21 TETEH, KENALKAN AKU DENGAN HUMAIRAH

Mimpi semalam sangatlah mengganggu hari Arif, ia menjadi tidak fokus mengajar. Disela-sela istirahat ia sempatkan untuk beribadah, sholat istikhoroh untuk memantapkan hatinya. Semakin sore hatinya semakin mantap, semakin menggebu rasa dihatinya untuk cepat pulang.

Selepas ashar Arif bergegas, ia memutar motornya dengan hati-hati kerumah kakaknya. Teh maryam.

"Teteh kenalkan aku dengan humairah!" Arif mengucapkannya dengan nafas tersengal, lengsung menyambar setelah sekelebat kakaknya menjawab salam

"Apa?"

"kenalkan aku dengan Asiyah"

"Kamu yakin? Dia itu.." Maryam berusaha menjelaskan

"Yakin. Insyaa Allah!" Jawaban Arif mantap

Janda, tapi Gadis!

Mereka berempat berjumpa, disebuah cafe keluarga dipusat kota Bandung. Arif dan Maryam tiba duluan. Mereka memilih meja dilantai dua, Maryam meminta Arif menyetel meja dan kursi yang akan mereka tempati, 2 kursi bersampingan untuk ia dan adiknya, dan dua lagi diseberang mereka duduk.

Arif, Asiyah, Maryam dan Fatma bertemu. Mereka berbincang delapan mata, semua serius! Yaya menunduk, Arif pun juga demikian, malu. Suasana Bandung sore Ba'da Ashar begitu bersahabat. Angin berhembus lembut, burung terbang seakan berkejar-kejaran keriangan.

Seorang pramusaji laki-laki datang, membawa dua buah daftar menu yg semestinya dipilih oleh pelanggan, Maryam dan Fatma memilih secangkir kopi cappucino dengan latte diatasnya. Pramusaji mencatat, pesanan

"Kakak yang lain mau pesan apa? " tanya pramusaji ramah

"Jus Pokat" keduanya menjawab berbarengan, mereka saling pandang sesaat, hati mereka berpacu, tak menyangka memiliki pilihan yang sama. Padahal saat itu suasana sejuk dingin, tapi, entah kenapa segelas jus pokat dinilai mereka adalah minuman yang tepat, mungkin karna saat itu mereka berdua sedikit merasa gerah.

Pramusaji berlalu, Maryam selaku kakak dari pihak laki-laki mengambil sikap untuk bicara terlebih dahulu.

"Ehm.. Bismillah, Assalamu 'alaikum Warhmatullahi Wabarakatuh.

"Waalaikumussallam warahmatullahi wabarakatu" semua menjawab pelan

" Alhamdulillah ya, atas karunia Allah kita dipertemukan lagi saat ini, dalam keadaan yang berbeda dari sebelumnya. Tidak usah terlalu formal ya, jadi, ana bertujuan ingin mengenalkan Arif kepada Asyifa atas keinginan dari Arif langsung. Jadi, bagaimana kira-kira Fatma, bolehkah mereka berbicara dan saling mengenal sekarang?"

"Alhamdulillah, atas karunia dari Allah, tdk mungkin ada pertemuan ini tanpa campur tangan Allah didalamnya, dan semoga apapun yang terjadi kedepannya, kita masih tetap saling menyayangi sebagai saudara, sebagai saudara yang saling mencintai karena Allah. Jadi, sok atuh Arif mau tanya apapun ke Asiyah itu boleh, dan Yaya pun boleh bertanya apapun ke Arif dengan kami berdua sebagai pendamping"

Seorang pramusaji datang membawa nampan yang berisikan empat buah minuman, pembicaraan terhenti sejenak menunggu pramusaji selesai dengan urusannya.

Arif memulai pembicaraan

"Maaf Yaya, kalau boleh tau dulunya lulusan mana ya? "

"Alhamdulillah, ana lulisan Lipia"

"Alhamdulillah"

"Kalau kamu sendiri? "

"Saya dari Kairo"

"Masyaa Allah" jawabnya

"Ada rencana buat meneruskan S2 disana lagi? " tanya Yaya lagi

"Insyaa Allah nanti, setelah mendapat pendamping dari Indonesia, mau diboyong kesana, niatnya agar bisa menimba ilmu sama-sama"

Asiyah terkejut bukan kepalang mendengar jawaban Arif, serasa impiannya menjadi nyata. Impian menimba ilmu bersama suami ke Timur Tengah adalah impiannya sejak dulu. Karena ia tidak berani jika harus menimba ilmu dinegri orang tanpa mahrom.

"Ukh, ukhti" panggil Arif

"Eh, iya" Yaya tersadar dari lamunannya

"Kalau boleh ana ingin mendengar singkat cerita perjalanan hidup anti, sejak kecil hingga lulus dari Lipia"

"Baiklah"

Asiyah mulai bercerita lepas, ia bercerita kepada Arif dengan ekspresi yang sangat antusias, ia juga menceritakan beberapa pengalaman-pengalaman lucunya selama mondok sampai tinggal di Jakarta. Mereka berdua saling tertawa. Tak lama kemudian giliran Arif, ia menceritakan perjalanan singkat hidupnya dari kecil sampai lulus dari Universitas Al-Azhar. Ternyata Arif lebih lepas lagi, ia menceritakan banyak hal konyol tentang Timur Tengah kepada Syifa, mulai dari penjual kopi yang sangat laris didekat tempat ia tinggal disana sampai seorang penjual kurma yang terkenal garang tetapi ternyata takut kepada istrinya. Mereka tertawa terbahak-bahak. Seperti tidak ada orang lain disana, seakan saat itu mereka hanya ngobrol berdua saja.

Sudah hampir satu jam mereka saling bercerita, mereka lupa waktu. Maryam dan Fatma yang sudah menghabiskan masing-masing 2 gelas kopi saling pandang. Maryam mengedipkan mata kepada fatma isyarat agar ia menghentikan obrolah mereka karena dianggap cukup.

Keduanya sudah tak ragu lagi untuk saling pandang, meski semakin dipandang hati mereka semakin terasa mau copot, jatuh menyentuh lantai. Tangan keduanya menghangat karena suasana tegang sudah mulai mencair.

"Ehm" suara batuk dari Fatma

"Kayaknya enak ngobrol ya, lupa ada teteh disini ya"

Keduanya terkejut, malu kemudian kembali menundukan pandangannya

"Jadi, gimana?" Tanya Fatma singkat. Ia sengaja bertanya demikian untuk melihat sejauh mana Arif memahami bahasanya.

Arif mengerti, ia langsung mengambil sikap. Ia jatuh cinta kepada Asiyah bahkan sejak pertama kali bertemu. Dalam ketertarikan, mungkin setiap lelaki yang memandang wajah teduh Yaya bisa dikatakan semua bakal tertarik dan jatuh cinta. Ia sudah jatuh cinta kepada gadis itu bahkan sejak pertama kali bertemu, ditambah pertemuan-pertemuan berikutnya yang membuatnya yakin akan pilihannya.

Arif memulai pembicaraan

"Bismillah" dengan pelan

"Alhamdulillah teh, sebenarnya proses taaruf ini hanyalah untuk mentalkin atau meyakinkan saya saja. Sebenarnya tanpa ini pun Insyaa Allah saya tetap akan melanjutkan proses taaruf ini ke tahap selanjutnya yaitu khitbah, karena bagi saya ada point-point tertentu yang mana hati saya sudah mantap dan Allah sudah memberi sinyal juga. Afwan sebelumnya, ada hal yang akan saya ungkap juga disini, perihal Asiyah. Saya mendengar status beliau beberapa hari yang lalu dari seorang yang sangat saya percayai, dan meski Rasulullah Sallallhu alaihi Wasallam menganjurkan sebaiknya menikahi gadis itu adalah lebih baik bagi seorang bujang, tetapi tidak bagi saya, saya merasa Allah sudah memilihkan Asiyah untuk saya dan saya terima apapun keadaan dia, maka dengan ini Bismillah didepan kedua Mahrom kami yang mana berlaku sebagai wali dari kami berdua, saya ingin mengkhitbah Yaya"

"Alhamdulillah" jawab Maryam dan Fatma berbarengan

"Yaya, ada yang ingin disampaikan?"

Tanya fatma

"Bismillah" jawab yaya pelan

Yaya mulai membacakan sebuah ayat Al-qur'an, Surat Al-Ahzab ayat 49 beserta artinya

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya"

" Semoga ayat diatas cukup sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkutat dikepala A' Arif dan Insyaa Allah saya menerima Khitbah ini, dan mengharapkan segera dilakukan khitbah resmi kerumah agar kita terhindar dari fitnah"

Fatma menyeka air mata, pertanyaannya selama ini terjawab sudah, boleh jadi status kenegaraan adiknya adalah seoranh janda yang ditinggal mati suaminya, tetapi ia masih gadis, kesuciannya masih terjaga untuk kehidupan rumah tangganya selanjutnya

Arif melongok, selesai Asiyah membacakan ayat tersebut ia tersentak. Betapa baik Allah padanya, betapa banyak karunia yang Allah berikan kepadanya hingga tak sanggup ia tampung. Calon istri yang berstatuskan janda, tetapi kesuciannya masih terjaga dan Insyaa Allah itu untuk dirinya.

"Alhamdulillah" Arif bersyukur lirik

Hatinya berdzikir terus menerus menyebut nama Allah

"Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah.."

Hening sesaat.

Zzzttt zzttt Ponsel Fatma berdering, suaminya menelepon.

Ia berdiri menepi.

Mereka memesan 4 porsi nasi goreng spesial, semua makan dengan lahap dan mengobrol santai. Obrolan semakin menjurus ke tanggal pernikahan, Arif dan Asiyah kompak menjawab ingin diadakan pernikahan secepatnya. Yah, maklum saja, cinta itu memang berat, karena yang dilawan nafsu syahwat, semakin cepat mereka halal maka akan semakin baik.

Selesai makan, Fatma pamit turun, katanya suaminya ikut datang untuk menjemput. Ia meminta Arif dan Maryam menunggu, agar bisa berkenalan dengan suaminya.

Maryam mengobrol banyak dengan Asiyah, bertanya ini dan itu, tentang hobi dan kegemaran, Alhamdulillah mereka memiliki hobi yang sama, memasak dan menjahit, untuk Yaya bisa dibilang kebanyakan gamis yang ia kenakan adalah jahitannya sendiri, maklum tubuhnya mungil, sehingga saat membeli pakaian jadi maka pakaian itu dipastikan selalu kebesaran jauh dari tubuhnya, lengannya turun dan kepanjangan luar biasa.

"Assalamu 'alaikum" suara laki-laki mengucap salam

Arif berdiri menjawab salam sambil menoleh

"Bang Imron, Waalaikumussallam" betapa terkejutnya ia mengetahui bahwa calon kakak iparnya adalah kakak kelasnya sewaktu berkuliah di Al-Azhar dulu

"Sudah kenal Bi?" Tanya Fatma

"Lah, ini sih adek kelas kesayangan Abi semasa di Al-Azhar"

"Masyaa Allah, jadi Arif yang mau jadi calon adek ipar abang? Alhamdulillah, Allah yaa mujiibassaillin, ia mendengar doa abang"

Mereka berdua berpelukan, Bang Imron merangkul Arif, mengajaknya pindah ke meja lain untuk sekedar ngobrol dan bercengkrama, di meja yang tadi, Fatma, Maryam dan Syifa mengobrol tentang kebetulan yang luar biasa ini. Mereka juga saling tukar cerita tentang resep masakan dan lainnya.

Tepat setengah 6 sore, mereka berpisah. Pembicaraan selanjutnya mengenai lamaran dan pernikahan akan dibicarakan melalui telepon, karena jarak yang lumayan jauh dari Bandung ke Bogor.

......

Review Review

Support IG penulis di @ririn.p.abdullah

bantu follow ya

yg mau ikut charity boleh DM

"Sedekah tidak akan membuatmu miskin"

avataravatar
Next chapter