webnovel

Perintah Tuan Muda

Bab 1

Mungkin, jika waktu bisa diundur, kembali pada hari itu, didetik Juan Friski menelponnya di pagi buta, padahal belum genap dua jam ia berhasil memejamkan mata setelah perjalanan bisnisnya yang melelahkan. Memintanya dengan nada menyuruh setengah mengancam, untuk menemuinya di Hotel Fleur. Dimana hari itu, semestinya Juan Friski masih ada di belahan dunia lain.

Saat itu juga, sesuai perintahnya, Arga berangkat menemuinya, berpacu dengan waktu, beradu dengan matahari yang samar memunculkan semburatnya di timur.

Arga tak berfikir apapun selain mengikuti perintah pimpinan sekaligus sahabatnya sejak kecil itu. Sepengalamannya dibesarkan bersama Friski, dia bukan tipe yang toleran. Terutama terhadap waktu. Jika ia ingin menemuinya segera, berarti ada hal yang sangat penting dan mendesak. Pilihan Arga hanya menuruti perintahnya, atau hidupnya bisa terancam berantakan saat itu juga.

Inilah yang membuat Arga menyesal, karena ia jadi tak mempersiapkan jawaban atas sebuah perintah dadakan yang begitu mengejutkan.

"Menikahlah dengan Yuna."

Arga hanya berusaha menahan rahangnya untuk tidak terus terbuka. Sky bukan pria yang memutuskan segala sesuatu tanpa perhitungan. Arga tak meragukan ucapan dengan nada memerintah itu pasti juga sudah dipertimbangkan serius olehnya. Hanya saja, kenapa ia memintanya semudah itu?.

Ah ya, ada hal mengejutkan lain yang sepertinya menjadi alasan kuat lainnya Sky kembali lebih cepat, selain ingin mentitahkan secara langsung niatnya menikahkan Arga dengan Yuna, adiknya.

Sky kembali dengan keadaan fisik yang sangat berbeda. Dia duduk diatas kursi roda. Semula Arga berfikir, Sky sedang sedikit bercanda, tapi seumur hidupnya, ia berani bersaksi, bersumpah atas nyawanya, Sky tak pernah bercanda dalam hal apapun.

Dua tahun lalu, Sky masih pria tangguh tak tertandingi dengan ambisi besar. Berdiri memerintah dibalik agungnya tahta kerajaan bisnis keluarganya. Aura dingin menindas khas miliknya, membuat lawannya jatuh takhluk hanya dengan tatapan mata. Kini, Sky tiba-tiba terduduk di kursi roda, dan akan menghabiskan sisa hidupnya bergantung dengan itu.

Meski tetap saja, Juan Friski masih seorang yang tak semudah itu terlihat lemah meski harus mengalami kelumpuhan permanen.

Arga masih tak percaya dengan pendengarannya, Sky memintanya menikah dengan Yuna, semudah ia meminta laporan keuangan perusahaan. Seolah sudah begitu yakin, tanpa beban dan pasti akan mendapatkan apa yang diinginkan.

Arga tentu menolak dengan keras, Yuna bukan proyek yang dengan mudah dipindahtangankan.

Bukan Sky namanya, jika ia mau menerima penolakan. Sky akan memberikan posisi CEO di Prambada Empire, jika Arga setuju menikahi Yuna. Sebuah tawaran serius, mengingat Prambada Empire telah memiliki aset nyaris menyamai sebuah kota. Memimpin dengan posisi penting sebagai CEO, adalah sebuah mimpi besarnya yang nyaris mustahil. Ia akan mendapatkannya, hanya dengan menikahi wanita paling diinginkan seantero negeri, Mayuna.

Sekali lagi tidak semudah itu bagi Arga. Meski pria manapun di dunia ini, tahu siapa Yuna. Dia bukan wanita yang mudah ditolak. Yuna adalah definisi mendekati sempurna seorang wanita. Cantik tentu saja, mandiri, perangainya menyenangkan, dan tentu saja karena ia adik satu-satunya Juan Friski pemilik Prambada Empire yang adidaya. Arga telah mengenalnya sejak ia masih balita mungil yang imut hingga menjadi wanita terkenal dengan karir modeling dan keartisannya yang sedang bersinar terang. Siapapun pria normal mendamba Yuna menjadi miliknya. Memimpikan disetiap malam menjelang tidur mereka. Siapa yang tak menginginkannya?

"Yuna tahu rencana loe ?" Tanya Arga ditengah perdebatan panjang. Sky menatapnya dengan tatapan dingin. Auranya masih begitu mengerikan, meski ia duduk diatas kursi roda. Kelumpuhannya tak begitu saja membuatnya tampak lebih mudah di takhlukan.

"Yaa."

"Loe gila," umpat Arga, "Dia pasti juga menolak, rencana loe nggak bisa diterima--"

"Sebaliknya--" Sky menghela nafas tanpa mengubah pandangannya yang dingin kearah Arga, memutus ucapannya. "--Yuna menyetujuinya."

Perlu waktu sebelum Arga bisa mencerna sempurna ucapan datar Sky. Tak begitu peduli jawaban apapun yang diberikan Arga, ia tetap akan menikahkan Arga dengan Yuna bagaimanapun caranya. Arga pun pada akhirnya, entah dengan berapa kali penolakan dan kata tidak yang akan ia ucapkan, ia pada akhirnya tak bisa menolak apa yang sudah menjadi keinginan Sky.

"Kenapa gue?" Tanya itu akhirnya muncul. Sky mendorong kursi rodanya ke ujung ruangan. Ia tampaknya sudah mahir menggunakan segala fitur di kursi rodanya yang tampaknya dibuat khusus dengan teknologi tercanggih untuknya.

"Karena cuma loe yang bisa gue percaya. Buat menikah dengan Yuna, dan memimpin perusahaan."

Arga tertawa mendengarnya, "Gue hanya anak angkat keluarga loe, Sky. Gue dididik bukan buat memiliki Prambada Empire, apalagi memiliki Yuna. Gue dididik buat mendampingi loe memimpin perusahaan, bukan loe pasrahin perusahaan dan menikahi adik loe."

"Keadaannya berubah, Ga'." Sky terdengar merapal. Arga menunggu Sky meneruskan ucapannya, sambil berfikir dan menenangkan keterkejutannya.

"Keadaan gue sekarang, ini karena Yudha gagal membunuh gue." Sky melihat ke kedua kakinya yang lemah sesaat.

"Yudha?" Arga mengulangi. Pria itu, orang yang seharusnya dipanggil Papa oleh Sky. Belasan tahun lebih menjadi pesaing bisnis Sky dan orang yang begitu gigih ingin merebut Prambada Empire.

"Dia harus membunuh gue agar perusahaan bisa dimilikinya. Yuna akan menjadi pewaris tunggal kalau gue tiada, dia akan memanfaatkan Yuna untuk mengambil kepemimpinannya."

Arga terdiam berusaha menjejalkan penjelasan Sky. "Loe masih hidup, Sky. Itu berarti rencana Yudha gagal."

"Saat ini dia masih berfikir begitu," suara Sky merendah semakin datar. Sky diam sebentar membiarkan angin dari pendingin udara berhembus menengahi.

"Yudha berfikir gue nggak selamat dari kecelakaan. Dia fikir gue masih koma."

"Koma?" Sky refleks bertanya terkejut, "Loe koma, Sky? Kenapa gue baru tahu? Loe kecelakaan dan koma, tapi anak buah loe disana nggak ada yang memberitahu gue? Sialan.. "

Sky memutar kursi rodanya kembali menatap Ren dengan tatapan dingin, dan aura menindasnya.

"Bukan itu yang penting sekarang. Yudha cepat atau lambat akan kembali. Dia akan langsung menemui Yuna dan mengabarkan kematian gue kemudian mengambil alih perusahaan."

"Tunggu, Fris--" Arga menahan ucapan Sky. "--ini udah terlalu jauh. Kenapa loe berfikir menikahkan gue dengan Yuna akan mengubah semuanya?."

Sky terdengar menghela nafas, "Gue cuma mau buat kejutan kecil buat Yudha. Jika dia kembali dengan status Yuna yang sudah menikah, dan posisi CEO telah di duduki sama loe, maka mustahil dia bisa memiliki Pram Empire."

"Sky.. waktu kecelakaan, kepala loe kayaknya kebentur terlalu keras, loe makin gila dan nggak berperasaan. Loe pikir pernikahan seperti merger atau proyek yang bisa loe mainkan, heh? Ini menyangkut perasaan dan hidup adik loe, juga gue. Loe nggak berfikir apa kalau Yuna terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan orang yang nggak dicintai, hanya untuk bisnis kakaknya?."

Sky memijit dahinya, "Loe pikir ini semata kehendak gue?" Kata Sky tajam, "Loe pikir gue memutuskan ini sendiri tanpa dipikirkan?"

Ren menatap Friski yang kini menatapnya dengan seringai licik. Ren menautkan alisnya, ia merasakan jurang kekalahan telah di depan mata. Ren akan terjerembab kesana sebentar lagi.

"Yuna memilih loe," sambung Friski, "Gue minta dia memilih pria mana yang bisa ia percaya untuk dinikahi. Dan ternyata pilihannya terlalu mudah buat dia, dengan cepat dia memilih loe."

Ren menekan dahinya dengan sisi kepalan tangannya. Terbayang wajah memikat Yuna, dengan tawa cerianya memanggil namanya saat berlari di taman bunga. Ia masih gadis kecil dalam kesadaran Ren, meski kini telah menjelma bak dewi surga yang turun dari langit. Tawanya tiba-tiba menggaung di pikirannya saat ia berteriak manja.

"Gue nggak bisa," katanya telah kediaman panjang, melewati pemikiran panjang. Berusaha merangkai kata meyakinkan seorang Juan Friski Leander untuk mengurungkan niatnya.

"Why?"

Dan pertanyaan balasan itu yang membuatnya ngeri. Sibuk pikirannya bergemuruh mencari alasan. Meski sebenarnya sudah ada alasan kuat yang mutlak membuatnya tidak bisa menerima pernikahan dengan Yuna. Hanya saja ia tidak bisa serta merta mengatakannya sekarang.

Inilah yang membuatnya menyesal tak memberi jawaban yang sebenarnya. Ia katakan pada Sky hari itu hanya,

"Gue nggak mencintai Yuna sebagai seorang wanita."

Tentu saja jawaban itu tak memuaskan. Sky lebih banyak memiliki alasan untuk menyudutkannya agar mau menikahi Yuna, beserta memberikan kepemimpinan perusahaan.

"Gue mau loe terima kesepakatan pernikahan dan kepemimpinan Sky Empire, gue butuh jawaban minggu depan sebelum rapat direksi. Atau, bersiap jadi orang yang nggak gue anggap lagi di dunia ini."

"Apa?! Semudah itu loe nggak anggap gue hanya karena menolak permintaan loe?"

Sky hanya mengindikan bahu, masih dengan tatapan menindas, terlihat yakin akan menang. "Loe berguna kalau bisa menguntungkan gue," Sky berkata sadis. Arga membuka mulutnya, ingin memakinya, tak percaya dengan ucapannya.

"Keputusan ada sama loe, loe terima Yuna dan menjadi CEO atau loe mau gue pecat, dan nggak akan gue anggap lagi. Hm.. mungkin loe bisa bangun usaha loe sendiri dan benar-benar bersaing melawan gue di dunia nyata. Gimana?" Friski meneruskan dengan seringai kemenangan.

"Sky--loe---ah gue nggak bisa Sky." Ren hampir frustasi.

"Pikirkan baik-baik, kalo loe bersikeras menolak, setidaknya gue mau jawaban yang masuk akal. Bukan tentang perasaan kayak yang loe bilang tadi. Gue tunggu sebelum rapat direksi."

Ren melenguh dan entah apa yang dipikirkannya, ia pergi begitu saja meninggalkan Sky di kamar president hotel Fleur.

Hari-hari berikutnya, Arga tak bisa menemukan cara apa yang bisa membuat Sky mengubah niatnya tanpa memberikan alasan sesungguhnya ia tidak bisa menerima perjodohan ini.

***