15 Bab 15 - Pria menyebalkan

Lin Xiao Yi meninggalkan restoran tempatnya bekerja dengan perasaan kesal dan marah. Ini seperti sebuah penghinaan baginya karena selama setahun bekerja di sana sebagai koki hidupnya tanpa masalah dan baik-baik saja. Namun hanya karena penilaian satu orang dirinya harus dipecat.

Xiao Yi akan terima jika pria itu menilai dengan fakta yang sebenarnya. Namun Li Zheng Yu bahkan tidak mencicipi sedikitpun masakannya. Xiao Yi benar-benar tidak terima dengan hal itu.

"Dasar pria brengsek!" umpat Lin Xiao Yi sembari melemparkan batu ke dasar sungai ketika melewati sebuah jembatan di atas sungai kecil.

"Kenapa hidupku menjadi sial sejak bertemu mereka?" umpat Lin Xiao Yi dengan rasa marah di hatinya. Ingin sekali mencabik-cabik wajah  Li Zheng Yu ketika bertemu dengannya. 

Lin Xiao Yi terduduk di sisi jembatan karena tubuhnya sudah tidak bersemangat lagi. Semua kerja kerasnya ingin menjadi koki terbaik di Bailu Restaurant sirna sudah. Padahal dirinya ingin sekali menjadi kepala koki di sana karena menjadi kebanggaan tersendiri. 

Sebenarnya ia bisa saja mencari pekerjaan di tempat lain. Namun baginya setahun bekerja di sana sudah membuatnya terasa sangat nyaman.

Gadis itu menekuk kedua lututnya kemudian menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya. Hatinya benar-benar terasa hancur kali ini karena koki memang impiannya.

"Apa kau begitu frustasi setelah dipecat?" Seorang pria yang baru saja turun dari mobilnya, tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Xiao Yi tanpa sepengetahuannya.

Kata-kata pria itu terdengar seperti sedang mencibirnya sehingga Xiao Yi menegakkan kepalanya. Awalnya masih biasa saja tapi begitu melihat siapa pria yang kini berada di depannya, sorot matanya berapi-api.

Bagi Xiao Yi, itu seperti mimpi buruk karena harus bertemu pria itu kembali.

"Untuk apa anda datang kemari? Apakah anda ingin menertawakanku? Anda pasti sangat puas karena sudah membuatku berhenti bekerja sebagai koki?" Lin Xiao Yi bangkit berdiri dengan nafas yang menggebu dan dada yang naik turun. Tangannya berpegangan pada pagar jembatan karena tubuhnya terasa lemas.

"Apa maksudmu?" ujar Li Zheng Yu dengan santai. Justru memasukkan kedua telapak tangannya di saku celana. Pura-pura tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Xiao Yi.

"Masih bertanya apa maksudku? Kenapa anda tadi mengatakan jika masakanku tidak enak sedangkan putrimu makan dengan sangat lahap?" Lin Xiao Yi sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Hingga ia mengangkat tangannya yang mengepal hendak melayang ke arah wajah Li Zheng Yu. 

Belum sampai kepalan tangan Xiao Yi ke wajahnya, Li Zheng Yu sudah menahannya terlebih dahulu dengan kuat.

"Tidak pantas seorang gadis bersikap kasar seperti itu," ujar Li Zheng Yu dengan nada dingin dan rahang yang menegang. Lalu menghempaskan tangan Xiao Yi dengan pelan karena dirinya tidak suka terlalu kasar kepada seorang wanita.

"Kau memang kurang ajar!" umpat Lin Xiao Yi sembari memukul dada pria yang ada di depannya.

"Bukankah sudah kubilang, jadilah pengasuh untuk putriku maka kau tidak akan pernah kesulitan uang. Ingat, jarang sekali ada orang yang memberikan penawaran sangat besar seperti ini sehingga kau jangan menyia-nyiakannya," ucap Li Zheng Yu mengulangi penawarannya.

"Jika seperti ini caranya anda ingin mendapatkan pengasuh. Sampai kapanpun tidak akan ada yang bersedia," cibir Lin Xiao Yi dengan nafas yang menggebu menahan amarahnya yang sudah memuncak.

"Baiklah, kita buktikan saja nanti. Aku yakin kau pada akhirnya akan memikirkan apa yang aku tawarkan," ucap Li Zheng Yu sembari tersenyum miring. Puas melihat gadis di depannya sudah di pecat dari pekerjaannya. Tinggal menunggu waktu yang tepat agar membuatnya bertekuk lutut memohon untuk menjadi pengasuh putrinya.

"Aku tidak akan sudi melakukannya. Jangan harap angan-anganmu akan terwujud!" Lin Xiao Yi mengepalkan tinjunya erat-erat.

"Terserah kau saja. Tapi jika kau memang berniat, kau bisa datang ke rumahku. Bukankah rumah kita berdekatan dan tidak terlalu jauh?" ujar Li Zheng Yu.

"Bermimpilah karena aku tidak akan memijakkan kaki di sana," ujar Lin Xiao Yi sembari memicingkan matanya. Terlalu lama berbicara dengan pria sombong itu membuatnya hilang kendali. Sehingga gadis itu lantas meninggalkan Li Zheng Yu. Melangkah pergi dengan amarah yang masih memuncak.

"Dasar keras kepala. Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan setelah ini," cibir Li Zheng Yu seraya tersenyum penuh arti. Ia terus memandang ke arah Lin Xiao Yi yang perlahan sudah berjalan menjauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Jika tidak karena Mei-Yin yang merengek, meminta Xiao Yi jadi pengasuhnya. Ia juga tidak akan melakukan sampai kelewat batas.

Li Zheng Yu segera masuk ke dalam mobilnya karena ada pekerjaan lain yang lebih penting.

==============================

Perumahan The Rose Flower No. 10

Setelah Lin Xiao Yi berada di rumah, gadis itu tidak melakukan apapun. Hanya tidur di kamar yang tidak terlalu luas dengan dinding berwarna hijau muda. Ada beberapa foto aktor yang menggantung menghiasi dinding.

Kamar itu sangat berantakan, ada dua botol minuman alkohol bersama gelas yang tergeletak di lantai.

Fang Yin yang baru saja pulang bekerja cukup syok melihat kamarnya yang berantakan mirip seperti kapal pecah. Lebih terkejut ketika melihat Xiao Yi tertidur di atas ranjang.

"Xiao Yi, bangun. Apa yang terjadi padamu?" Fang Yin berusaha menggoyang tubuh sahabatnya yang tidur dalam posisi tengkurap. Bau alkohol cukup menyengat sehingga Fang Yin menutupi hidungnya menggunakan tangan.

Fang Yin belum mengetahui jika Lin Xiao Yi dipecat dari restoran.

"Xiao Yi, kenapa kau sulit sekali dibangunkan." Fang Yin sampai memukul bahu Xiao Yi tapi tetap saja ia tak kunjung bangun.

Fang Yin memilih merapikan tempat tidurnya dari pada harus membangunkan Xiao Yi yang hanya akan membuatnya naik darah. Ia pagi tadi tidak sempat membersihkan rumah karena agak telat ketika terbangun.

Fang Yin memunguti selimut yang tergeletak bersamaan dengan baju-baju yang berserakan di lantai. Dirinya hanya bisa menghela nafas panjang ketika melirik Lin Xiao Yi yang diam tidak bergerak sama sekali.

"Tidak mungkin dia bunuh diri," gumam Fang Yin segera membalikkan tubuh Lin Xiao Yi agar telentang meskipun cukup berat. Ia bisa bernafas lega karena setidaknya sahabatnya baik-baik saja.

"Syukurlah, kupikir kau bunuh diri," ucap Fang Yin yang terkekeh geli. Meskipun ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi kpadanya sehingga sampai mabuk berat seperti itu.

================================

Hallo Readers tercinta,

Ini adalah novel kedua saya. semoga saja kalian suka ceritanya. Jangan lupa beri dukungan dengan Power Stone, review serta komentarnya.

Jangan lupa, baca juga novel saya yang lain judulnya "Istri Simpanan"

Terima kasih,

avataravatar
Next chapter