webnovel

Chapter 0 - Prolog

Di sebuah kompleks laboratorium yang berada di menara tinggi di jantung Tokyo, The White Room menjadi epicentrum eksperimen yang membawa Dr. Akira Ishikawa ke ujung pengetahuannya.

Dikelilingi oleh dinding putih steril, yang memantulkan cahaya seolah-olah membangkitkan ruangan ke dimensi yang tak terlihat, ruangan ini menyimpan rahasia mendalam yang hendak dipecahkan oleh ilmuwan neurologi brilian ini.

Dr. Ishikawa, seorang peneliti yang terkenal akan penemuan-penemuan neurologisnya, memulai The White Room sebagai proyek untuk merespons pertanyaan mendasar tentang sifat pikiran dan kenyataan.

Dengan menggunakan teknologi tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sukarelawan dari berbagai lapisan masyarakat dipilih untuk menjadi subjek eksperimen, dimasukkan ke dalam ruangan yang sepenuhnya terisolasi ini.

Pada awalnya, eksperimen berjalan sesuai rencana, dan para sukarelawan melaporkan pengalaman yang luar biasa, menciptakan dunia imajinatif mereka sendiri di dalam batas The White Room.

Namun, seiring waktu berlalu, Dr. Ishikawa mulai menyadari bahwa ruangan ini bukan hanya memahami pikiran manusia, tetapi juga membuka pintu ke dimensi-dimensi lain yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Perbatasan antara kenyataan dan ilusi mulai memudar, menciptakan alur waktu dan ruang yang sulit dijelaskan.

Para sukarelawan mendeskripsikan pertemuan dengan entitas yang tak terdefinisi, melihat perubahan bentuk yang menghantui, dan merasakan sensasi yang melebihi pemahaman manusia tentang realitas.

Tentu saja, keanehan ini tidak lepas dari perhatian publik dan pemerintah.

The White Room menjadi buah bibir, memicu debat etika dan keamanan.

Meskipun begitu, Dr. Ishikawa, tergoda oleh misteri yang semakin membesar, memutuskan untuk terus melanjutkan eksperimennya.

Pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang sifat kenyataan dan batas kesadaran manusia menjadi semakin kompleks seiring berlanjutnya eksperimen.

The White Room, yang pada awalnya hanya dipandang sebagai laboratorium, kini menjadi lanskap eksplorasi ke dalam dimensi tak terbatas yang dapat membuka pintu ke pengetahuan baru atau mengancam kestabilan yang kita kenal.

Beberapa tahun setelah dimulainya eksperimen The White Room, Dr. Akira Ishikawa menemui tantangan baru yang mendorong batas-batas keahliannya.

Dengan obsesinya untuk memahami kesadaran dan realitas semakin tumbuh, ia memutuskan untuk mencari subjek eksperimen baru yang lebih unggul secara intelektual.

Dr. Ishikawa mulai menargetkan anak-anak jenius dari berbagai bidang, mulai dari matematika hingga seni.

Dengan menggunakan jaringan koneksi dan keahliannya yang mendalam di dunia ilmiah, dia secara diam-diam mengumpulkan kelompok anak-anak yang dianggap memiliki potensi luar biasa.

Pendekatan Dr. Ishikawa terhadap eksperimennya menjadi semakin kontroversial. Anak-anak yang dipilih untuk menjadi subjek eksperimen The White Room tidak diberi pilihan dan ditempatkan dalam lingkungan yang steril.

Obsesinya untuk memecahkan misteri pikiran manusia dan dimensi-dimensi baru membutakan dia terhadap etika dan dampak psikologis pada anak-anak ini.

Seiring berjalannya waktu, ruang eksperimen yang awalnya menjadi tempat untuk menjelajahi batas-batas kesadaran manusia, sekarang menjadi arena di mana anak-anak jenius tersebut mengalami perjalanan yang intens dan mencekam.

Dr. Ishikawa, tanpa menyadari konsekuensi penuh dari tindakannya, semakin terperangkap dalam obsesinya untuk mencari pemahaman terdalam tentang alam pikiran dan realitas.

Pertanyaan moral dan etika memuncak, menyebabkan tekanan dari kalangan ilmiah dan masyarakat.

Sementara itu, anak-anak yang terjebak dalam eksperimen ini harus menghadapi tantangan psikologis yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Time skip ini membawa kita ke tahap eksperimen yang lebih gelap dan membingungkan, di mana Dr. Ishikawa harus menghadapi konsekuensi dari obsesinya yang membawanya melewati batas-batas etika dan kemanusiaan.

Next chapter