-prajurit kerajaan Tanibar. Pangeran Matius menginginkan panah-panah dan batu-batu tersebut diberi cairan kimia sebelumnya, lalu disulut dengan api.

Raja Edward menyetujuinya. Tidak beberapa lama kemudian, panah-panah dan batu-batu berapi dilesakkan dari dalam hutan persembunyian tersebut. Seketika itu, beberapa meriam yang terkena batu-batu menjadi rusak dan pasukan-pasukan Negeri Allemant dan prajurit-prajurit kerajaan Tanibar berjatuhan tak bernyawa terkena panah-panah dan batu-batu berapi.

Mendengar adanya teriakan-teriakan para prajurit kerajaan Tanibar dan pasukan Negeri Allemant di luar istana kerajaan Tanibar telah diserang secara tiba-tiba oleh prajurit-prajurit kerajaan Zanzibar, Rosario dan Kapten Pieter segera bergegas keluar dari dalam istana kerajaan Tanibar untuk melihat apa yang terjadi. Setelah mendapat laporan dari beberapa prajurit Tanibar bahwa kerajaan Zanzibar sedang menyerang, Rosario dan Kapten Pieter segera memerintahkan prajurit-prajurit dan pasukan-pasukan untuk melakukan perlawanan dengan berlindung.

Meriam-meriam yang masih tersisa segera memuntahkan peluru ke hutan persembunyian itu tempat panah-panah dan batu-batu berapi berasal. Kerajaan Tanibar membalas serangan seperti yang dilakukan kerajaan Zanzibar. Pada saat ini, seluruh penduduk kerajaan dicekam rasa takut. Para penduduk dihimbau oleh Rosario sendiri untuk bersembunyi di tempat yang aman. Sebelumnya, Raja Edward telah memerintahkan bahwa serangan-serangan dari para prajuritnya jangan sampai mengenai perumahan penduduk kerajaan Tanibar yang ada di dalam area kerajaan Tanibar.

Raja Edward menghimbau agar serangan-serangan hanya untuk membobol benteng kerajaan Tanibar dan menyingkirkan para prajurit dan pasukan saja. Setengah jam kemudian setelah pintu gerbang dan tembok benteng sudah bobol, maka seluruh prajuritnya segera diperintahkan masuk ke dalam kerajaan Tanibar. Tidak beberapa lama kemudian, para prajurit dan pasukan berkuda berlari keluar menuju ke hutan persembunyiannya Raja Edward, Pangeran Matius, dan prajurit-prajuritnya tersebut.

Panah-panah dan batu-batu berapi masih berseliweran di udara silih berganti diiringi dengan suara-suara dentuman meriam dan tembakan dari senapan-senapan laras panjang bersangkur. Para prajurit berkuda kerajaan Zanzibar bersama prajurit-prajurit berpedang dan bertombak yang sudah lengkap dengan baju besinya juga berlari keluar dari hutan persembunyiannya untuk bertarung dengan prajurit-prajurit berkuda kerajaan Tanibar dan pasukan-pasukan berkuda Negeri Allemant. 

Dalam pertempuran tersebut, beberapa prajurit berkuda kerajaan Zanzibar yang membawa tombak, pedang, tameng, dan berbaju besi tersungkur ke tanah bersama kudanya masing-masing karena terkena hantaman peluru-peluru meriam. Tetapi, beberapa diantaranya bangkit lagi dan melanjutkan pertarungan melawan prajurit-prajurit berkuda kerajaan Tanibar dan pasukan-pasukan berkuda Negeri Allemant.

Prajurit-prajurit bertombak dan berpedang kerajaan Tanibar sekarang keluar untuk membantu pihaknya. Semakin lama prajurit-prajurit pemanah dan prajurit-prajurit pelontar batu kerajaan Zanzibar bergelimpangan tak bernyawa karena terkena peluru-peluru meriam, panah-panah berapi, tembakan-tembakan, dan batu-batu berapi dari lawannya.

"Ayah, aku ingin menyelamatkan Putri Olivia dan kerajaannya." kata Pangeran Matius kepada Ayahandanya.

"Jangan, nak. Itu sangat berbahaya bagimu. Lebih baik kita pulang sekarang. Besok kita atur strategi untuk merebut kerajaan Tanibar kembali." cegah Raja Edward.

"Tidak, Ayah. Aku rela mati demi Putri Olivia." jawab Pangeran Matius.

Tidak beberapa lama kemudian, Pangeran Matius segera berkuda menuju ke medan perang. Raja Edward segera menjauh dari hutan persembunyiannya bersama beberapa prajurit berkuda pengawalnya. Dengan perasaan cemas, Raja Edward masih menyaksikan pertempuran tersebut. Tiga dari enam pelontar batu kerajaan Zanzibar sudah rusak berat, sehingga tidak bisa dipakai lagi. Selain menembak, pasukan-pasukan berkuda Negeri Allemant juga menggunakan sangkurnya saat berhadapan dengan prajurit-prajurit berkuda kerajaan Zanzibar dalam pertempuran tersebut.

Prajurit-prajurit kerajaan Zanzibar semakin terdesak hingga akhirnya lari kocar-kacir menyelamatkan dirinya masing-masing. Pangeran Matius terluka akibat sabetan pedang di dadanya dan terjangan beberapa peluru di paha kirinya. Pangeran Matius juga melarikan diri. Beberapa prajurit berkuda kerajaan Tanibar dan pasukan berkuda Negeri Allemant terus mengejarnya sambil melempari tombak dan menembaki Pangeran Matius.

Melihat Pangeran Matius sedang dikejar musuh, Raja Edward segera memerintahkan prajurit-prajurit berkuda pengawalnya yang sejak tadi bersamanya untuk menyelamatkan Pangeran Matius dari kejaran mereka. Namun, prajurit-prajurit berkuda kerajaan Zanzibar tersebut tak mampu menandingi prajurit-prajurit berkuda kerajaan Tanibar dan pasukan-pasukan berkuda Negeri Allemant yang mengejar Pangeran Matius karena jumlah mereka cukup banyak.

Pangeran Matius terus memacu kencang kudanya hingga menerobos sebuah hutan. Saat berada di dekat Air Terjun Kawai, Pangeran Matius menceburkan diri dengan meninggalkan kuda cokelat kesayangannya. Karena Pangeran Matius sudah dirasa tidak terkejar lagi, prajurit-prajurit berkuda kerajaan Tanibar dan pasukan berkuda Negeri Allemant yang mengejarnya akhirnya kembali ke kerajaan Tanibar. Perang pun telah usai dengan kekalahan di pihak kerajaan Zanzibar.

Korban terbanyak di pihak kerajaan Zanzibar. Akhirnya, Raja Edward pulang ke kerajaannya hanya bersama dengan dua prajurit berkuda pengawalnya. Dalam hatinya, Raja Edward terus mendoakan keselamatan putra angkatnya itu sambil memacu kudanya pulang dengan perasaan cemas. Di malam harinya di dalam istana kerajaannya, Raja Edward sangat mengkuatirkan keselamatan putra angkatnya tersebut.

Di malam itu juga, Raja Edward memerintahkan beberapa prajuritnya untuk mencari keberadaan Pangeran Matius di sekitar kerajaan Tanibar sambil memata-matai. Setelah tiga jam pencarian, prajurit-prajurit kerajaan Zanzibar kembali ke Raja Edward dengan tangan hampa. Raja Edward sangat sedih memikirkan Pangeran Matius.

avataravatar
Next chapter