1 CHAPTER 1

Tak...tak...tak

Aku berjalan di lorong yang panjang. Suara hinaan dari sekitarku membuatku tidak nyaman, aku langsung berlari menuju tempat yang selalu ku kunjungin, perpustakaan. Sesampainya di sana, aku masuk ke dalam dan memberikan buku yang ku pinjam sebelumnya kepada nenek petugas perpustakaan.

"Terimakasih, Rhiana" kata nenek itu.

"Um... apakah anda punya rekomendasi bacaan? Akhir-akhir ini aku bingung mau baca apa?" Tanyaku dengan suara pelan.

Ajaibnya, nenek itu mendengar perkataanku dan menjawabnya dengan percaya diri "Aku merekomendasikan  buku bewarna biru muda di rak buku blok C. Itu rekomendasi langsung dariku loh"

"Terimakasih banyak" kataku menunduk lalu meninggalkan nenek penjaga perpustakan dan berjalan menuju rak blok C.

Perkenalkan, namaku Rhiana Sherene. Aku hanya gadis pindahan dari desa, aku sulit beradaptasi karena sekolah ini ada di ibukota dan bisa dibilang tergolong elite

 Aku di jauhi sebagian besar siswa karena aku gadis desa yang identik dengan miskinnya, sedangkan yang lain bisa masuk sekolah ini karena sebagian besar dari mereka adalah orang kaya. Hal itu yang menyebabkan sebuah diskriminasi antara aku dan mereka dan aku hampir tidak punya teman. Setiap jam istirahat, aku langsung kabur dari keramaian dan lebih memilih untuk membaca buku di perpustakaan karena disana adalah tempat yang paling tenang.

Di rak blok C, aku mencari buku yang di rekomendasikan nenek petugas perpustakaan. Aku melihat sebuah buku yang terlihat sudah tua bewarna biru muda di atas rak buku, mungkin itu adalah buku yang di maksud oleh si nenek. Aku pun mengambil tangga dari depan lorong rak blok C dan mengambilnya dengan bantuan tangga. 

Saat aku sudah mendapatkannya, tiba-tiba saja tangga yang ku naiki bergoyang. Aku kehilangan keseimbangan karena panik. Karena aku tidak tau hal ini akan terjadi, akhirnya aku jatuh dengan keras yang membuatku merasakan sakit di bagian bawah. Di tambah lagi dengan buku-buku yang berjatuhan dan mengenai kepalaku. Kemudian, sekelompok orang tertawa dan salah satu dari mereka mulai mendekatiku.

"Nih, kalau kamu mau liat buku lebih banyak. Aku baik kan?" Katanya lalu meninggalkanku.

Aku hanya bisa menunduk dan membereskan buku-buku yang berserakan di lantai. Orang itu bernama Linda Jennifer, dia adalah anak kepala sekolah yang bisa di bilang mempunyai kedudukan tinggi di sekolah. Tidak ada yang bisa melawannya, termasuk aku. 

Di sekolah, dia di kenal oleh seluruh siswa karena kecantikkannya. Di tambah lagi dengan sifatnya yang baik membuatnya di sukai banyak orang. Namun, sosoknya berubah saat ia di depanku, Jennifer yang ku kenal adalah orang yang selalu menggangguku dan diam-diam menghasut orang lain untuk mengejekku. Intinya, dia bagus diluar, busuk di belakang. 

Memikikannya saja sudah membuatku emosi. Akhirnya aku selesai membereskan buku-buku yang berserakan lalu aku meninggalkan perpustakaan dengan buku di tanganku. Di kelas, seorang gadis berambut abu-abu dengan pita hitamnya menghampiriku sambil membawa sebuah roti.

"Sherene, kamu dari perpustakaan lagi? Nih, roti untukmu" katanya sambil menyodorkan roti.

"Iya, terimakasih Holly" kataku dengan muka datar.

Perempuan yang bernama Holly Fayre ini menyengir dan meninggalkanku. Omong-omong soal Holly, dia adalah orang yang bersukarela menjadi teman dekatku. Walaupun dia tipe orang yang mempunyai teman banyak, namun dia lebih sering menghabiskan waktu denganku. Aku bingung kenapa dia lebih memilih diriku daripada yang lain? 

Holly Fayre ini juga cantik dan popular di kalangan para cowo, yah... kedudukannya tidak jauh berbeda dengan Linda Jennifer. Aku sangat bersyukur bisa berteman dengannya, aku ingin melakukan sesuatu untuknya karena aku sangat berhutang budi padanya.

Aku pun memakan roti yang di berikan Holly sambil membaca buku yang barusan ku pinjam dari perpustakaan. Namun, perhatianku sempat teralihkan oleh sosok Holly yang sedang bercanda ria dengan teman-teman yang lain. Jujur saja aku sedikit iri dengannya, tapi aku juga tidak keberatan  menjadi introvert sejati. Tak terasa waktu cepat berlalu, bel masuk sudah berbunyi. Aku pun menutup buku bacaanku dan mengikuti pelajaran selanjutnya.

SKIPTIME

Seminggu kemudian di jam istirahat, Holly mengajakku ke kantin untuk makan bareng. Awalnya aku menolak karena aku sudah membawa bekal. Namun Holly memaksaku untuk ikut, mau tidak mau aku harus menuruti permintaannya. Sesampainya di kantin, kami duduk di kursi berdua karena Holly tau aku adalah tipe orang yang tidak menyukai keramaian. Saat makan, dia memberitauku sebuah kabar yang membuatku terkejut.

"Eh? Kamu bilang apa tadi?" Tanyaku tidak mendengar perkataannya.

"Masa kamu nggak dengar!? Sekarang aku punya pacar!" katanya sedikit kesal.

"PACAR!" 

Aku langsung bangkit dari kursiku saking kagetnya. Holly menganggukkan kepalanya dengan pelan, aku pun duduk kembali. "Maaf, soalnya aku masih tidak percaya seorang Holly Fayre akhirnya punya pacar"

Holly memainkan ponselnya, lalu dia memperlihatkan sebuah foto dirinya dengan seorang cowo tampan di sampingnya. "Ini foto pacarku, kita sudah pacaran sejak kemarin"

"Siapa dia?" Tanyaku polos.

"Kamu gatau? Dia adalah ketua OSIS sekolah kita, kak Peter Gilbson. Dia itu ganteng, pintar, baik hati, cowo idaman banget. Aku beruntung bisa pacaran dengannya" jawab Holly senang.

"Iya, dia ganteng banget. Kalian terlihat cocok. Aku akan mendukungmu" pujiku.

"Terimakasih banyak, Sherene" ucapnya makin senang.

"Holly, kamu nggak makan bareng kak Gilbson?" Tanyaku polos.

"Itu... katanya dia lagi ada urusan sebentar. Lagipula aku mau makan bareng Sherene" jawabnya disertai dengan senyum.

Aku tersenyum kecil lalu melanjutkan makan. Di tengah makan, seorang lelaki tampan mendatangi kami. Nampaknya cowo itu ingin mengobrol dengan Holly. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menyetujuinya dan meninggalkanku. Setelah mereka pergi aku baru sadar bahwa cowo itu mirip sekali dengan foto yang Holly tunjukkan barusan. Apa mereka akan berkencan?

Aku pun memanggil Holly yang tidak jauh dariku. Nampaknya, dia mendengar panggilanku dengan menoleh kepalanya ke arahku. Dia menatapku dengan tatapan bingung.

"Selamat bersenang-senang" kataku sambil melambaikan tangan.

Holly hanya tersenyum lalu melambaikan tangannya. Kesenangan Holly adalah kesenanganku. Awalnya, kukira kami akan berteman baik selama tiga tahun ke depan. Namun, aku melakukan sebuah kesalahan terbesar dalam hidupku. Dan kesalahan ini berpengaruh pada kehidupan sekolahku.

Sepulang sekolah, seperti biasa aku pulang lewat belakang sekolah, karena aku ingin menghindari keramaian. Saat aku berjalan, aku melihat sebuah pasangan sedang berduaan di belakang sekolah. Aku langsung bersembunyi dan memperhatikan mereka. Pasangan itu terlihat tidak asing di mataku. Sedetik kemudian, aku baru sadar, mereka adalah pacar Holly, kak Peter Gilbson dan anak kepala sekolah, Linda Jennifer. Kenapa mereka berduaan? Bukannya seharusnya dia bersama Holly? Apa jangan-jangan... dia selingkuh!?

"Kak Gilbson selingkuh? Cepat atau lambat Holly akan mengetahuinya, aku harus melakukan sesuatu demi Holly Fayre" gumamku lalu pergi meninggalkan mereka.

.

.

Besok pagi, aku datang ke sekolah lebih awal karena aku ingin bicara empat mata dengan kak Gilbson. Aku dengar dari Holly bahwa kak Gilbson selalu datang pagi. Aku pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menemuinya. 

Di depan kelasnya, aku diam di pintu kelas karena gugup. Ini pertama kalinya aku yang memulai percakapan dengan seorang lelaki. Tapi, apa yang kulakukan ini benar, aku harus melakukannya! Akhirnya keberanianku sudah penuh dan mulai mengintip kelas kak Gilbson. 

Disana, aku melihat ia duduk sendirian di kelas, sibuk dengan kegiatannya. Aku pun mulai mengetuk pintu kelasnya dan memanggil namanya, aku harap ia bisa mendengar suaraku yang kecil ini. Lalu, dia bangkit dari kursinya dan membukakan pintunya .Dia terlihat sedikit terkejut dengan kehadiranku yang mendadak.

"Wah, kita punya tamu tidak diundang disini. Kamu cari siapa cantik?" Tanyanya berniat menggodaku, namun aku tidak terpancing oleh godaannya.

"Kak Gilbson, aku mau bicara denganmu" kataku dengan muka serius.

Lelaki itu mendekatiku lalu memainkan rambut depanku. "Boleh kutau namamu? Sepertinya aku pernah melihatmu" tanyanya santai.

Aku menepis tangannya lalu mundur untuk membuat jarak diantara kami. "Namaku Rhiana Sherene, kita bertemu di kantin kemarin, mungkin kamu tidak melihatku karena terlalu fokus dengan Holly" jawabku dingin.

"Temannya Holly ya... apa yang mau kamu bicarakan?" tanyanya langsung to the point.

"Kemarin sore, aku melihatmu selingkuh dengan Linda Jennifer. Apakah kamu benar-benar mencintai Holly?" kataku lalu berteriak di akhir kata.

Kak Gilbson tidak menjawab pertanyaanku, dia merangkul bahuku lalu ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan beberapa foto cewe cantik padaku. Dia bilang cewe-cewe ini adalah pacarnya. Aku sangat syok melihatnya. Apa dia tidak malu menunjukkan semua ini di hadapan orang yang baru ia kenal?

"Apa apaan ini? Kamu... selingkuh sama cewe-cewe ini" ucapku masih syok.

"Emang kenapa? Apa jangan-jangan kamu juga suka sama aku?" katanya percaya diri.

"Aku tidak akan pernah menyukai orang sepertimu, murahan!" Ejekku dengan memasang muka jijik.

Lalu, kak Gilbson memegang kepalaku dan memutar badanku ke arah tembok, lalu ia mendorongku kearah tembok. Karena hentaman yang keras, dahiku mengeluarkan darah. Lalu kak Gilbson mengangkat daguku dan menatapku dengan tatapan seram. "Tau ga? Kamu itu ikut campur urusanku tau. Gausah ikut campur deh, dasar miskin!"

Badanku bergetar hebat, lalu aku mendorongnya hingga mengenai tembok, dia merintis kesakitan dan aku sama sekali tidak peduli dengan resikonya. Aku mendekati kak Gilbson, lalu aku jongkok di depannya lalu aku menampar pipinya itu. "Aku harus ikut campur, karena aku adalah teman baik Holly Fayre!"

Kak Gilbson mendecih kesal. Aku mengatur nafasku karena pernafasanku tidak stabil ketika sedang marah. Aku mendengar suara bisik para siswa-siswi yang bertanya-tanya tentang keadaan kami. Di saat itu aku tersadar, teriakkanku menarik perhatian banyak orang. Aku dan kak Gilbson berdiri dan menatap kerumunan di pintu kelas kak Gilbson. Aku melihat Holly sedang berusaha menyelip masuk, apakah dia mencemaskanku?

"Sherene, sedang apa kamu  disini?" Tanya Holly khawatir.

Aku berniat untuk memberitahu Holly tentang kebusukkan dari kak Gilbson. Baru saja aku ingin berkata, kak Gilbson sudah angkat bicara duluan. "Holly, temanmu Rhiana menamparku lalu mendorongku dengan keras"

Holly sangat terkejut akan hal itu. Aku langsung menatap kak Gilbson dengan tatapan heran sekaligus jijik, dia tersenyum sinis kearahku. Sialan, dia pasti merencanakan sesuatu. Kemudian, Holly mendekatiku lalu bertanya apakah hal itu benar. Aku tidak ingin berbohong kepada sahabatku dan mengatakan semua kebenaran.

"Iya, aku melakukannya.... Aku melakukannya demi kamu! Asal kamu tau aja, kak Gilbson ini..."

"Sherene... Apa yang kamu lakukan pada pacarku!" selanya marah.

Aku terkejut karena Holly lebih peduli kepada pacarnya daripada sahabatnya, hatiku sedikit sakit. Namun aku berusaha meyakinkan Holly bahwa kak Gilbson ini adalah cowo yang tidak baik. Aku tidak akan menyerah! "Dia itu murahan tau! Dia selingkuh sama cewe lain! Apa kamu mau pacaran dengan cowo playboy seperti dia?"

Sepertinya Holly tidak mendengar pernyataanku, dia langsung menentangnya. "Apakah kamu gila?! Dia tidak mungkin melakukan itu!"

Aku tidak mau kalah dan berteriak lebih keras. "Dia melakukannya! Dia menunjukkan foto-foto pacarnya padaku! Aku ingat banget siapa salah satu selingkuhannya! Kalau bisa aku tunjuk!"

Aku melihat kearah kerumunan dan mencari sosok Linda Jennifer, dan benar saja dia ada disana. Langsung saja aku menunjuknya. "Linda Jennifer, dia adalah cewe selingkuhannya"

Jennifer terlihat sedikit tegang melihatku, lalu dia mulai menangis. "Tidak... aku tidak melakukan hal sekejam itu, aku malah... mendukung percintaan Holly dan kak Gilbson..."

Para kerumunan langsung menatap sinis kearahku termasuk Holly. Saat ini aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sudah ku duga, kak Gilbson dan Jennifer merencanakan sesuatu agar mereka menjatuhkanku. Lalu, Holly menatapku dingin. "Sherene, kenapa kamu berbohong padaku?"

Aku mendekati Holly dan memperlihatkan luka dahiku yang masih mengeluarkan darah. Mungkin cara ini dapat meyakinkan Holly untuk percaya padaku. "Luka ini aku dapatkan karena kak Gilbson mendorongku dengan keras sampai berdarah begini."

"Hah? Kamu mau bohong lagi? Dia tidak mungkin melakukan itu, bodoh!" katanya mulai kesal denganku.

Saat ini aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, Hatiku sakit sekali dikhianati teman sendiri. Lalu Holly menamparku dan mendorongku hingga menabrak tembok yang keras. Kemudian, Holly mengangkat daguku dengan amarah yang meluap. "Maaf saja ya, kamu tidak membantuku, malah mengganggu hubungan kami. Yang tadi itu balasan seperti yang kamu lakukan kepada kak Gilbson. Sherene, pertemanan kita berakhir disini, jangan temui aku lagi!"

Holly pun meninggalkanku tanpa mempedulikan keadaanku saat ini. Saat ini, kondisiku sangat tidak baik. Pipiku yang merah, rambut oranyeku yang acak-acakan, dan dahi yang masih mengeluarkan darah. Aku tidak bisa berdiri karena badanku sakit semua akibat hantaman dinding. Aku hanya bisa duduk dan mendengarkan ejekan dari siswa lain, dan tidak ada satu orangpun yang membelaku. 

Aku sangat putus asa, tidak ada harapan lagi untuk hidup di dunia .Aku sudah menyerah dengan dunia ini... mungkinkah ini waktu yang tepat untuk bunuh diri? Mungkin aku akan melakukannya besok.

Kemudian, pak guru datang ke kelas kak Gilbson dan dia memintaku untuk menemuinya di ruang BK. Aku hanya bisa pasrah dan mengikuti beliau karena moodnya saat ini sedang tidak baik. Di ruang BK aku dimarahi habis-habisan selama hampir dua jam. Aku hanya duduk diam sambil menunduk dan tidak mendengarkan ceramahan guru itu.

.

.

Tak berasa dua jam berlalu, akhirnya aku bisa merenggangkan kaki dan pundakku yang pegal karena hanya duduk selama dua jam. Hukumanku adalah diskors selama dua minggu, menulis surat perminta maafan sebanyak satu halaman penuh, dan lukaku yang harus ditanggung sendiri. 

Masalahnya, hanya aku yang dimarahi dan dihukum, kak Gilbson tidak dihukum. Kenapa mereka pilih kasih begitu? Apa karena status kak Gilbson sebagai ketua OSIS tidak ingin di jatuhkan? Aku tidak mau menulis surat perminta maafan karena aku tidak salah, kak Peter Gilbson yang memulai keributan itu. 

Saat aku keluar, para siswa yang sedang berada di koridor langsung menoleh ke arahku dan mengeluarkan kata kata ejekan. Aku tidak meresponnya dan berjalan di koridor secepat mungkin. Aku melihat Holly dan kak Gilbson sedang pacaran di kantin, aku tidak memedulikan mereka dan langsung masuk ke kelas.

Pulang sekolah, seperti biasa aku pulang lewat belakang dengan buku bacaan di genggaman tangan. Lalu, aku melihat segerombolan geng Linda Jennifer sedang berkumpul di sana, aku langsung putar balik dan pulang lewat depan. Namun, mereka memanggilku dengan keras, ini berarti keberadaanku sudah di ketahui oleh mereka. Gerombolan itu mendekatiku lalu mengelilingiku.

"Ku dengar kamu diskors ya, kamu emang pantas mendapatkan itu, losers!" Hina Jennifer.

Aku pergi dari kerumunan itu karena aku merasa tidak nyaman. Tapi, mereka mencegahku pergi dengan menendang kakiku sampai jatuh. "Kamu kira kamu boleh pergi sesukamu?"

Kemudian, Jennifer memanggil seseorang bernama 'Aira Medieval' untuk mengatakan sepatah kata untukku. Hah... kenapa dia harus memanggilnya, kenapa tidak yang lain? Si Medieval ini bisa dibilang tangan kanan Linda Jennifer. Walaupun dia tidak terlihat seperti pembully pada umumnya, dia merudungku dengan kata-kata yang bisa membuatku kepikiran semalaman.

Dengan santainya, dia menyetujuinya dan langsung mendekatiku dengan ponsel yang masih ada di genggamannya. "Kata terakhir ya... Rhiana Sherene, kalau kamu tidak ingin di bully lagi, aku sarankan pergi dari sekolah ini"

Sudah ku duga, dia menghinaku dengan kata pedasnya. Iyalah dia kan salah satu dari mereka. Tapi bedanya dia menghinaku dengan muka datar, sedangkan yang lainnya menunjukkan muka meremehkanku. Tapi tetap saja aku sedih, masa aku pindah sekolah lagi? Teman gengnya tertawa keras sambil menjelek-jelekkanku. 

Tiba-tiba saja, Medieval mendekatiku dan berbisik sesuatu padaku, lalu pergi begitu saja. Aku langsung lari mupung mereka sedang asik memuji Medieval. Perjalanan pulang, aku berjalan pelan, melirik ke arah dahiku yang terluka sambil memikirkan perkataannya tadi, Tentu saja air mataku masih menetes walau tidak deras. 

Sesampainya dirumah, aku tidak disambut dengan baik, melainkan sebaliknya. Baru saja aku membuka pintu, bibiku sudah memarahiku karena aku membuat masalah di sekolah. Ya! Bibiku, orangtuaku... aku tidak ingin memikirkan mereka, memikirkan mereka hanya akan membuatku depresi dalam waktu yang lama.

 Aku tidak mendengarkan ocehan bibiku dan langsung mendobrak pintu kamar. Aku melempar tasku dan langsung mandi agar aku bisa menenangkan pikiranku. Di bak mandi, aku memejamkan mataku agar aku bisa relax. Namun, sosok Peter Gilbson menghambatku untuk santai. Kenapa dia selalu muncul di pikiranku? 

Aku memutuskan untuk selesai mandi dan berencana untuk merebahkan diriku di atas kasur. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku melihat surat perminta maafan dari sekolah yang tergeletak di meja belajarku. Karena emosi, aku meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Kenapa aku yang salah! Aku tidak salah apa-apa! Cowo sialan itu bebas karena ganteng! SIALAN!" Teriakku kesal.

Aku tidak mengobati luka di pipi dan di dahiku karena itu sangat merepotkan. Aku mengambil buku bacaan dan membacanya diatas kasur, walaupun darah didahiku sedikit membuatku risih, aku hanya menyekanya dan melanjutkan kegiatanku. 

Aku melewatkan makan malam dan lebih memilih untuk membaca buku bacaan. Bibiku sudah mengetuk pintu kamarku berkali-kali dan meneriakiku dengan kencang, namun aku tidak meresponnya dan tetap diam membaca buku. Empat jam aku membaca buku, akhirnya aku ketiduran.

.

.

Besok pagi, aku izin pergi ke taman hanya sekedar menenangkan diri, nggak sih, sebenarnya aku ingin pergi ke jembatan untuk bunuh diri. Di jalan, aku melihat Aira Medieval berjalan di depanku. Aku heran kenapa dia ada disini? Bukannya seharusnya sudah jam masuk sekolah? Karena penasaran, aku mengikutinya dari belakang tanpa membuat suara.

 Medieval berjalan tanpa henti melewati distrik perbelanjaan, jalan raya, sampai gang sempit. Aku sedikit kelelahan, namun rasa penasaran lebih besar daripada kelelahanku. Kemudian, Medieval masuk ke dalam gang yang lebih sempit dari yang sebelumnya, dan aku mengikutinya.

 Penglihatanku mulai buram saking lelahnya, aku berusaha mengejarnya sebisaku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan lukaku dan lokasiku saat ini. Dan akhirnya aku pingsan di tengah jalan sempit. Saat aku terbangun, aku berada di tempat yang tidak kukenal.

Dimana aku?

                                                                                                 -....-

TO BE CONTINUE... 

avataravatar
Next chapter