11 Bab 11 - Mengantarkan makanan

Lin Xiao Yi langsung bergegas ke restoran tempatnya bekerja dengan menaiki bus. Selama di dalam di dalam bus, gadis itu terus menggerutu karena kesal kepada Fang Yin yang tidak membangunkannya. Malah membiarkannya berada di rumah hanya bersama anak kecil itu.

Sekarang sudah hampir pukul sepuluh. Ia sudah terlambat dua jam ke restoran. Sepertinya dirinya harus bersiap-siap untuk dipecat hari ini.

"Kenapa sial sekali hidupku?" gerutu Lin Xiao Yi sembari mendengus.

Setengah jam kemudian dia sudah sampai di Louwailou Restaurant. Dengan langkah yang tergesa-gesa Lin Xiao Yi segera masuk ke restoran lewat pintu belakang. Beruntung manajer Wang sedang tidak berada di dapur.

"Fang Yin, kenapa kau tidak membangunkanku?" gerutu Lin Xiao Yi ketika sudah berada di dapur sembari memasang wajah masam.

"Tidurmu sudah seperti orang mati. Aku bahkan sudah membangunkanmu selama setengah jam tapi kau justru memintaku pergi terlebih dahulu," ujar Fang Yin sembari memutar bola matanya.

"Mana ada aku berkata seperti itu. Kau pasti salah dengar," sanggah Lin Xiao Yi dengan alis yang berkerut.

"Tentu saja, kau tidak akan sadar karena kau masih tertidur pulas. Bahkan jika ada bom meledak, aku yakin kau tidak akan tahu jika sudah mati," cibir Fang Yin sembari mendengus. Mengingat bagaimana Lin Xiao Yi sangat sulit dibangunkan meski sudah menggoyang sofa.

"Ada apa ini ribut-ribut?" seru Manajer Wang tepat di belakang mereka hingga membuat Lin Xiao Yi terlonjak kaget.

"Tidak ada, Tuan," sahut Lin Xiao Yi sembari menggaruk kepalanya bagian belakang.

"Xiao Yi, aku tahu kau baru saja datang. Namun aku akan memaafkanmu karena ada seseorang yang memesan Bebek Peking buatanmu. Masaklah dengan cita rasa yang sangat baik dan jangan sembarangan jika kau tidak ingin dipecat," ancam Manajer Wang yang tidak pernah main-main dalam ucapannya.

"Baik, Tuan. Lagi pula aku tidak pernah masak dengan sembarangan," sahut Lin Xiao Yi dengan kepala yang tertunduk.

"Baguslah kalau begitu karena aku tidak mau membayar seorang koki yang tidak bisa memasak," tukas Manajer Wang kemudian melangkahkan kakinya keluar dari dapur.

Lin Xiao Yi bersyukur karena tidak dipecat. Mungkin hari ini Dewi Fortuna masih berpihak kepadanya.

Semua Koki sibuk dengan peralatan memasaknya sendiri-sendiri. Suara peralatan dapur terdengar cukup nyaring ketika saling bersentuhan. Namun suasana itu sudah terbiasa terdengar dan tidak mengejutkan bagi orang yang bekerja di restoran itu. Mereka harus cekatan dalam memasak setiap makanan yang akan disajikan.

Lin Xiao Yi melakukan tugasnya sesuai dengan perintah manajer Wang untuk membuat Bebek Peking. 

Bebek Peking terkenal sebagai hidangan untuk raja Tiongkok. Namun sekarang siapa saja bisa memakannya. Dibuat dengan bebek pedaging yang direndam pada cairan bumbu cabai yang bernama gochujang selama 24 jam.

Setelah ditiriskan selama 6 jam barulah bebek dipanggang hingga memiliki warna kecoklatan. Saat dihidangkan bebek Peking akan sangat lezat ketika dicampur dengan saus asam manis.

Lin Xiao Yi menggigit bibir bawahnya karena makanannya belum matang akibat tadi terlambat masuk ke dalam pemanggang. Tidak mungkin tamu restoran akan tahan untuk menunggu hampir satu jam.

"Xiao Yi, kenapa lama sekali? Orang yang memesan sudah tidak sabar," gerutu Manajer Wang yang sudah berdiri di belakang Xiao Yi.

Lin Xiao Yi sedang sedang memegang pisau terlonjak kaget hingga mengenai jari telunjuknya. Pisau itu cukup tajam sehingga langsung menggores kulitnya.

"Manajer Wang, kau mengejutkanku," gerutu Lin Xiao Yi sembari meniup telunjuknya yang mengeluarkan darah.

"Tidak usah manja. Itu juga salahmu karena sudah terlambat datang. Sekarang kau juga sangat lama memasaknya. Jangan sampai kau mengecewakannya," ujar Manajer Wang tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Tidak lama lagi akan matang," sahut Lin Xiao Yi.

"Baiklah, aku akan datang lima belas menit lagi," tukas manajer Wang kemudian berlalu meninggalkan dapur kembali.

"Ugh, dasar menyebalkan," umpat Lin Xiao Yi kemudian mengucurkan telunjuknya di kran untuk menghilangkan darah yang masih menetes.

"Xiao Yi, kau kenapa?" ujar Fang Yin yang melihat sahabatnya tampak meringis kesakitan.

"Manajer Wang mengagetkanku di saat aku memegang pisau." Lin Xiao Yi segera mengeringkan tangannya dengan tisu lalu menutup lukanya dengan plester agar tidak perih saat terkena air atau cabai.

"Lalu bagaimana bebeknya? Apa sudah matang?" tanya Fang Yin.

"Sebentar lagi matang. Semoga saja yang memesan tidak bosan menunggu." Lin Xiao Yi menghela napas panjang sembari memandang dinding. Seharusnya tidak lama lagi bebeknya akan matang.

"Pasti mereka akan menunggu karena masakanmu sangat enak," puji Fang Yin sembari mengangkat kedua jempolnya.

Louwailou Restaurant merupakan restoran bintang lima yang sudah terbukti dengan makanannya yang cukup enak dan masih fresh. Hanya dimasak ketika ada pengunjung yang datang. Sehingga mereka harus sabar menunggu.

"Xiao Yi, sudah selesai belum?" tanya manajer Wang yang sudah datang kembali dan tampak sudah tidak sabar.

"Aku baru saja menyelesaikannya. Fang Yin, aku sudah selesai," panggilLin Xiao Yi yang meminta Fang Yin yang mengantarkan makanan.

Fang Yin dan Lin Xiao Yi memiliki pekerjaan yang berbeda. Xiao Yi sebagai koki, sedangkan Fang Yin sebagai pelayan.

"Tunggu, siapa yang bilang jika Fang Yin yang mengantarnya. Xiao Yi, kau yang harus mengantarkannya," sergah manajer Wang ketika Fang Yin hendak mengangkat nampan.

"Kenapa harus aku? Katakan saja padanya jika aku memiliki banyak kerjaan," tolak Lin Xiao Yi. Selama setahun bekerja di sana baru pertama kalinya ada pengunjung yang memintanya untuk mengantarkan makanan.

"Tidak usah banyak tanya dan protes. Sekarang kau antarkan ke meja 15," perintah manajer Wang.

Lin Xiao Yi menghela nafas panjang merasakan rasa kesal yang menggelora hatinya.

Gadis itu segera menuju meja 15 yang merupakan meja vip yang memiliki ruangan tersendiri. Terpisah dari pengunjung lainnya.

"Silahkan dinikmati, Tuan," ujar Lin Xiao Yi sembari meletakkan makanannya di atas meja dengan kepala tertunduk.

"Terima kasih," ucap seorang pria.

"Hai, Bibi," sapa Mei-Yin dengan kelopak mata yang mengerjap.

Lin Xiao Yi lantas mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara yang tidak asing. Matanya langsung membulat sempurna melihat seorang pria dan anak kecil yang kini duduk di depannya.

avataravatar
Next chapter