webnovel

Hidden Secret

Seorang perempuan turun dari mobil yang mengantarnya setelah mobil itu berhenti tepat di depan gedung apartemen keluarga Silvan.

"Max, terima kasih sudah mau mengantar aku," kata Adel.

"Jangan lama-lama dan jangan membuat hidup kamu rumit dengan kehidupan orang lain," balas Max.

"Iya, Max. Sampai jumpa," kata Adel.

Adel menutup pintu mobil dengan keras membuat Max memejamkan matanya. Max yang kesal sama Adel langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Adel berdecak saat melihat Max yang pergi meninggalkannya secepat kilat. Dia menatap gedung apartemen Hanna.

"Hanna, kamu di mana? Aku kangen sama kamu," gumam Adel sambil masuk ke dalam gedung apartemen.

***

Elsa yang berada di apartemennya sedang termenung di depan televisi sambil menerima suapan makanan dari suaminya. Tubuh Elsa sekarang terlihat sangat kurus dan dia seperti tidak memiliki semangat untuk hidup.

"Ma, aku buka pintu dulu," kata Louis saat mendengar suara bel apartemen berbunyi.

Louis melihat Elsa tidak menyahuti ingin berjalan menuju pintu, tapi tiba-tiba tangannya dipegang Helen.

"Paman, tunggu. Aku aja yang buka pintu," kata Helen yang main ke rumah keluarga Silvan.

"Baiklah, tolong bukakan pintu. Terima kasih," balas Louis.

Helen membuka pintu hingga terlihat siapa yang datang.

"Helen," panggil Adel.

"Oh, kamu yang datang. Masuk yuk," kata Helen.

"Kamu dari kapan datang ke sini?" tanya Adel sambil masuk ke dalam apartemen.

"Aku sudah di sini dari pagi buat membantu keluarga Hanna," jawab Helen.

"Oh," balas Adel.

"Paman, lihat siapa yang datang," kata Helen.

Louis berdiri lalu menatap perempuan yang berdiri di samping Helen.

"Ini Adel?" tanya Louis.

"Iya dia Adel," jawab Helen.

"Hanna," panggil Elsa.

Elsa bangun dari duduknya lalu berjalan mendekati Adel.

"Sayang, ini Adel. Dia bukan Hanna," kata Louis.

"Pa, dia Hanna kita," balas Elsa sambil memeluk Adel dengan erat.

Adel seketika terkejut saat melihat tubuh Elsa sekarang sangat kurus dan wajahnya tirus.

"Tante sudah makan belum?" tanya Adel.

"Tante? Nak, kamu lupa ingatan?" tanya Elsa sambil menangkup wajah Adel.

Adel menatap ke arah Louis yang menangkup tangannya dan memohon pada dia agar mau berpura-pura menjadi putri mereka. Adel menganggukkan kepalanya, dia mau berpura-pura menjadi Hanna.

"Iya ini Hanna. Aku kangen banget sama kalian. Mama sudah makan belum?" tanya Adel.

"Mama tidak nafsu makan karena tidak ada kamu di sini," jawab Elsa.

"Oke. Mama mau dimasakin apa?" tanya Adel.

"Enggak. Mama mau kamu duduk di sini, kita mengobrol," jawab Elsa sambil menarik tangan Adel.

Adel duduk di sofa. Mata dia berkaca-kaca saat menatap mamanya Hanna yang saat ini menjadi sakit karena belum menemukan Hanna.

"Hanna, kamu di mana? Kembalilah," gumam Adel.

"Paman saja yang ambil makanan lagi buat Elsa. Tolong bantu," kata Louis.

"Iya. Paman tenang saja," balas Adel.

Helen duduk di hadapan mereka. Dia jadi ikut sedih dengan kondisi mamanya Hanna.

"Hanna, jangan kelamaan pergi. Orang tua kamu membutuhkan kamu," gumam Helen.

Elsa tersenyum bahagia. Dia mengajak Adel yang dia anggap Hanna mengobrol dan tertawa.

"Aku mau bikin minuman, kamu mau minum apa?" tanya Helen.

"Helen, apa saja," jawab Adel.

Helen pergi dari hadapan mereka. Adel mengobrol dan tertawa bersama Elsa.

"Mama sudah tidak kerja?" tanya Adel.

"Mama dipecat gara-gara tidak fokus waktu kerja. Mama terus memikirkan kamu. Mama rindu sama kamu dan sangat khawatir," jawab Elsa.

"Mama harus semangat, sekarang Hanna ada di sini. Mama pasti tidak mau aku sedih," kata Adel.

"Eggak. Hanna tidak boleh sedih," balas Elsa.

Louis tidak lama kembali. Dia membawakan makanan untuk istrinya.

"Mama sekarang makan dulu," kata Adel.

"Iya," balas Elsa.

Elsa memakan makanan yang disuapkan oleh Adel ke mulutnya membuat Louis sangat senang.

"Apakah pencarian Hanna masih berlanjut?" tanya Helen.

"Kepolisian bilangnya masih, tapi belum ada kabar lagi," jawab Louis.

"Oh," balas Helen.

***

Hanna yang berada di kediaman Odilio tengah berbaring di ranjang setelah minum obat. Edgar menatap ke wajah Hanna yang sangat manis dan membelai lembut wajah perempuan di hadapannya. Seharian ini dia bekerja dari rumah.

"Kamu hanya milik aku. Tidak ada yang bisa mengambil kamu dariku, termasuk orang tuamu," gumam Edgar.

Ponsel Edgar tiba-tiba bergetar. Edgar melihat Gustav yang menelepon langsung menelepon balik Gustav lalu keluar dari kamar.

"Gustav, apakah ada info lain lagi?" tanya Edgar.

"Tuan, pencarian nona sudah diberhentikan oleh polisi," jawab Gustav.

"Oke. Bagaimana jika aku membawa Hanna ke negara lain?" tanya Edgar.

"Aman, tapi kita harus menggunakan pesawat pribadi," jawab Gustav.

"Iya kita akan menggunakan pesawat pribadi," balas Edgar.

"Saya akan mengurus semuanya terlebih dahulu dan dokter yang terbaik juga akan disiapkan di sana," kata Gustav.

"Saya cuma butuh terapi untuk tubuh Hanna saja. Saya tidak mau membuat dia mengingat semuanya," balas Edgar.

"Saya sudah mengonfirmasi semuanya, tapi kita tidak bisa mencegah kalau nona nanti akan mengingat kembali masa lalunya," kata Gustav.

"Iya nanti saja dipikirkan. Kamu terus mengabari saya dan jangan lupa kasih tahu saya apa saja yang perlu ditandatangani," balas Edgar.

"Baik," kata Gustav.

Sambungan telepon dimatikan. Edgar hendak kembali ke kamar, tapi langkah dia terhenti saat melihat Max yang baru saja datang.

"Max, kamu sudah pulang?" tanya Edgar.

"Iya, aku mau ke kamar," jawab Max.

"Kamu masih sama perempuan yang namanya Adel?" tanya Edgar.

"Masih. Dia jadi mainan baru aku sekarang. Memang ada apa?" tanya Max.

"Dia tidak boleh sampai tahu soal temannya," jawab Edgar.

"Iya aku tidak akan memberitahu apa pun padanya. Kakak memang jadi pindah dari negara ini?" tanya Max.

"Iya jadi. Kakak tidak ada pilihan lain lagi," jawab Edgar.

"Semua usaha yang ada di sini mau dipindahkan juga atau bagaimana?" tanya Max.

"Tetap di sini. Paling beberapa bisa dipindahkan ke perusahaan aku di negara lain," jawab Edgar.

"Baiklah," kata Max sambil menatap kakaknya yang terlihat lelah.

"Kak Edgar terlihat sangat mencintai perempuan yang bernama Hanna. Sekarang saja dia menculik gadis itu, seharusnya dia mengakui saja," gumam Max.

"Ya sudah aku mau kembali ke kamar. Kamu juga istirahat, sepertinya kamu kelelahan gara-gara habis bermain," kata Edgar pada adiknya.

"Kakak bisa aja," balas Max.

Edgar meninggalkan Max. Dia pergi menuju ke kamarnya.

"Hanna, apa yang kamu lakukan?" tanya Edgar saat melihat Hanna mau menapakkan kakinya di lantai.

Hanna seketika terkejut saat mendengar suara Edgar yang menggelegar.

"Aku hanya ingin mencoba berjalan," jawab Hanna sambil menunduk.

Edgar menetralkan napasnya. Dia sudah sangat marah saat melihat tindakan Hanna yang mengejutkannya.

"Sayang, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Kamu baru aja pulang dan kamu mulai besok ada terapi juga," kata Edgar sambil mengecup telapak tangan Hanna.

Next chapter