webnovel

BAB I

Di SMA Eka Wijaya..

Ical dan kawan-kawan sedang memalak adik kelasnya. Lumayan dua ratus ribu. Tidak hanya uang, tapi juga perempuan. Sekarang tiga siswi cantik mengelilinginya.

"Cal, kantin!" Ben, kawan Ical, memukul bahu bosnya santai.

"Oke. Ayo sayang kita makan." Ical menggiring ke tiga siswi cantik tadi dengan rangkulannya.

"Woi, cewek gue tuh. Mau elo bawa kemana?" Teriak laki-laki dengan wajah marah dari arah belakangnya.

"Yang mana cewek elo?" Ucap Ical santai.

Laki-laki berwajah marah itu mendekati Ical dan memukul wajahnya. Ical yang tidak terima membalas dengan lebih keras.

"Eh eh eh apa-apaan elo?" Dani tersulut melihat Ical dipukul.

"Udah udah, gara-gara cewek doang kalian adu jotos. Ini sekolahan." Rega menengahi. "Bubar bubar."

Rega memegangi Ical yang masih ingin memukuli Iko. Dani juga memegangi leher Iko dengan lengannya.

Iko menghempaskan tangan Dani dengan kasar.

"Elo kan bisa ngomong baik-baik, Ko. Gak usah pakai kekerasan. Elo ketua OSIS, harusnya paham peraturan sekolah." Ceramah Rega.

"Ga, gue gak terima pacar gue dirangkul sama dia." Bela Iko.

"Emang cewek elo yang mana?" Ical meninggikan suaranya.

Iko menarik Ranti di belakang Ical yang ketakutan.

"Ini pacar gue. Ranti." Iko menunjukkan. "Jangan pernah deketin pacar gue lagi!" Iko menunjuk wajah Ical.

Rega membaca gerak tangan Ical yang akan memukuli Iko langsung menahan tangan Ical.

Dengan emosi Iko menarik tangan Ranti yang mengaduh-aduh kesakitan.

"Jangan kasar elo sama cewek!" Teriak Dani.

"Sialan!" Umpat Ical.

***

Wanda mengajak Milo jalan-jalan ke taman komplek 100 meter dari rumahnya. Hari ini memang sangat panas, tapi Wanda sangat kesal dengan ibunya yang sedang marah-marah. Jadilah ia di taman sekarang.

Wanda sangat sayang Milo. Kucing baginya adalah teman. Berbagi tempat tidur juga berbagi makanan dengan Milo. Ia sangat mencintai kucing blasteran itu.

Tukang es krim bersandar di dekat pohon besar, berteduh dari matahari. Wanda melihat gambar es krimnya jadi dahaga. Ia menggendong Milo menuju penjual es krim.

Es krim vanila sudah di tangan kanannya, dan Milo di tangan kirinya. Saat akan kembali ke tempat duduknya, Milo tiba-tiba melompat mengejar sesuatu.

Wanda panik mengejar kucing kesayangannya. Ia berusaha memanggil nama Milo berkali-kali tapi tidak berhasil.

Di perempatan komplek perumahan, Wanda bingung harus kemana lebih dulu. Akhirnya ia berkeliling di komplek perumahan sampai sore. Milo tidak ada dimana-mana. Air mata mengumpul di matanya.

Wanda kehilangan Milo-nya.

Next chapter