3 Bab 3 - Setahun kemudian

Setahun kemudian.

Hangzhou, China.

Seorang gadis tengah menikmati pemandangan salju yang turun membasahi bumi dengan duduk di dekat jendela kamar yang berada di lantai dua. Matanya coklat terang, hidung mancung, bulu mata yang lentik serta kulit seputih salju. Usianya sudah menginjak 23 tahun setelah menyelesaikan kuliah jurusan koki setahun yang lalu.

Keinginannya untuk menjadi seorang chef profesional harus musnah karena kejadian setahun yang lalu.

Lin Xiao Yi tampak termenung di depan jendela kaca sambil berpangku dengan kedua tangannya di dagu. 

Kejadian pahit itu sudah terjadi setahun yang lalu,  Lin Xiao Yi masih mengingat dengan jelas hidupnya yang teramat pahit. Meninggalkan malam pengantin baru hanya melihat kekasihnya bercumbu dengan saudara kandungnya sendiri.

Saat itu adalah titik terendah dalam hidupnya. Lin Xiao Yi menertawakan dirinya sendiri karena sudah terlalu percaya dengan pria brengsek itu. Gara-gara Yu Chen hidupnya jadi berantakan dan hampir menjadi gelandangan.

"Apa kau masih mengingat kejadian itu?" Seorang gadis berambut pirang dengan panjang sebahu menepuk pundak Lin Xiao Yi yang tampak termenung.

Lin Xiao Yi menoleh kemudian menghela nafas berat.

"Aku hanya menyesal sudah terlalu percaya kepada seseorang yang kini menghancurkan hidupku." Lin Xiao Yi mendengus.

"Sudahlah, semoga kau kelak akan mendapatkan pengganti dari pria brengsek itu," tukas Fang Yin mencoba menghibur hati sahabatnya. Jika turun salju Lin Xiao Yi memang selalu mengingat kejadian pilu itu.

"Siapa yang ingin bersamaku? Aku sudah menikah tapi statusku tidak jelas. Bersuami tidak, menjanda pun tidak," tukas Lin Xiao Yi sembari menghela nafas berat. Namun dirinya juga tidak sudi menikah dengan pria tua.

"Apa kau tahu nama suamimu? Maksudku orang yang menikah denganmu?" ujar Fang Yin penasaran.

"Aku tidak tahu, wajahnya pun aku tidak tahu seperti apa.  Menurut kabar yang beredar dia adalah seorang CEO yang beranak dua. Membayangkannya saja pasti dia sudah tua," tukas Lin Xiao Yi sembari memandang jauh menerawang keluar jendela.

"Seharusnya kau bersama dengannya saja dan tidak perlu kabur. Lumayan jika dia kaya, setelah mendapatkan harta kau bisa kabur." Fang Yin terkekeh geli.

"Aku tidak sudi dengan pria tua yang menjijikkan. Baru menyentuh tangannya saja mungkin aku akan muntah," ucap Lin Xiao Yi dengan perasaan jijik dan bergidik ngeri.

Ada alasan keras kenapa Lin Xiao Yi berpikiran seperti itu. Beberapa orang memang mengatakan jika pria itu jelek, tua, perutnya buncit dan kepalanya juga botak. Ia juga pernah melihatnya meski hanya sekilas.

"Sudahlah tidak usah membahasnya," ujarin Xiao Yi

"Xiao Yi, apakah kau tahu rumah yang ada di seberang sana?" Fang Yin menunjuk rumah besar yang lebih mirip sebuah istana yang ada di ujung jalan.

Rumah yang baru saja dibangun beberapa bulan yang lalu dan baru di tempati.

"Hmmm, rumah baru itu? Kenapa memangnya?" Lin Xiao Yi menautkan kedua alisnya. Pandangannya tertuju pada rumah besar yang hanya samar-samar terlihat karena salju turun semakin deras.

"Pemiliknya adalah seorang single daddy bersama putrinya yang sangat manis. Mereka baru saja pindah beberapa hari yang lalu," tukas Fang Yin.

"Lalu apa hubungannya denganku sehingga kau lapor? Sepertinya tidaklah penting sama sekali," tukas Lin Xiao Yi dengan cuek.

Setelah penghianatan yang dilakukan Yu Chen kepadanya, Lin Xiao Yi lebih tertutup kepada pria. Terlebih lagi statusnya yang tidak jelas saat ini. Dirinya memilih sebisa mungkin untuk menjauh dari pria manapun.

"Tidak ada, aku hanya ingin mengatakannya saja kepadamu. Tadi aku bertemu dengan salah seorang pelayan yang bekerja di sana. Mengatakan jika anak kecil tidak mau bersama pengasuhnya. Setiap hari selalu ikut ayahnya bekerja," ujar Fang Yin.

"Terserah, itu bukan urusanku," tukas Lin Xiao Yi. Jika membicarakan soal anak kecil gadis itu memang sangat sensitif karena sejak remaja tidak terlalu menyukai sbdk kecil.

"Aku pernah melihat gadis kecil yang menggemaskan itu," tukas Fang Yin seraya memasang wajah senang.

"Aku tidak tertarik debgan ceritamu," tukas Lin Xiao Yi dengan nada datar. Lantas berlalu pergi ke kamar mandi karena sejak pagi belum membersihkan diri.

"Kau sangat tidak asyik," gerutu Fang Yin dengan bibir cemberut.

Lin Xiao Yi merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Fang Yin yang mau membantunya. Jika saja malam kelam itu tidak menolongnya, Lin Xiao Yi tidak tahu akan tinggal dimana.

Fang Yin sudah lama hidup sebatang kara karena orang tuanya meninggal ketika terjadi sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu. Sehingga mereka hanya tinggal berdua di rumah itu.

Semenjak diusir, Lin Xiao Yi memutuskan tidak akan menghubungi mereka sehingga mengganti nomornya nomor ponselnya. Ia juga sama sekali tidak menyimpan nomor keluarganya sama sekali.

avataravatar
Next chapter