1 1. Rambut Coklat

Jam delapan kurang lima menit, Willy masih ada di toilet merapihkan rambutnya yg baru saja di potong gaya undercut kemarin lalu sedikit membenarkan posisi jaket almamater yg berwarna abu abu muda itu, lalu ia perlahan menjauh dari kaca dan memperhatikan wajahnya dari jauh.

"Aku tampan seperti biasa" begitu katanya dalam hati sambil tersenyum sendiri. Untungnya tidak ada siapa pun di toilet yang dapat melihat tingkahnya yg narsis kalo tidak martabat nya sebagai Ketua Pelaksana akan berkurang.

Tok! Tok! Tok!

"Will, cepetan maba nya udah pada dateng tuh" Aya, temen akrab Willy mengetok pintu

"Kalem Ay, bentar lagi keluar"

"Keluar atau gue yang gantiin lu kasih pidato pembuka"

Willy sedikit mendengus lalu bergegas keluar toilet. Tangannya masih saja sibuk merapihkan rambutnya.

"Udah mirip oppa oppa korea belom?"

Aya sedikit menahan senyum, ia mengangkat tangan nya dan menopang dagu seakan berpikir

"Kalo mirip opah opah di panti jompo mah iye, ahahaa" suara tawa Aya pecah, ia memegangi perutnya geli

"Ah bilang iya aja kek, mening gue ke Hall aja deh gaseru "

Willy dengan agak lemas melangkah menuju hall, ia menyesal menanyakan itu pada Aya yang sangat jarang sekali memujinya atau mungkin tidak pernah. Sambil berjalan Willy memikirkan hal itu lagi rasanya ia jarang sekali mendengar kata kata manis dari Aya yang ada hanya kritikan, ejekan yang kadang membuat ia kesal.

Willy mendengus lagi, ia sudah ada di bawah stage dan menunggu aba aba untuk naik membawakan beberapa kata pidato.

"Pakai topimu"

Aya langsung memakaikan topi itu di kepala Willy. Willy yang masih kesal mendengus lagi.

"Cih, peduli amat sih"

Lalu begitu ada namanya dipanggil ia naik panggung dengan percaya diri, tangan nya melambai lambai ke depan para maba seperti artis yang ingin berpidato terimakasih setelah mendapatkan penghargaan

"Selamat Datang di Universitas Bangsa"

Aya memperhatikan Willy dari jauh. Kadang kadang ia ikut tersenyum mendengar celotehan nya. Willy memang sangat mahir dalam berkata kata semua audien dari dosen hingga para mahasiswa hanyut dalam mendengarkan pidato nya.

Suara riuh ramai dan ada berapa orang yang menyoraki namanya membuat Willy melambung tinggi lagi. Saat ia turun stage Willy mengangkat dagunya badannya ditegapkan sebisa mungkin lalu begitu ia berdiri di samping Aya. Ia menyikut lalu berbisik agar ia melihat kerumunan orang yg masih bertepuk tangan untuknya.

"Lu harusnya bersyukur ada di deket gue"

Aya bergeming. Ia hanya fokus melihat dosen yang lain yg mulai membawakan pidato.

"Will, Ada yg telat dateng nih"

Randi, yang harusnya berjaga di depan hall menghampiri Willy terburu buru

"Yah, uruslah sama lu"

"Urgent nih, sakit perut gue. Gantiin gue dulu plis"

Willy menoleh ke Aya yg masih fokus mendengarkan pidato. Kayaknya lebih berguna juga kalau ia mengurus maba maba itu daripada hanya berdiri mematung disini.

"Gue keluar dulu yak, Ada yg telat"

Aya mengangguk tanpa menoleh ke arahnya. Willy menggaruk kepalanya bingung kenapa juga ia harus bilang itu ke Aya.

.

.

.

.

Willy sudah berdiri di depan para maba yg telat datang. Ia berdiri tegak memasang muka serius, ada tiga orang perempuan dan dua orang laki laki. Willy mengamati tiap orang dengan jeli melihat apa mereka merasa bersalah atau tidak. Tapi pandangan nya nyangkut di satu orang yang benar benar menundukan kepalanya rambut coklat muda panjang jatuh menutupi hampir sebagian mukanya.

Willy tersenyum terpikirkan sesuatu yang nampaknya menarik untuk dilakukan.

avataravatar
Next chapter