webnovel

Angel Eyes

Hanna meminta maaf pada Edgar. Dia merasa bersalah sudah membuat pria itu terkejut.

"Tidak apa-apa. Sini aku bantu menaikan kaki kamu ke ranjang," kata Edgar sambil membantu menaikkan kembali kaki Hanna.

Tidak lama suara pintu diketuk dari luar terdengar membuat Hanna meminta Edgar membuka pintu dulu. Edgar menurut, dia membuka pintu lalu melihat siapa yang datang.

"Mama mau kasih Hanna minum jus apel," kata Agatha.

"Mama seharusnya tadi suruh pelayan aja yang antar," balas Edgar sambil menggeleng-gelengkan kepala saat melihat kelakuan mamanya.

"Sayang," kata Agatha.

"Iya, Ma," balas Hanna sambil tersenyum dan memakai selendang hingga menutupi kepalanya.

"Ini ada jus apel buat kamu," kata Agatha.

"Mama yang buat?" tanya Hanna.

"Iya aku yang buat," jawab Agatha sambil memegang gelas dan menyodorkan sedotannya ke bibir Hanna.

"Ma, aku bisa pegang sendiri," balas Hanna.

"Sudah, biarkan mamaku yang pegang, Hanna," kata Edgar.

"Aku jadi merasa lemah," balas Hanna.

"Tidak apa-apa sesekali menjadi lemah," kata Agatha.

"Mama jangan begitu sama aku," balas Hanna sambil menyeruput jusnya perlahan.

"Haus?" tanya Edgar saat melihat Hanna yang meminum jus dengan cepat.

"Pasti kamu tidak memberikan minuman ke Hanna," kata Agatha.

"Ma, Hanna tidak minta," balas Edgar.

"Ma, aku sudah selesai minum," kata Hann.

Agatha menaruh gelas yang sudah kosong ke meja.

"Sayang, minumannya enak?" tanya Agatha.

"Enak, pasti bikinnya dengan cinta," jawab Hanna.

"Sayang, Aku yang seharusnya buat minuman itu kalau dengan cinta," balas Edgar sambil duduk di samping Hanna dan memeluk Hanna erat.

"Kalian romantis sekali," kata Agatha.

"Iya dong," balas Hanna.

"Kalian nanti malam mau makan apa?" tanya Agatha.

"Ma, makan malam masih lama," jawab Edgar.

"Mama tidak bertanya sama kamu kok," balas Agatha.

"Hanna mau bantuin masak, boleh?" tanya Hanna.

"Sayang, kamu belum boleh berdekatan dengan asap. Jangan nakal," balas Edgar sambil menoel pipi Hanna.

"Mama nanti masak dibantu pelayan, kamu mau makan apa?" tanya Agatha.

"Aku bisa makan apa aja kok," jawab Hanna.

"Mama nanti jangan buatkan gorengan atau makanan laut untuk Hanna, aku takut dia gatal," kata Edgar.

"Oke," balas Agatha.

Agatha keluar dari kamar membuat Edgar langsung menatap Hanna.

"Kamu mau lihat taman?" tanya Edgar.

"Mau. Taman itu di luar rumah ini?" tanya Hanna.

"Bukan di luar. Di rumah ini ada taman," jawab Edgar.

"Aku mau lihat," balas Hanna dengan penuh semangat.

"Tunggu sebentar, aku ambil kursi roda kamu," kata Edgar.

Edgar mengambil kursi roda lalu menggendong Hanna ke atas kursi roda.

"Terima kasih," kata Hanna.

"Sama-sama," balas Edgar sambil membetulkan selendang yang menutupi kepala Hanna dan memakaikan sweater ke tubuh Hanna.

"Aku sudah kayak mau keluar dari rumah," kata Hanna.

"Ini juga keluar dari rumah, tapi di halaman belakang aja," balas Edgar.

Mereka keluar dari rumah dan langsung disambut para pengawal. Edgar mendorong kursi roda Hanna masuk ke dalam lift.

"Kenapa tadi kita tidak pakai lift? Aku kira rumah kamu tidak punya lift," kata Hanna.

"Kamu menggemaskan sekali sihsayang. Tadi aku ingin menggendong kamu, memang tidak boleh?" tanya Edgar.

"Boleh sih," jawab Hanna.

Tidak lama lift yang mereka tumpangi sudah sampai di lantai bawah. Oscar yang tidak jauh dari sana sedang membaca koran melihat siapa yang keluar dari lift hanya diam.

"Pa, ini bagaimana? Kita jadi buat taman bermain?" tanya Max.

"Sayang, itu siapa?" tanya Hanna.

Edgar melihat ke depan. Ternyata ada papa dan adiknya di ruang tamu.

"Mari aku kenalkan," jawab Edgar.

Edgar didampingi pengawalnya ketemu Oscar. Oscar dan Max menatap ke suara yang melangkah. Max tersenyum saat melihat Edgar dan perempuan yang sudah pernah dia kenal.

"Halo, Hanna," kata Max.

"Halo," balas Hanna sambil tersenyum.

"Cukup, jangan senyum terlalu lama sama ini bocah. Dia adikku," kata Edgar.

"Oh, ini adik kamu," balas Hanna sambil menganggukkan kepalanya.

"Iya aku adiknya kekasih kamu. Kak Hanna bagaimana kabarnya?" tanya Max.

"Kabarku baik," jawab Hanna.

"Sudah, jangan memandang terlalu lama," kata Edgar saat melihat Hanna yang menatap Max dengan intens.

"Kakakku cemburu," kata Max.

"Mau ke taman yang mana?" tanya Oscar.

"Mau ke taman belakang," jawab Edgar.

"Oh, kirain keluar di luar. Lebih baik jangan kalau mau keluar dari rumah," balas Oscar.

"Iya, Pa," kata Edgar.

Edgar membawa Hanna ke taman belakang. Max melambaikan tangan ke arah Hanna yang tersenyum kecil.

"Adik kamu lucu," kata hanna.

"Apa aku sekarang tidak lucu sekarang?" tanya Edgar kesal.

"Kamu cemburuan banget sih, aku cuma bercanda," balas Hanna.

"Oke, aku tidak akan cemburu," kata Edgar.

"Jangan marah dong, aku jadi sedih kalau kamu marah," balas Hanna.

Mereka sampai di taman belakang yang ditumbuhi bunga dan juga ada buah-buahan. Di sana ada beberapa pelayan, tukang kebun dan mamanya Edgar yang sedang memanen buah-buahan.

"Sayang, lihat ke arah sana," kata Edgar sambil memegang tangan Hanna.

"Indah sekali," balas Hanna.

"Hanna sayang," panggil Agatha ssmbil melambaikan tangan.

"Mama panen apa?" tanya Hanna.

"Ini ada apel sama stroberi dan bunga mawar untuk kamu," jawab Agatha.

Agatha memasangkan satu tangkai bunga mawar putih yang sudah dihilangkan durinya dan dicuci ke telinga Hanna.

Hanna tersenyum menatap bunga yang di telinganya.

"Kamu mau berkaca?" tanya Agatha.

"Memang ada kaca?" tanya Hanna.

"Pakai kamera ponsel aja," jawab Agatha.

Agatha membuka ponselnya di depan Hanna lalu mengarahkan kamera ke wajah Hanna.

"Bunganya cantik," kata Hanna.

"Iya cantik seperti kamu," balas Agatha.

Hanna tersenyum menanggapi Agatha yang memujinya.

"Sayang, kamu mau lihat-lihat sekitar taman ini?" tanya Edgar.

"Mau," jawab Hanna.

"Ma, aku mau berkeliling tempat ini bersama Hanna dulu," kata Edgar.

"Iya, hati-hati," balas Agatha sambil mendudukkan diri di kursi teras.

"Nyonya, saya bawa buah dan bunga ke dalam?" tanya Ani.

"Iya, Ani. Kamu sekalian nanti bawa teh dan kue ke sini," jawab Agatha.

"Siap," balas Ani.

Beberapa pengawal berdiri di sana untuk mengawasi sekitar. Mereka tidak mau ada yang mencelakakan Edgar atau Hanna yang tengah di kebun.

"Sayang, kamu senang?" tanya Edgar.

"Senang banget. Aku bisa sadar dan bertemu dengan pria yang sangat mencintai aku. Keluarga kamu juga sangat baik padaku," jawab Hanna.

"Sayang, kamu berlebihan," kata Edgar sambil menatap mata Hanna yang menatap dia dengan penuh cinta.

"Aku tidak berlebihan kok. Kamu seperti malaikat untuk aku. Kalau kamu jahat, kamu pasti sudah membuang aku," balas Hanna sambil menatap mata Edgar.

"Kamu juga seperti bidadari untuk aku. Aku tidak akan pernah melepaskan bidadari secantik kamu. Aku juga ingin kamu segera sembuh dan kita akan segera menikah setelah itu," kata Edgar sambil mengecup tangan Hanna.

"Edgar, cincin pertunangan kita hilang?" tanya Hanna.

"Oh, cincin pertunangan kita hilang sewaktu kamu kecelakaan. Aku juga lupa taruh di mana. Nanti aku akan mengganti cincin pertunangan kita dengan cincin pernikahan yang indah," jawab Edgar.

Next chapter