7 Bab 7. Maya Tidak Pernah Muncul

" Mungkinkah aku terjebak di negeri dongeng?.".Maya mengedarkan pandangannya. " Atau ini adalah mimpi?." Gumannya sambil mencubit dirinya sendiri.

"Ahhh...shitt!ini sakit berarti aku tidak sedang bermimpi sekarang." Dia termangu, otaknya belum menganalisa kejadian apa yang dialaminya.

" Tidak peduli apapun, tempat ini sangat indah." Maya membentangkan tangannya, menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan.

" Benar-benar menakjubkan!." Ia tanpa sadar menyuarakan perasaannya.

Teriakan bahagianya mengundang perhatian para binatang yang mengabaikannya tadi.

Si kelinci berjalan kearahnya.membuat Maya sontak membeku di tempat.

" Manusia,suaramu cukup nyaring." binatang itu berbicara. Mata Maya terbeliak. " Apa mungkin dia salah dengar." Bathinnya.

" Kenapa dia tiba-tiba ada disini?." Itu babi abu-abu kecil yang bergabung dengan si kelinci.

"Tunggu!." Maya mengamati binatang itu. " Bentuk mereka agak aneh." Hatinya semakin resah." Kelinci memiliki tubuh musang, babi yang memiliki belalai, ayam bertanduk.

" Apa-apaan ini?!." Walaupun kaget, Maya tak berani bersuara.

" Kapan ya, terakhir kali ada manusia yang mengunjungi kita?." Sahut si ayam.

" Kurasa ratusan tahun lalu."

" Aromanya enak." seekor ular hitam kuning yang memiliki kaki juga muncul.

" Bisakah dijadikan makanan?."

si ayam mendengus." Lidahmu ingin dipelintir? tidak! tidak cukup. Mungkin sang Dewi akan memotongnya."

" Kamu terlalu serius menanggapinya."

" Kurasa, dia masih sangat muda."

" kelihatannya tidak buruk."

Obrolan mereka masuk ke telinga Maya dan membuat kepalanya berdenging. Binatang -binatang ini malah membicarakannya sekarang, seolah dia tidak melihat mereka.

Maya perlahan mundur langkah demi langkah sampai badannya menabrak sesuatu dan sedikit tersengat. Ia berbalik dan menemukan cahaya berbentuk silinder yang mengurung satu sosok di dalamnya. Sosok itu telanjang dengan rambut perak panjang menutupi punggung, tangan dan dadanya. Ia duduk dengan posisi kaki ditekuk, kedua tangannya diletakkan di lutut, menunduk dengan dahi tertumpu pada telapak tangannya.

Maya ingin mengalihkan pandangan dari bentuk tak senonoh itu tapi dia tidak bisa seolah dirinya di kendalikan. dia juga tidak bisa bersuara. Maya mulai panik dan menekan buku yang dibawanya kedadanya. Tiba-tiba sosok itu mendongak memamerkan sepasang mata merah menyala menatapnya dengan ganas.

" Aaaahhhgggg....!!!". Teriakannya tersangkut di tenggorokan.

" Aku ingin pulang." Hatinya mendamba pelan.

pemandangan kabur seketika dan berubah menjadi larik cahaya yang memaksa Maya menutup matanya. Satu kekuatan menghempaskannya.

***

Tuan Ferd kembali dari perjalanan bisnis, langsung menuju galeri untuk mengkonfirmasi berita yang dibawa sekretaris Kim tentang ketidakmunculan Maya sejak dua hari. Hatinya sangat cemas.

" Dua hari yang lalu, nona masuk ke ruang baca seperti biasa tapi dia tidak muncul makan malam. esok paginya setelah jam sarapan lewat, para pelayan mencarinya tapi tidak menemukannya dimanapun.

setelah jam makan malam, nona tidak juga muncul, kami segera melapor pada kepala penjaga dan bersama-sama melakukan pencarian tapi tidak menemukannya. esok paginya, kami mencari lagi dan nona sama sekali tidak ditemukan."

Tuan Ferd melihat kristal hijau ditangannya, sangat tenang yang menandakan kalau Maya baik - baik saja. Untuk mengetahui keadaan anak dan istrinya, tuan Ferd menyimpan aura Melanie dan Maya dalam kristal batin miliknya.

" Apa ada sesuatu terjadi?."

" Tidak ada. Hanya saja, hari dimana nona menghilang, nyonya kedua datang memaksa masuk tapi cepat dicegah kepala penjaga dan dibawa kembali ke sayap kiri mansion."

" Baik. Saya akan ke mansion dulu."

Tuan Ferd bergegas ke sayap kiri tempat Melinda berada.

" Melinda!." Panggil Tuan Ferd sambil mengetuk pintu. Hening.

" Melinda apa kau di dalam?." Panggilnya lagi. Tetap tak ada suara.

Tuan Ferd tidak sabar dan langsung mendobrak pintu.

" Melinda! apa yang kau lakukan?."

Orang ditanya sedang bersimpuh dilantai dengan rambut terurai liar. penampilannya sangat kacau.

" Melinda! kau mendengarku?." Wanita itu segera tengadah, sorot matanya merah menyala menakuti penjaga dan pelayan yang melihat kearahnya. sontak mereka berlindung dibalik punggung tuannya.

cahaya merah itu segera memudar setelah bertemu tatapan tajam tuan Ferd.

" Apa yang kau lakukan?."

Tuan Ferd dengan sigap menarik paksa Melinda untuk berdiri.

" Katakan apa yang kau lakukan pada anakku?."

" Apa yang aku lakukan?." Melinda balik bertanya dengan kebingungan.

" Jangan pura-pura." Tuan Ferd melempar Melinda dengan kasar ke sofa." Maya tidak pernah terlihat selama dua hari ini."

Melinda segera mencerna situasi." Anakmu hilang? Bagaimana dengan anakku yang kau jebak kerja rodi selama dua bulan."

" Grace menerima hukuman dari perbuatannya."

Melinda bangkit." Maya memilih sendiri berada di Galeri. Kenapa menyalahkanku atas kehilangannya?."

"Dia menghilang sejak kamu datang ke galeri."

Melinda tertawa sinis." Bagaimana kalau aku mengatakan...." Dia berhenti sejenak.

" Aku membunuhnya."

" Plak!!."

Tamparan tuan Ferd mendarat setelah ucapan Melinda keluar. Dia terbanting ke kursi dengan bibirnya pecah.

" Jangan pernah bermain denganku." Tuan Ferd menjambak rambutnya. " Kalau terjadi sesuatu padanya, tanganku sendiri yang akan memecahkan kepalamu." Tuan Ferd menggeram.

" Tuan...Tuann...mohon tahan amarah anda." Sekretaris Kim datang tergopoh-gopoh. " Nona sudah ada di galeri sekarang."

Tuan Ferd segera menghempaskan Melinda dan bergegas meninggalkan ruangan itu.

Melinda memegangi kepalanya, dia tertawa dingin.

" Memecahkan...memecahkan...dia ingin memecahkan kepalaku." Dia meracau dengan putus asa. Penjaga buru-buru menutup pintunya.

" Tenangkan dirimu?." Suara halus terdengar.

" Guru! kamu kah itu?!."

Melinda kembali bersemangat.

***

Harap saran dan kritik x ya.(author)

avataravatar
Next chapter