webnovel

•Prolog•

Jakarta, 16 April 2018.

Namaku Sheina Feika Blade, Umurku 17 tahun. Aku adalah siswa kelas 2 SMA Swasta di Jakarta.

07.11 am.

"Sheina bangunnnnn." Ucap seorang wanita setengah baya sambil mengoyangkan tubuhku dengan pelan.

"Nona Sheina, bangun nanti daddy marah." Ucapnya yang berkali-kali berusaha untuk membangunkan ku.

Lalu beberapa menit kemudian, masuklah seorang pria berbadan bagus, mempunyai bentukan otot, serta wajah yang tampan.

"Maaf tuan, ini ..." ucap wanita setengah baya itu.

"It's okay, biarkan saya yang membangunkan." Katanya dengan suara yang terdengar seperti pria dewasa.

Lalu pembantu setengah baya itu pergi keluar dari kamarku.

Kemudian pria itu mendekat dan mengecup bibirku berkali-kali.

Cup!

Cup!

Cup!

Sontak aku merasa terganggu, dan kemudian membuka mata.

[deg]

Jantungku seketika berhenti dan mata terbeliak melihat pria yang ada di kamarku. Kemudian pria tersenyum dan duduk dipinggiran tempat tidur, sambil tangannya mengelus pipiku.

Aku masih terdiam dan memandangi wajahnya yang begitu sangat tampan.

"Sheina, bangun sayang." Katanya dengan suara yang lembut sekali.

Kemudian aku langsung mengangguk dan begitu nurut dengannya. Aku pun sedikit bangun dan bersandar sambil terus menatap wajahnya.

"Daddy." Ucapku dengan suara yang manja.

"Hum?" Sahutnya dengan tangan yang masih mengelus pipiku.

"Daddy baru pulang? Ke mana aja seminggu ini?" Tanyaku yang seakan posesif sekali dengan pria ini.

Pria itu terkekeh geli, lalu ia mendengus pelan.

"Do you wanna play?" Tanyanya sambil menarikku ke dalam dekapannya.

Aku hanya menjawab dengan anggukan. Lalu kemudian pria itu berdiri dan berjalan pelan ke arah pintu karena ingin menutupnya. Setelah pintu tertutup pria menghampiriku dan menciumku dengan sangat agresif. Sontak aku terkejut tetapi aku ikuti permainannya. Perlahan ciuman tersebut turun kebagian leher, seketika aku memejamkan mata dan ingin menyentuhnya tetapi ia langsung menggenggam tanganku dengan erat lalu ia berkata. "Let me touch you my little girl."

Aku mengangguk pelan dan tersenyum, kemudian ia membuka kancing kemeja dan bersiap untuk melakukan permainan.

•••

08.43 am.

Setelah kurang lebih 2 jam bermain, aku pun terkapar lemas di atas king size tempat tidur.

Perlahan aku memeluknya. Pelukan seorang ayah yang begitu sangat nyaman bagiku.

Raiden Alexander Blade, pria yang berumur 28 tahun, yaitu ayah angkatku.

Aku adalah anak angkatnya, yang pernah ia temui beberapa tahun lalu saat di sebuah bar. Aku memanggilnya sebutan daddy. Dia begitu sayang dan cinta denganku, sebaliknya aku juga seperti itu kepadanya.

"Dad." Ucapku dengan suara yang lemas.

"Hum." Sahutnya.

"Aku cinta sama daddy." Kataku dengan sangat tulus.

Daddy hanya tersenyum sambil mencium pucuk kepalaku.

Aku dan daddy sudah melakukan hal ini 3 bulan lalu. Di mana daddy jatuh cinta kepadaku. Dan bodohnya aku pun tidak marah kalau ia jatuh cinta denganku. Tapi bagaimana, aku ini memang bukan anak angkatnya. Aku selalu berharap semua orang memandang kami berdua bukan status ayah dan anak, tetapi dua sepasang kekasih.

"Sheina, maafkan daddy ya." Ucapnya sambil menatap ke arah langit kamar.

Setiap kita berdua melakukan permainan, daddy selalu meminta maaf. Entah aku pun bingung kenapa.

"Kenapa minta maaf dad?" Tanyaku kepada daddy.

"Ya karena, seharusnya saya ini jadi ayah yang baik buat kamu." Jawabnya.

Aku yang mendengar jawaban itu sedikit kesal lalu sedikit bangun sambil menahan selimut yang menutupi tubuhku. Kemudian aku menatap kesal kepada daddy.

"Dad, aku ini bukan anak kamu." Ucapku dengan nada suara yang sedikit kesal.

"Tapi, ga seharusnya daddy melakukan ini." Katanya yang semakin membuatku kesal.

"Daddy are you serious?" Tanyaku sambil menatap tajam ke daddy.

"Biar bagaimana pun kamu itu adalah anak—." Belum selesai daddy bicara sudah aku potong.

"Engga! Daddy i love you, and you love me." Kataku dengan suara yang merendah.

"Please dad, kita baru ketemu jangan membuat aku bete." Ucapku sambil menunduk.

Kemudian daddy berdiri, memakai kemeja dan celana panjangnya.

"Dad." Ucapku yang memanggil pelan daddy.

Daddy hanya menoleh, dan merasa sangat menyesal.

"Kita ga akan pernah lakukan ini lagi, kamu itu anak saya." Katanya dengan suara tegas dan berjalan keluar begitu saja.

Aku pun meneteskan air mata, seakan menjadi pelampiasan nafsu daddy saat dia baru pulang dari luar kota. Aku tahu dihati kecil daddy, ia sangat mencintaiku. Tapi dia selalu berusaha menganggapku sebagai anaknya, karena demi sebuah statusnya dia sebagai CEO ternama di Jakarta.

Aku berjalan ke arah kamar mandi sambil menangis tersendu-sendu.

"Kenapa daddy seperti itu, kalau tahu kayak gitu lebih baik aku kabur dari sini." Kataku sambil menangis.

•••

11.04 am.

Aku berjalan dengan santai melewati ruang tengah, hari ini adalah hari minggu, dan aku sudah punya janji dengan Amel temanku. Saat sedang berjalan tiba-tiba ada yang memanggilku.

"Sheina." Ucap daddy yang berdiri sambil menatapku.

Aku pun dengan sangat malas dan kemudian memalingkan wajah.

Kemudian daddy mendekat, dan memperhatikan pakaianku.

"Ganti baju." Katanya yang seakan seperti seorang ayah.

"Gak mau." Jawabku dengan santai.

Daddy menatapku dan merangkul pinggangku.

"Ganti, atau saya hukum kamu!" Serunya dengan nada suara yang sedikit menekan.

Aku pun tersenyum seperti menggoda daddy.

"Aku cantik ya dad." Kataku.

Daddy langsung melumat bibirku dengan agresif dan kemudian aku mendorongnya.

"Aku ini anak kamu, stop kissing me!" Ucapku yang menegaskan katanya tadi pagi.

"Daddy bilang, status kita itu anak dan ayah, so stop kissing and touch me!" Tegasku.

Lalu aku pun pergi dengan tetesan air mata dan meninggalkan daddy begitu saja.

To be continued

Next chapter