17 Bab 17 - Mencari pekerjaan

Setelah bersiap-siap, akhirnya Lin Xiao Yi berangkat untuk mendapatkan pekerjaan baru. Bagaimanapun dirinya hanya menumpang sehingga tidak enak hati jika sampai menganggur untuk jangka waktu yang lama. Meski Fang Yin tidak mempermasalahkan tapi Xiao Yi cukup tau diri.

Restoran yang dikunjungi pertama kalinya adalah sebuah restoran dengan menu aneka seafood. Tidak masalah sama sekali karena Xiao Yi sudah mempelajari begitu banyak jenis masakan. Bagi Xiao Yi, jangan sampai ia diminta membuat dessert karena memang tidak paham sekali. Ia hanya bisa makan tanpa bisa membuatnya.

Dengan hati berdebar, Xiao Yi memasuki restoran. Ia langsung bertemu manajer restoran di ruangannya.

"Tuan, mohon izinkan saya untuk bekerja di restoran ini," ucap Xiao Yi dengan kepala tertunduk untuk menjaga sikap sopan santunnya. Sangat berharap jika usahanya kali ini tidak sia-sia.

"Apakah kau pernah bekerja sebelumnya? Atau memiliki pengalaman menjadi seorang koki?" tanya seorang manajer pria yang memakai kaca mata bertengger di hidungnya.

"Tentu saja, saya sudah bekerja. Jika belum pernah, mana mungkin saya berani untuk melamar di restoran ini," sahut Xiao Yi dengan nada merayu. Kebetulan sekali restoran yang dikunjungi untuk pertama kalinya adalah sebuah restoran cukup terkenal di kota Hangzhou.

"Lalu kenapa kau berpindah dari restoran lama?" tanya sang Manajer dengan tatapan penuh intimidasi. Ia melepaskan kacamatanya, lalu meletakkannya di atas meja. Wajahnya terlihat datar sembari mengetukkan jarinya di atas meja.

"Itu karena … karena …." Xiao Yi terbata, bingung harus menjawab bagaimana. Tidak mungkin dirinya akan mengatakan yang sebenarnya karena sudah dipecat. Namun jika berbohong karena mengundurkan diri, Xiao Yi harus mengatakan secara jelas alasannya.

"Apakah karena kau dipecat?" Manajer tersebut menyipitkan matanya. Sepertinya dia bisa mengetahui apa yang terjadi pada Xiao Yi.

Xiao Yi menggigit bibir bawahnya, tidak berani untuk berkata jujur ataupun berbohong karena sama-sama sulit.

"Jika kau berhenti karena dipecat sebaiknya kau pergi saja dari sini. Di sini tidak menampung koki yang masih bau kencur dan sisa pemecatan restoran lain," tukas Sang Manajer dengan nada dingin. Pandangannya meremehkan kemampuan Xiao Yi dalam memasak Kate usianya masih sangat muda untuk menjadi seorang koki.

Memang seorang yang keluar dari pekerjaannya karena dipecat selalu dianggap buruk dan dicap tidak bisa diandalkan.

"Tuan, aku dipecat bukan karena tidak enak masakanku tapi karena ada seseorang yang memfitnahku," sanggah Lin Xiao Yi untuk membela diri. Dirinya tidak akan tinggal diam karena itu bukan murni kesalahannya.

"Sudahlah, banyak orang yang berkata seperti itu jika dipecat dari pekerjaannya. Restoran kami hanya menerima seorang koki profesional," ujar Sang Manajer dengan senyum miring di bibirnya..

"Aku mohon beri aku kesempatan, Tuan," ujar Xiao Yi dengan penuh harap.

"Sebaiknya kau pergi sekarang juga sebelum aku memanggil petugas keamanan." Tangan Manajer itu mengulurkan tangannya sebagai tanda agar Xiao Yi keluar dari ruangannya.

Xiao Yi bangkit dari duduknya kemudian berjalan mendekati sang Manajer. Baru saja meraih tangannya untuk memohon lebih keras lagi. Belum sempat Xiao Yi meraih tangannya, sang Manajer sudah menepis tangan Xiao Yi dengan kasar.

"Awhhh," rintih Xiao Yi sembari mengusap punggung telapak tangannya yang memerah.

"Bukankah sudah kubilang tinggalkan restoran ini? Sekeras apapun kau memohon aku tidak akan peduli. Kecuali satu hal …." Manajer pria itu sengaja menggantung perkataannya dengan senyum penuh arti.

"Apa itu?" tanya Xiao Yi dengan cepat.

"Bermalamlah di hotel bersamaku nanti malam," ucap Manajer tersebut dengan senyum merekah.

"Jangan mimpi!" tukas Xiao Yi dengan perasaan jijik.

"Sudah bau kuburan saja masih banyak tingkah!" cibir Xiao Yi. Ia merasa sangat tidak suka dengan pria yang sudah berumur 50an tapi masih mencari gadis muda tanpa tersadar jika sudah tua.

"Dasar gadis kurang ajar!" umpat sang Manajer sembari memicingkan matanya. Tidak terima dengan apa yang diucapkan Xiao Yi.

"Pergi sekarang juga kau dari sini!" usir pria itu dengan amarah yang sudah ingin meledak.

"Tidak perlu kau mengusirku karena aku juga akan keluar dengan senang hati. Kuharap kau segera dipecat dari restoran ini," ucap Xiao Yi sembari mendengus kesal.

Xiao Yi keluar dari restoran itu dengan perasaan kecewa. Namun sebisa mungkin Xiao Yi meyakinkan hatinya. Jika dirinya pasti akan bisa menemukan restoran yang cocok untuknya. Jangan sampai Li Zheng Yu menghinanya karena tidak mendapatkan pekerjaan.

Hari semakin sore dengan matahari yang sudah berada di sebelah barat. Lin Xiao Yi memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di sebuah taman kecil sekedar menghilangkan rasa lelah. 

Lin Xiao Yi sudah putus asa rasanya ketika mengingat usahanya hari ini tidak membuahkan hasil. Tidak tahu kenapa, tak ada restoran yang mau menerimanya sebagai koki karena alasan keluar dari tempat sebelumnya akibat dipecat.

Ingin menyanggah setiap orang yang bertanya alasannya dipecat, tapi hatinya tidak pandai berbohong. Bibirnya terasa berat jika tidak sesuai dengan isi hatinya.

Di balik sebuah pohon ada seorang pria berkacamata hitam dan memakai topi, terus memantau Xiao Yi yang sedang meneguk minumannya.

Hingga tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Pria tersebut segera menjauh agar Xiao Yi tidak mendengar dan curiga padanya.

"Ada apa, Tuan?" ucap pria berkacamata hitam ketika berbicara dengan seseorang di telepon.

"Bagaimana? Apakah kau masih mengikutinya?"

"Masih, Tuan. Kami sekarang sedang berada di sebuah taman kecil. Sepertinya dia sudah menyerah untuk mencari pekerjaan hari ini."

"Baguslah kalau begitu. Sekarang kau bisa meninggalkannya. Namun tidak ada salahnya untuk menghubungi manajer restoran terdekat. Katakan pada mereka jangan sampai menerima gadis itu sebagai koki."

"Baik, Tuan," sahut pria berkacamata hitam.

Pria itu segera meninggalkan Xiao Yi untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya.

Xiao Yi menyandarkan kepalanya di sandaran kursi yang terbuat dari kayu. Matanya memandang ke langit sembari menghela nafas panjang.

"Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan? Kenapa tidak ada satupun yang menerimaku sebagai koki?" ucap Lin Xiao Yi dengan nada sendu.

Jika tak juga mendapatkan pekerjaan sebagai koki, terpaksa Xiao Yi akan mencari alternatif lain daripada menganggur.

avataravatar
Next chapter