10 Bab 10. Mary Raib

" Sayang sekali." Keluh Mary." Padahal aku penasaran banget."

" Jangan kekanakan deh, ah." Ingky menyikutnya." Ayo ke kelas."

" Buku ini agak aneh,tidak sama dengan buku biada, ya?." Mary tidak mengindahkannya.

Ingky memutar matanya." Ini buku kuno, jelas bedalah."

" Hemmm..." Mary membuka buku itu lagi.

"Lihat! Sampulnya sangat tebal dan kertasnya agak elastis." Ingky dan Maya terpancing ikut meraba-raba.

" Sampulnya mungkin terbuat dari kayu dan kertasnya terbuat dari kulit binatang yang digosok sehalus mungkin."

Ketiganya manggut-manggut menyetujui pendapat Renata.

" Aku merasa kamu tahu banyak." Ujar Ingky.

" Aku pernah membaca bagaimana orang-orang jaman dulu membuat buku."

" Bukannya mereka menggunakan bambu, batang kayu dan tulang belulang. bahkan ada yang diukir di batu."

" Mungkin cara ini terlalu sulit jadi orang-orang jarang menggunakannya."

Ingky masih ingin mendebatnya tapi perhatian mereka teralih pada Mary

" Lihat! sampulnya ada dua lapis." Ia membuka dan memperlihatkan sisi dalam sampul yang menampilkan gambar yang dikenali Maya sangat mirip dengan gambar yang ada pintu dibalik rak buku di perpustakaan ibunya.

" Indah sekali, kan?!." Mary mengulurkan tangannya.

Maya terkesiap. Ia dan Renata buru-buru berteriak" Ja...."

Sebelum keduanya berhasil mencegah, jari Mary sudah menyentuh dan buku seketika mengeluarkan sinar. Dalam hitungan detik cepat membungkus tubuh Mary.

" Plup!." Mary Lenyap.

Ketiganya Terkejut dan syok.

Maya yang pernah mengalami berpindah tempat hanya bisa berdiri kaku, Renata menatap nanar pada buku itu dan Ingky terjeremban jatuh, dia memegangi dadanya dengan wajah pucat.

" Di...Di...Dia menghilang!."

Butuh waktu lama sebelum ia menyadari apa yang terjadi.

" Bagaimana ini? Sepupumu menghilang Renata!." Ingky panik.

" Haii...!!." Renata terduduk di kursi dengan putus asa. Maya membantu Ingky bangkit dan membawanya duduk di sofa bersama Renata.

Ketiganya terdiam. Mereka lupa untuk kembali ke kelas.

" Dia selalu saja gegabah." Sesal Renata.

" Kita harus mencarinya." Maya menepuk pundak Renata menenangkan.

" Itu harus atau aku tidak akan kembali ke rumah."

" Kenapa tidak memberitahu keluargamu dan membiarkan mereka melakukan pencarian." Usul Ingky.

Maya menekan dahinya. " Tidak mudah meyakinkan orang-orang bahwa Mary menghilang karena menyentuh buku. kedengarannya konyol,kan?."

" Lagipula, kalau aku kembali dan mengatakan Mary menghilang, mungkin itu bisa mengantar nenekku ke liang lahat dan aku akan dipukuli sampai mati sebelum menjelaskannya." Renata mengoceh dengan linglung.

" Maafkan aku, ini salahku." Suara Maya terdengar lirih.

" Bukan...maksudku kamu tidak bersalah." Sela Renata cepat." Hanya saja, dia sudah biasa membuat masalah."

" Hemm...itu benar." Sambung Ingky." Mary selalu seperti itu, ceroboh dan polos."

" Sayangnya, dia kesayangan nenekku jadi aku harus membawanya kembali."

" Dia pernah bilang, kalau dia keberuntungan keluarga." Ingky mengangkat bahu" Kurasa itu benar."

" Keluarga kami mengalami kemajuan pesat setelah dia lahir, karenanya nenek selalu menganggapnya keberuntungan."

" Dia pernah jatuh waktu disekolah di SMP dan kepalanya terluka, nenekku mengetahuinya dan dia pingsan selama tiga hari."

" Sampai kapan kalian akan terus mengobrol,kita harus mencarinya sekarang." Sentak Maya.

" Bagaimana kita mencarinya?." Ingky menutup matanya.

" Mungkin dengan cara yang sama dia pergi."

" Menyentuh gambar dalam buku?."

Renata dan Maya mengangguk bersamaan.

" Kalau kita pergi, mungkinkah kita bisa kembali?."

" Kalau ada jalan untuk pergi tentu ada jalan kembali?."

" Setidaknya kita mencoba." Putus Maya.

" Bagaimana dengan kelas?."

" Baiklah,kamu ke kelas dan kami mencari Mary."

" Tidak." Ingky bangkit " Aku ikut dengan kalian."

" Baiklah kalau begitu,kita pergi bersama."

" Aku mengirim pesan dulu pada Albert." Kata Renata mengeluarkan ponsel.

" Bagaimana melakukannya?." Ingky cemas.

" Kita sentuh gambar itu bersama-sama." usul Renata.

" Kalau kita pergi seperti Mary, mungkin bukunya akan tinggal disini?." Ingky bertanya.

" Sepertinya begitu."

" Tidak adakah cara untuk membawanya pergi juga. Renata bisa membacanya, mungkin sambil mencari Mary kita bisa menet solusi. Atau mungkin,kita bisa kembali dengan menyentuh buku itu lagi."

Maya dan Renata saling pandang.

Maya ingat saat dia kembali, dia juga memegang buku itu dan mengatakan ingin pulang. Dan buku itu terbawa karena dia mendekapnya waktu cahaya dalam ruangan di perpustakaan membawanya.

" Mungkin kalau aku mendekapnya begini, bukunya tetap bersama kita."

" Ingky, kamu pegang lengan Maya kuat-kuat." Ingky segera melilit lengan Maya.

" Maya, kamu buka bukunya. di hitungan ketiga kita menyentuhnya bersama." Komando Renata. keduanya mengangguk.

avataravatar
Next chapter