1 Chapter 1 - Bak Petir masuk kedalam telinga.

Namaku Rama, aku adalah anak dari keluarga nelayan. Dari ayahku hingga nenek moyangku adalah seorang nelayan. Lautan menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam hidupku. Namun jujur saja aku sangat membenci lautan. Lautan telah merenggut ayahku, 10 tahun lalu saat aku berumur 16 tahun. Ayahku pergi melaut sendirian namun hingga kini ia tak pernah kembali. Hilang begitu saja. Semenjak saat itu aku terpaksa menggantikan ayahku untuk melaut untung saja aku dulu pernah diajari cara-cara melaut.

" Ram.. Ram.. Ramaa.. Sarapan dulu nak " terdengar teriakan Ibuku yang membangunkanku dari tidurku.

Aku masih merasa mengantuk karena tadi malam selesai melaut, hasilnya sangatlah banyak namun tetap saja dibandingkan tengkulak yang meminjamiku, untungku hanya sedikit.

Sebenarnya keluargaku tidak membutuhkan pinjaman tengkulak namun itu dulu ketika ayahku masih ada. Ayahku menghilang bersama perahu bermotornya hingga membuatku terpaksa meminjam kepada tengkulak aku meminjam seluruh peralatan melaut hingga perahu bermotornya pun aku meminjam. Sebenarnya aku lebih memilih perahu layar atau perahu dayung untuk melaut namun perahu layar memiliki kelemahan yakni aku hanya bisa melaut malam saja sedangkan perahu dayung membutuhkan tenaga ekstra, karena untuk meningkatkan ekonomi keluargaku aku terpaksa harus memakai perahu motor dan melaut secara intensif.

Aku bergegas menuju dapur, dan melihat Ibuku menyiapkan sarapan. Seperti biasa aku hanya sarapan dengan ikan hasil tangkapanku.

Setelah sarapan aku pergi ke tengkulak untuk menjual ikan hasil tangkapanku. Jujur saja jika aku tak terjerat dalam pinjaman tengkulak aku lebih memilih menjualnya langsung dipasar, ataupun mencari distributor daerah lain.

--

Hari telah siang setelah aku berbicara dengan tengkulak. Kini aku berjalan menuju rumah sambil melewati jalan-jalan desa.

Sepanjang jalan menuju rumah banyak kenalanku yang menyapaku, salah satunya temanku Hasdi. Hasdi adalah sahabatku dari sejak kecil, keluarganyapun dekat dengan keluargaku. Hasdi adalah seorang pedagang dipasar ikan daerahku, jikalau bukan karena perjanjian dengan tengkulak bahwa membayar pinjaman harus dengan ikan pasti aku akan menjualnya pada Hasdi.

Hasdi menyempatkan menyapaku ketika ia sedang sibuk bertransaksi dengan orang lain, aku balas dengan anggukan lalu terus melangkah menuju rumah.

Ketika sampai di rumahku, ada orang lain juga yang menungguku selain ibuku. Orang tersebut adalah perempuan dengan rambut panjang dan kulit sawo matangnya yang terlihat sangat serasi.

Perempuan itu menatapku dengan lembut lalu berdiri dan menarik-ku untuk duduk disisinya. Perempuan disampingku adalah Raras, kekasihku.

---

Raras adalah seorang anak yang sebaya denganku, kami dan juga Hasdi sering bermain dari sejak kecil hingga menjadi sahabat. Namun entah sejak kapan timbulah benih-benih cinta diantara kami.

Saat ini aku sedang duduk disamping Raras, sambil Raras bermanja-manjaan denganku, Raras rebahan dan menjadikan pahaku sebagai bantalnya. Aku membelai rambut miliknya.

Raras yang sedang rebahan menatapku, dan berkata " Mas ? Kapan kamu akan menikahiku ? "

Mendengar pertanyaan Raras, aku terdiam. Segala pikiran masuk dalam benak-ku. Hutang yang masih belum dibayarkan pada tengkulak, hasil yang tak seberapa,Ramapun masih susah membiayai hidupnya dan Ibunya.

Aku melihat kearah Raras, dan berkata " Ras, bukanya aku tak mau segera menikahimu. Tapi untuk saat ini masih banyak hal yang harus aku bereskan. Hutangku pada tengkulak masih banyak. "

" Lalu, aku takut aku tak bisa membiayai rumah tangga kita nanti " lanjutku.

Raras langsung menjawab ucapanku

" Ya jika nanti ? Lantas kapan hari itu terjadi ? "

" Entahlah Ras, akupun tak tahu. Tapi aku minta bersabarlah untuk saat ini " ucapku.

Keheningan tercipta diantara keduanya, lalu Raras memecehkan keheningan dengan kata-kata yang kuanggap bak petir masuk ketelingaku.

" Mas... Tapi aku hamil. "

avataravatar