20 Mata Batin

Akhirnya, mereka muncul di ruang baca Melanie tepat di pintu berukir itu.

" Berhasil juga." Maya menekan dada lega.

" May, perpustakaan ibumu?."

" Iya yang aku ceritakan itu."

" Apa kami bisa melihat-lihat buku."

Ketiga temannya antusias.

" Bisakah kita lakukan itu nanti. Aku lapar,belum makan." Levi mengerang.

" Sebenarnya, aku juga merasa lengket dan ingin mandi." Kata Ingky.

" Baiklah. Kita mandi dan makan dulu kemudian berdiskusi lagi."

Maya menggeser rak buku menutupi pintu itu dan bersama-sama keluar dari ruang baca.

" Aahh..!!!!!."

" Menjijikkan!!!."

" Seramnya."

Ketiganya berpelukan dan menutup mata.

" Maya! kenapa rumahmu begitu menyeramkan?."

" Aku tidak tahu. Ini tidak pernah terjadi."

" Apa yang membuat kalian begitu bersemangat?." Levi bertolak pinggang mengamati ketiganya yang gemetar.

" Lihat! Kalian tidak lihat hantu-hantu menakutkan itu?."

" Matanya copot,lehernya putus, iihh..."

" Haiiii...!!."Bocah Ular, Lola mendesah pelan." Itu hanya hantu biasa."

" Kamu bocah iblis tentu saja terbiasa, kami tidak." Bantah Ingky.

" Kalian akan terbiasa setelah ini." Kata Levi acuh.

" Larik-larik." Peri kecil yang ada di pundak Mary membaca mantra dan sinar terang melompat kearah hantu-hantu itu. Sekejap, hantu-hantu gentayangan lenyap.

" Dengan aktifnya spiritual dalam diri kalian, mata batin juga sudah terbuka. Kalian akan bisa melihat makhluk tidak kasat mata dan merasakan aura iblis atau peri. Tentu saja untuk level rendah."

" Ini sangat buruk." Omel Mary.

" Apa ada cara lain untuk tidak melihat mereka?." Ingky cepat mencari solusi.

" Kalau kalian sudah bisa menggunakan kekuatan spiritual mengusir mereka." Hha... spiritual lagi." Keluh Ingky putus asa.

" Bukankah kalian bilang spiritualku tersegel?."

" Tersegel dalam tubuhmu tapi sudah aktif hanya belum bisa menggunakannya."

" Bisakah kamu mengusir mereka."

Si bocah ular mengangguk." Itu hanya level rendah, aku bisa meniupnya."

" Lain kali, tiup mereka untukku."

" Tidak ada yang gratis di dunia ini."

" Kamu bocah ular sialan!." Ingky memukul bahunya.

Sedang Mary mengelus peri kecilnya dengan nada membujuk." Peri kecil, aku mengandalkanmu sampai aku kuat ya. Aku akan giat berlatih agar cepat kuat."

" Dengar!." Lola menggosok bahunya." Setidaknya kamu meminta bantuan dengan baik sepertinya."Bibirnya mengerucut ke arah Mary.

" Baik." Ingky menepuk-nepuk bahu Lola.Dengan suara manis dia berkata" Lola manis, kakak ini membutuhkanmu mengusir hantu."

" Aku tidak punya pilihan tentang itu." Balas Lola Angkuh. Ingky meliriknya, berniat membawanya ke penjual pasar malam untuk dijadikan ular panggang.

"Nona, kamu tidak meminta bantuanku?." Bisik Levi menarik Maya membungkuk.

" Bukannya kamu sudah tahu yang harus dilakukan?." Maya menanggapi dengan acuh. Dia tahu, kakek tua itu hanya tubuhnya yang bocah, hati dan jiwanya tetap kakek-kakek genit.

" Ikuti aku untuk memilih kamar." Maya cepat membimbing mereka sebelum para hantu itu datang lagi.

Abel membagikan jimat agar hantu tidak masuk ke kamar mereka.

"Kamu sungguh tidak asyik. kenapa harus memberi mereka jimat?."

" Leluhur, kalau mereka melihat hantu terus menerus, galeri ini akan dikepung orang-orang karena mendengar teriakan."

" Pertama, jangan panggil aku leluhur. Itu terdengar terlalu tua." Protes Levi." Lihat! aku bocah polos sekarang."

Sayangnya, hati dan jiwamu rubah tua cela Abel dalam hati.

" Kalau mereka bisa melihat hantu, mereka akan meminta kita menemaninya." Levi terkekeh nakal. " Kamu kira aku tidak tahu kalau kamu menyukai gadis angin itu. Ing...Ingky..ya Ingky." Dia mengacung-acungkan telunjuknya dengan senyum nakal." Kamu bisa datang ke kamar Ingky. Lagian, ular kecil itu tidak terlalu penurut padanya. Dua-duanya keras kepala dan sering bertengkar."

Abel juga mencari akal agar bisa menaklukkan binatang iblis itu dan Ingky bisa memerintahnya dengan mudah.

" Tapi, kamu sok jadi pahlawan...Ciihh.." Levi mendongkol.

" Pangeran Levi..."

" Eits...!!." Levi cepat menyela" Panggil Levi saja. cukup Levi saja."

" Aku tahu, Levi menyukai Maya, kan?."

" Kamu sudah tahu kenapa bertanya?."

***

Tengah malam di kota E.

" Tuan, nona Maya membawa teman-temannya masuk ke galeri dan menginap?." Sekretaris Kim melapor. Kening Tuan Ferd mengkerut dan wajahnya rumit.

" Siapa mereka?."

" Ini adalah Ingky, anak dari mantan sekretaris nyonya Melanie."

" Melanie membuat industri aksesoris kecil pada wanita itu bukan?."

" Iya. Tampaknya hubungan mereka sangat baik. Bahkan sebelum Nyonya menghilang, sehari sebelumnya, mereka bertemu secara diam-diam di kafe kecil di pinggir kota."

" Kurasa anak itu tidak masalah. Mungkin,hubungan Maya sama dekatnya Melanie dengan ibunya."

" Lainnya, dua nona muda dari keluarga Smith. Nona Renata dan Nona Mary."

" Aku tahu mereka sangat membela Maya dan membenci Grace. Mereka pasti memiliki persahabatan yang dalam dengan Maya."

"Bagaimana kalau nyonya Melinda menggunakan alasan ini untuk minta keadilan. Dia sudah berulang kali ingin masuk ke galeri itu."

Tuan Ferd manggut-manggut. " Kamu benar. Maya juga harusnya tahu kalau dia tidak seharusnya memasukkan teman-temannya kesana." Tapi, Tuan Ferd agak khawatir kalau harus menghukum Maya lagi. Saat dia mendengar dia hilang beberapa hari lalu dia sangat cemas.

" Nyonya besar juga menelpon kalau Nona Maya menjemput anak angkat Nyonya Melanie."

Tuan Ferd menatap Sekretaris Kim dengan bingung." Anak angkat? Melanie tidak pernah mengatakan apapun tentang itu."

Sekretaris Kim membuka file, memperlihatkan foto seorang anak laki-laki.

" Setelah menerima telpon nyonya besar, aku langsung mengkonfirmasi pada pihak panti asuhan. Penanggung jawab panti asuhan mengatakan kalau nyonya melakukan adopsi dua tahun lalu."

Tuan Ferd memeriksa dengan seksama.

" Besok pagi, nyonya besar akan mengunjungi mansion."

Tuan Ferd menghela napas berat. Sudah lama dia tidak bertemu ibunya. Dua tahun lalu dia mengamuk ketika mengetahui kalau Melanie menghilang dan menyalahkan Tuan Ferd karena membawa pelacur pulang ke mansionnya.

Tuan Ferd juga tidak lupa bagaimana ibunya menggila waktu mengetahui anaknya memiliki wanita lain. Kalau mengingat itu, Tuan Ferd selalu di serang sakit kepala yang tak tertahankan. Dalam hidupnya, ibunya dan Melanie adalah dua wanita yang sangat berharga. Tapi, keduanya telah menarik garis padanya.

" Kita akan kembali untuk sarapan besok pagi."

Jarak kota E dan kota H hanya satu jam perjalanan.

*****

avataravatar
Next chapter