webnovel

Bab 2.

Meringkuk di tempat tidur sambil menahan rasa ngilu dan sakit di perutnya, Tabe Kyoko paling tidak tahan jika ia sedang datang bulan. "Sst...aduuh..." Tabe Handa yang baru selesai mandi, ia hanya mengenakan Bathrobe berwarna abu-abu. Dan melihat gelagat yang tidak asing baginya.

"Kau sedang menstruasi?"

Kyoko menoleh dan menjawab, "iya, karena ini aku bilang kita libur."

"...hn," sahut Handa.

Kyoko mulai tidak nyaman ketika, ia dilihat dengan cara yang aneh. Kyoko sangat peka dengan sikap Handa yang seperti itu. Jika sikap seperti itu muncul Kyoko sudah tahu akan berakhir seperti apa nantinya.

Dengan cekatan Tabe Kyoko memegang tangannya Tabe Handa. "Jangan aneh-aneh..."

"...ya," sahut Handa mulai dengan kebiasaan namun Kyoko menolak dengan keras. "Kamu bisa membunuhku pelan-pelan kalau melakukan itu sekarang."

"Diamlah."

{ Plak! } Dengan refleks Kyoko menampar Handa. Suami yang seperti ini harus disadarkan karena yang ia perbuat itu salah apalagi meminta sesuatu yang semaunya sendiri. Ada waktunya untuk menurut dan waktunya untuk menolak, Kyoko memilih menolak kali ini walaupun nantinya Handa akan membalas perbuatan lebih dari yang ia lakukan. "Rasa sakitku sekarang lebih dari itu. Kamu seharusnya lebih menghargaiku sebagai istri. Aku sudah muak terus bersikap mengalah..."

"...cih," sahut Handa, ia menjauh dan mengganti pakaiannya.

Kyoko beranjak bangkit dari tempat tidur dan mendekat ke arah Handa. Tak mempedulikan sambil memilih pakaian yang akan ia pakai. Kyoko yang berdiri sebelah Handa, Kyoko melihat dengan tatapan yang penuh dengan amarah.

"Aku mohon sekali saja, kamu menghargaiku," kata Kyoko.

Tabe Handa menoleh dan menjawab, "menghargai wanita yang tidak menurut?" 

"Itu pertanyaan atau perkataan?"

Hanya diam tak menjawab kali pertamanya, Handa merasa seperti orang bodoh dan menerima banyak sekali ceramah dari istrinya. "Kenapa diam saja? Aku bertanya padamu."

"Aku mau keluar sebentar," kata Handa mengalihkan arah pembicaraan.

"Keluar kemana? Kembali ke kantor?"

"Ya," sahut Handa dan menunjukan ekspresinya yang sedang marah.

"Tadi itu aku refleks, aku tidak sengaja melakukannya. Badanku sekarang sedang pegal semua dan perutku rasanya tidak enak karena sakit," ucap Kyoko.

"Ya."

Kyoko menyentuh pipi Handa, dan berkata, "maaf, pasti sakit, ya? Aku terlalu keras menamparmu."

Handa menyingkirkan tangannya Kyoko, Kyoko merasa bersalah namun ia merasa tidak merasa salah sepenuhnya jika ia tak melarang suaminya, semua akan menjadi lebih buruk.

"Aku pergi dulu."

"Iya, hati-hati dan cepat pulang."

Handa keluar dari kamar dan meninggalkan Kyoko tanpa berkata apapun lagi.

Kejadian di luar dari kebiasaan Kyoko, Handa tidak menyangka kalau ia akan di tampar oleh istrinya yang biasanya selalu menurut. Perannya tadi benar-benar seperti orang yang bodoh dan menggelikan. Tabe Handa ingin sekali menertawakan dirinya sendiri. Selain kejadian tadi Handa merasa penasaran dengan obrolan Kyoko dan Kazuya, sahabat seperti apa yang sampai membuat Tabe Kyoko tersenyum seperti tadi? 

"Padahal aku tadi ingin menghukumnya," gumam Handa ketika menuju ruangan tamu. Kedua orang tuanya kini sedang bersantai menonton acara televisi. Tabe Satoru dan Mikoto selalu romantis di lihat dari sudut pandang Handa. Tabe Handa selalu penasaran bagaimana bisa kedua orang tuanya selalu seperti itu? 

"Aku kira kamu akan libur kerja," kata Mikoto ketika Handa melewatinya. Satoru melihat ke arah pipi Handa yang sedikit memerah. 

"Aku hanya istirahat sebentar, Bu."

Pamit kepada kedua orang tuanya, dan bergegas pergi menuju garasi. Ketika Handa sudah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin, Handa melihat spion. Bekas tamparan di pipinya sangat terlihat jelas. 

***

{ Treettth! }

Handphone berdering nyaring, daftar nomor kontak dengan nama Sakurai Minami, terlihat di layar handphone. Handa mengangkat telpon walaupun pekerjaannya belum selesai. Sakurai Minami, adalah senior Handa ketika masih kuliah, mereka sesekali bertemu walaupun hanya mengobrol menghabiskan waktu.

"Halo, Handa. Kamu ada waktu tidak nanti?"

"Ada."

Tabe Handa sedikit tersenyum ketika mendengarkan Minami, yang sedang curhat mengenai hubungannya dengan sang kekasih, Haruma Dan. Hanya bisa mendengarkan tanpa memberikan masukan tentang hubungan Minami dan sang kekasih. Handa sampai sekarang belum paham masalah percintaan walaupun ia sudah menikah. Di dalam hubungan rumah tangga tanpa ada rasa cinta, tidak bisa menjadi perbandingan dengan hubungan orang lain, itu yang Tabe Handa pikirkan.

"Nanti, aku tunggu di Bar tempat biasa, ya! Aku tunggu!"

"Ya," balas Handa, sebelum menutup telponnya.

Setelah semua pekerjaannya Handa selesai, ia menuju Bar tempat Handa biasanya minum bersama, Minami. Handa mendengar segudang curhatan yang tidak jelas namun ia coba untuk mengerti arah pembicaraannya. Minami memiliki kekasih bernama Haruma Dan, yang begitu kurang perhatian dan cuma urusan ranjang yang jadi utamanya. Tabe Handa merasa Dejavu dengan curhatannya, Minami. Dua gelas besar bir sebagai teman mereka berdua mengobrol walaupun obrolan mereka mengenai hubungan yang tak begitu lancar.

"Dia itu cuma tahunya buat anak!" Suara lantang yang membuat semua menoleh, Handa hampir mati karena malu dengan suara lantang Minami. Dan secara tidak langsung Handa merasa tersindir karena ia juga sama seperti Hamura Dan. Perbedaan hanya diperlakuan Hamura Dan ke Minami lebih perhatian biarpun akhirnya sama saja.

"Handa, kau pasti kesal juga, kan? Aku selalu kesal kalau dia bilang wanita memang tugasnya seperti itu! Hah, emang cewek cuma kasur, ngangkang aja kerjaannya! Dasar cowok brengsek! Giliran minta serius alasannya segudang!"

"Mm," sahut Handa. 

Wanita yang berada di sebelahnya Handa sudah benar-benar mabuk sampai-sampai cara bicaranya seperti wanita yang sudah putus urat malunya. Handa yang hanya mendengarkan dan mulai berpikir, ia tidak jauh beda dengan Hamura Dan. Handa sadar kalau ia salah terhadap istrinya namun ia tidak akan berkata, 'maaf' karena itu bisa membuatnya malu dan merendahkan dirinya sendiri. Dengan cara membiarkan waktu berlalu semua akan seperti biasanya.

"Hegh, bagaimana hubunganmu dengan istrimu?."

"Baik saja."

"Sungguh?"

"Ya," balas Handa.

Sakurai Minami tersenyum dan berkata, "pasti kau bahagia, ya? Punya istri yang cantik dan kelihatan polos?"

"Hmm, lumayan."

"Dasar, kau tetap saja dingin dan tak bersyukur sama sekali. Ah, aku jadi iri denganmu."

"Iri?"

"Ya, iri...karena kau menikah lebih dulu dariku...dan menyesal juga karena aku lebih memilih si egois itu dibanding denganmu."

Tabe Handa hanya membalas dengan senyuman dan mengingat kalau Minami, dulu menolaknya dan lebih memilih Hamura Dan, ketika mereka masih kuliah.

***

Kyoko merasa kasihan atas tindakannya sendiri tetapi jika dia hanya diam, pasti sikap Handa tidak akan pernah berubah terhadapnya. Seperti menantu dan istri yang setia, dia menyelesaikan banyak hal bahkan ketika situasinya tidak menguntungkan.

"Ssst...tamu bulanan ini menyebalkan," gumamnya.

Dia tahu bahwa menjadi seorang istri adalah kebahagiaan bagi wanita namun nyatanya ia tidak merasakan kebahagiaan itu ia hanya tersenyum kecut karena harus merelakan takdir. Perasaan sedih menyelimuti hatinya yang dibingungkan oleh perubahan dalam hidupnya sendiri karena tidak ada yang indah dalam pernikahan dan bahkan tidak ada yang istimewa antara dia dan Tabe Handa.

"Apa yang harus kulakukan mulai sekarang ..."

Di sisi lain, Tabe Handa bersama Sakurai Minami, mereka berdua berada di bar untuk menghabiskan waktu. Handa mendengarkan ocehan Minami tentang Hamura Dan, yang selalu membuat Minami marah karena hubungan mereka yang tegang. Minami berpikir bahwa pria hanya menganggap wanita sebagai barang. Handa yang hanya bisa diam, tersinggung untuk kedua kalinya. Untuk sesaat Handa mengingat Kyoko, tapi dia dengan cepat melupakannya.

Tidak ada gunanya memikirkan istri yang tidak dicintainya sama sekali. Dia lebih nyaman dengan Minami, yang sudah dia kenal lebih lama meskipun Minami tidak pernah menyukainya.

"Kau pasti sangat mencintai istrimu sekarang, kan?"

"Biasa saja."

"Kau adalah orang yang sama, kau juga memiliki cara berpikir yang tidak jauh berbeda."

"Jika kamu berada di posisinya, aku akan bersikap berbeda."

Minami memandangi Wine di gelas sambil tersenyum kecil. Dia tidak bisa menyangkal bahwa dia tersanjung dengan kata-kata manis Tabe Handa. Semanis apapun kata-katanya, Sakurai Minami tetap memilih untuk setia pada Hamura Dan. Notifikasi Line milik Minami berbunyi, dia senang karena Hamura Dan, akan pulang dari pekerjaan. Handa yang tadinya ramah kini beralih berekspresi muram karena dia merasa kesal melihat betapa senangnya Minami membalas chat dari Dan. Mereka memutuskan untuk berpisah namun Handa yang enggan ia berinisiatif mengantar pulang Minami.

Ketika Handa sampai di rumah hal pertama yang dia lihat ketika dia memasuki rumah adalah istrinya. Kyoko menyambut kedatangan Handa dengan senyum ramah dan manis. Ekspresi wajah datar dan nada suara yang pendek itu membuat Kyoko harus menyadari bahwa Handa tidak melihat dirinya sebagai orang yang spesial.

"Sepertinya kamu dalam masalah? Apakah kamu mendapat masalah di luar?"

"Tidak."

"Handa."

"Apa?"

"Apakah kamu tidak menyukai pernikahan kita, dan kamu seperti tidak menyukaiku."

"Kamu sensitif juga," kata Handa, lalu pergi ke ruang tamu.

Tabe Kyoko dapat dengan jelas melihat betapa berbedanya sikap Tabe Handa terhadap orang tua dan adik laki-lakinya. Hanya padanya sikap dingin dan acuh tak acuh itu ditujukan padanya seolah-olah dia adalah seseorang yang tidak diharapkan berada di dekatnya. Pernikahan yang membuat hatinya sedih sudah terlanjur terjadi, dia akan berusaha bertahan karena masih ada yang baik terhadapnya.

Saat berada di kamarnya sendiri ia menyempatkan diri untuk menulis diary tentang apapun yang terjadi setiap hari yang ia lalui. Hari demi hari berlalu begitu saja, meski tidak bahagia dengan suaminya, dia tetap bahagia dengan kehadiran sebuah keluarga. Tabe Kazuya yang jauh lebih muda sering menemaninya membicarakan apa saja sampai-sampai Kyoko sedikit penasaran dengan gadis yang disukai Kazuya.

"Aku tidak sengaja melihatmu video call kemarin dengan seorang gadis apakah itu pacarmu?"

"Hah?"

"Jujur, jangan mencoba berbohong."

"Mm...dia temanku."

Kyoko terkekeh saat melihat wajah malu Kazuya, dia tidak menyangka bocah sok dewasa ini punya sisi lucu. Kyoko berharap ketika Tabe Kazuya tumbuh dewasa, dia tidak akan terlalu dingin dan lebih menghormati wanita.

***

Seorang CEO muda dari pemilik perusahaan Blue Sky, dia hanya diam melamun sesekali menghela nafas. Malam semakin larut tapi dia lebih memilih lembur daripada pulang. Dia tidak ingin melihat sosok Kyoko yang belakangan ini terlihat lesu. Notifikasi Line berbunyi saat Handa melihat pesan yang tertuliskan, 'apakah kamu lembur lagi malam ini?' Handa hanya tersenyum dan membalas pesan singkat, 'ya.'

Semuanya seperti yang dia bayangkan pernikahannya akan sangat hambar. Dia menyadari bahwa Kyoko adalah wanita yang baik tetapi Handa tidak mencintainya. Tanpa sadar Tabe Handa menulis pesan, 'apakah kamu tidak bosan dengan pernikahan kita?' sesaat kemudian dia mendapat balasan, 'tidak, aku tidak bosan.'

Handa belum pulang selama hampir satu setengah bulan, dia beralasan bahwa dia memiliki begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Pada malam hari, Handa memasuki kamar dia melihat istrinya sedang tertidur pulas. Dia melihat wajah istrinya sambil menunjukkan sedikit senyuman. Jari-jarinya menelusuri pipi yang lembut itu, dia melihat perubahan ekspresi di wajah istrinya. Tidak lama setelah Kyoko bangun, dia melihat sosok yang sudah lama tidak dia lihat.

Seperti barang yang waktunya untuk digunakan, Kyoko hanya bisa menuruti kehendak pemiliknya, yang tidak dia mengerti karena tanpa berbicara satu sama lain mereka tersesat dalam sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Entah dia harus senang atau sedih, dia hanya bisa pasrah dengan perlakuan suaminya.

"Aku tidak menyangka kamu begitu mudah terangsang."

"J-jangan bilang begitu."

Kyoko menutup mulutnya sendiri agar suaranya yang memalukan tidak terdengar tapi dia terpaksa mengeluarkannya dari mulutnya. Suasana hatinya sangat tidak menentu sehingga dia merasa tubuhnya tidak terkendali sampai merasa lelah dan mulai kehilangan kesadaran.

Di pagi hari hal pertama yang dilihatnya adalah sosok suaminya yang sekarang memeluknya saat dia tertidur. Dia berdebar-debar dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah suaminya sosok yang pernah dia sukai ini tetapi dia mulai kehilangan perasaan itu namun entah bagaimana perasaan itu mulai kembali. Dia merasa bahwa ia sangat bodoh karena masih menyukai seseorang yang menyiksanya.

"Pagi," kata Handa.

Kyoko terkejut sesaat dan membalas, "selamat pagi."

Kyoko tidak menyangka, Handa menanyakan sesuatu yang aneh bahwa mereka akan mandi bersama? Kyoko yang awalnya malu karena tidak bisa membayangkan harus mandi bersama. Setelah beberapa saat Kyoko hanya bisa menutupi wajahnya dengan tangannya ketika dia keluar dari kamar mandi, karena mereka melakukan hal-hal memalukan seperti tadi malam bahkan lebih dari tadi malam. Dia dihukum karena acara semalam tertunda karena Kyoko pingsan? Dia sebenarnya tidak terima karena itu bukan salahnya tapi ketika dia protes dia mendapat hukuman yang lebih berat. Kyoko menutupi wajahnya dengan tangannya, dia tidak menyangka kalau Handa akan memilihkan pakaian dalam untuknya. Kyoko semakin malu karena menurut Handa, Kyoko lebih cocok memakai bra dan celana dalam berwarna putih.

Next chapter