2 Bab 2 - Perlakuan yang berbeda

Ketika Lin Xiao Yi keluar dari apartemen perlahan salju mulai turun. Ia berlari dengan air mata yang terus berderai membasahi pipinya. 

Langit seakan bisa merasakan kesedihannya sehingga menumpahkan salju untuk mengiringi betapa pedihnya kini hatinya.

Rongga dadanya seakan tercabik-cabik tapi tidak mengeluarkan darah meski setetes. Lin Xiao Yi berusaha menyeka air mata yang membasahi pipinya. Sebisa mungkin berusaha untuk tegar dan kuat tapi matanya terasa berat dengan air mata yang menggantung di pelupuk matanya.

"Yu Chen, teganya kau padaku?" ujar Lin Xiao Yi di sela isak tangisnya yang tak mampu lagi terbendung.

Mereka sudah menjalin hubungan selama empat tahun. Ketika Lin Xiao Yi lulus sekolah menengah atas, Yu Chen memintanya untuk menjadi kekasihnya. Bisa dikatakan jika Yu Chen adalah cinta pertama Lin Xiao Yi.

Kini janji yang mereka ucapkan untuk sehidup semati sudah sirna. Lin Xiao Yi merasa sudah sia-sia kabur dari rumah suaminya. Seandainya tahu akan seperti ini, biarlah dirinya menjadi seorang istri dari pria yang jelek itu.

"Kau sungguh jahat, Yu Chen!" ujar Lin Xiao Yi dengan rasa pedih di hatinya.

Hari semakin larut, suasana jalanan semakin sepi. Lin Xiao Yi menghentikan langkahnya sejenak. Memikirkan kemana saat ini harus melangkah karena tidak memiliki arah dan tujuan sama sekali.

Lin Xiao Yi menoleh ke kanan dan ke kiri jalanan tapi tidak ada satupun mobil yang lewat. Gadis yang sudah acak-acakan itu semakin merinding. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Tidak mungkin dia kembali ke rumah suaminya. Bisa-bisa dirinya akan dihajar habis-habisan oleh suaminya.

Biarlah malam ini pulang ke rumah sebelum besok kembali ke rumah suaminya. Ia akan pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam hidupnya karena sudah merasa sangat terpuruk.

Melihat bagaimana kekasihnya melakukan hal yang menjijikkan dengan kembarannya, membuatnya merasa sangat muak.

Lin Xiao Yi mencari jalan pintas agar segera sampai di rumahnya. Tubuhnya sudah menggigil kedinginan karena salju turun dengan deras hinggap ia merapatkan tangannya di lengan.

Tidak berapa lama kemudian akhirnya Lin Xiao Yi sudah sampai di rumah keduanya. Meski mereka akan marah tapi tidak mungkin akan mengusirnya. Setidaknya untuk malam ini saja dan besok Lin Xiao Yi akan kembali ke rumah suaminya.

Tok… tok… tok…

Lin Xiao Yi berdiri di depan pintu dengan tubuh yang sudah gemetar karena kedinginan. Cukup lama disana berdiri tapi belum ada yang datang membuka pintu. Hingga gadis itu kembali mengetuk pintu hingga berapa kali.

Terdengar suara langkah kaki dari dalam berjalan ke arah pintu. Lin Xiao Yi juga bisa mendengar seseorang yang memutar kunci.

Seorang wanita paruh baya langsung membelalakkan matanya dengan lebar mengetahui siapa yang kini berada di depan matanya.

"Xiao Yi?" Wanita paruh baya itu memandang putrinya dari bawah sampai atas. Mengamati wajahnya yang terlihat sangat berantakan.

"Ibu, izinkan aku menginap malam ini saja?" mohon Lin Xiao Yi pada ibunya yang bernama Ying Yue. Tangannya meraih tangan yang sudah mulai keriput termakan usia.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau berada di rumah suamimu?" Ying Yue menepis tangan Lin Xiao Yi dengan begitu kuat.

"Maafkan aku, Bu," ucap Soo Yin dengan wajah tertunduk dan rasa menyesal.

"Sekarang juga sebaiknya kau pulang dari rumah itu. Jika suamimu tahu kau ada di sini maka habislah kita semua," tukas Ying Yue dengan suara meninggi.

"Bu, izinkan aku malam ini saja," pinta Lin Xiao Yi karena tubuhnya sudah terasa sangat kedinginan.

"Tidak, sebaiknya kau pergi dari rumah ini," usir Ying Yue sembari mendorong tubuh Lin Xiao Yi hingga tersungkur ke lantai.

"Ada ap ini ribut-ribut?" Seorang pria yang sudah lanjut terkejut dengan kedatangan putrinya.

"Ying Yue, apa yang terjadi pada Xiao Yi?" ujar Lin Qi Ming dengan raut wajah terkejut.

"Sudahlah, tidak usah mengurusnya agar kita tidak terlibat. Dasar anak tidak tahu diuntung. Sebaiknya kau pergi sekarang juga," usir Ying Yue tanpa peduli dengan Lin Xiao Yi.

"Ying Yue, sebaiknya biarkan Xiao Yi menginap di sini malam ini," tukas Lin Qi Ming yang tidak tega melihat putrinya.

"Ayah," ujar Lin Xiao Yi dengan bulir yang terus berjatuhan di pipinya.

"Tidak akan, biarkan dia kembali ke ruangannya suaminya," ucap Yung Yue dengan suara meninggi dan tegas.

Lin Xiao Yi terkejut ketika ibunya membanting pintu dari dalam. Gadis itu akhirnya perlahan bangkit meskipun tubuhnya sudah terasa lemas. Memilih meninggalkan rumah itu karena percuma saja memohon jika ibunya tidak mungkin mengizinkan.

Dengan langkah tertatih kini Lin Xiao Yi kembali menyusuri jalanan. Pikirannya limbung seperti mayat hidup yang berjalan. Kini ia hanya melangkah tanpa tujuan yang pasti. Keluarganya bahkan tak mau lagi menampungnya.

Ying Yue memang memperlakukan kedua putri kembarnya sangat berbeda jauh. Lin Xiao Ling diperlakukan ibarat ratu, semua yang dibutuhkan akan selalu dituruti. Berbeda dengan Lin Xiao Yi yang harus berkerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Tak jarang ia dianggap pembantu oleh saudara kembarnya sendiri.

avataravatar
Next chapter