40 Pertempuran Pertama Ayah dan Anak!

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Keduanya memiliki mata hitam yang kemiripannya hingga 90 persen. Mereka berdua masih saling memandang dengan jarak yang kurang dari dua meter.

Setelah cukup lama Yan Chengchi menyipitkan matanya, dia akhirnya membuka mulutnya, "Anak kecil, apa tidak ada yang mengajarimu ketika berjalan harus melihat sekitar? Jika aku tidak bereaksi dengan cepat, kamu pasti sudah jadi daging cincang sekarang."

Bocah lelaki itu hanya diam karena tertegun selama beberapa detik. Kemudian, tubuhnya yang halus dan lembut itu melangkah maju, lalu menepuk-nepuk mobil Yan Chengchi dengan tangannya dan berkata, "Apakah itu benar-benar akan membuatku menjadi daging cincang?"

"Apa kamu mau mencobanya?" ucap Yan Chengchi dengan mata yang menyipit. Dia menatap bocah lelaki yang tidak takut mati itu.

Dia terlihat baru berusia tiga tahun dan mengenakan topeng yang biasa digunakan anak-anak untuk menutupi wajah kecilnya. Bagaimana mungkin anak sekecil itu muncul di pintu gerbang vilaku? Gumam Yan Chengchi dalam hatinya.

Melihat mata hitam bocah lelaki itu yang tampak tidak asing membuat tubuh Yan Chengchi menegang. Usia anak ini sekitar tiga tahun… Kalau aku dan dia tidak berpisah saat itu, mungkin kita sudah memiliki anak seusianya, batinnya. Tangannya yang memegang setir, tiba-tiba menekannya dengan keras saat teringat kejadian empat tahun yang lalu. Kini, wajahnya seolah sedang diselimuti kabut dan hatinya terasa terguncang. 

Tiba-tiba Yan Chengchi melihat bocah lelaki itu berjongkok di depan mobilnya, dia tidak mengetahui apa yang sedang dilakukannya. Setelah beberapa detik, tubuh bocah lelaki itu kembali berdiri di depan mobil sportnya lagi. Dia menepuk-nepukkan kedua tangan mungilnya, kemudian berdiri di samping mobil. Dengan dingin dia mengangkat alisnya dan menatap Yan Chengchi, "Tuan Muda tidak suka ada orang lain yang mengancam. Jika kamu berani melaju ke depan, aku akan menghukummu!"

Apa aku sedang bermimpi? Seorang anak laki-laki berusia tiga tahun akan menghukumku? Apa yang sudah dia lakukan di depan mobilku? Bukannya dia terlalu banyak menonton anime hingga membuatnya berpikir bahwa dia memiliki sihir dan dapat menggunakannya? Yan Chengchi bertanya-tanya dalam hati.

Yan Chengchi mencibir di sudut mulutnya dan melihat penampilan bocah kecil yang tampak serius itu. Dia tidak bisa lagi menahan segala yang ada di pikirannya. Dia kemudian menginjak pedal gas dan mobil itu bergerak maju. 

Saat bersiap menertawakan bocah lelaki itu, tiba-tiba Yan Chengchi mendengar suara ban mobil meletus dan tubuhnya menjadi miring. Sambil berpegangan dengan kuat pada setir mobil, dia mencoba menstabilkan posisi mobil dan menginjak rem. Dengan cepat dia mendorong pintu dan keluar dari dalam mobil. 

Yan Chengchi lalu melirik ke ban depan mobil, tempat bocah itu tadi berjongkok. Ternyata bocah lelaki itu meletakkan papan paku kecil yang kini menancap dengan kokoh pada ban depan mobil. Tidak heran jika ban mobilnya meletus.

Wajah memesona Yan Chengchi seolah tenggelam dan matanya memantulkan cahaya samar-samar. Dia mengangkat kepala dan memandang bocah lelaki yang ada di belakangnya. Bocah lelaki itu rupanya sangat cerdik, sementara dirinya sedikit ceroboh. Sebenarnya, suasana hatinya berubah menjadi lebih baik saat melihat bocah lelaki berusia tiga tahun itu.

Yan Chengchi menatap ban mobilnya yang tertusuk paku. Senyum dingin di mulutnya, perlahan berubah menjadi senyuman hangat. Dia merasa bocah lelaki itu sangat cerdik, bahkan sampai bisa mengelabuhinya. Selain itu, menurutnya, bocah itu sangat tampan, membuatnya tiba-tiba merasa sangat menyesal, mengapa dia tidak memandangnya dengan jelas.

Yan Chengchi tidak tahu siapa bocah lelaki itu. Menurutnya, bocah itu sangat kuno karena membawa 'alat kejahatan' seperti itu. Melihat ban mobil yang sudah dihancurkan oleh papan paku kecil, dia tersenyum, lalu melajukan mobil ke gerbang dan berjalan memasuki vila.

"Tuan Muda Chi." Saat pembantu rumah tangga melihat kedatangan Yan Chengchi, dia segera berjalan maju dan memberi hormat kepadanya.

"Dimana dia?" Yan Chengchi melihat ke arah ruang tamu vila yang kosong. Perlahan-lahan pandangannya kembali menjadi gelap.

"Nona Xia, baru saja datang. Dia langsung naik ke atas, sekarang dia ada di kamarnya," jawab pengurus vila dengan tergesa-gesa.

Saat mendengar Xia Changyue berada di kamarnya, tatapan gelap Yan Chengchi perlahan-lahan menjadi terang. Dia melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa, kemudian menarik dasinya sembari berjalan naik ke lantai atas.

avataravatar
Next chapter