1 KEJADIAN KASAT MATA

Anggita Saraswati, siswi SMA kelas dua usia tujuh belas tahun, keluar dari tempat lesnya yang tempatnya di pinggir jalan raya utama.

"Anggi, pulang bersamaku yuk?" ajak Rico sahabatnya sejak SMP.

"Tidak usah Ric, aku mau ke Pak Somat dulu mau beli martabak." jawab Anggita tersenyum seraya membuka tasnya mengambil uang seratus ribu dalam dompetnya kemudian di masukkan ke dalam kantong celananya.

"Oke, aku pulang duluan." ucap Rico seraya menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang sudah mulai sepi dan gelap.

Anggita berjalan menyusuri jalan di sebelah kiri untuk sampai ke tempat jembatan penyeberangan, karena untuk ke tempat pak Somat, Anggita harus lebih dulu menyeberang jalan yang lumayan cukup ramai di saat pagi dan siang hari.

Tanpa mempunyai perasaan apa-apa, Anggita menoleh ke kanan ke kiri jalanan untuk segera menyeberang.

Dengan langkah-langkah kakinya yang panjang Anggita menyeberang dan tidak melihat dari arah kanan ada mobil yang tiba-tiba berkecepatan tinggi menuju ke arahnya dan...

"BRAKKKKK"

Mobil itu menabrak tubuh Anggita dengan sangat keras. Tubuh Anggita terpental jauh beberapa meter dan tergeletak di tengah jalan.

Mobil yang menabrak Anggita melaju cepat meninggalkan Anggita yang tak sadarkan diri dengan darah yang berceceran di mana-mana.

Sekelebat bayangan hitam tinggi besar membawa tubuh Anggita terbang tinggi menembus kegelapan malam dan membawa Anggita ke rumah sakit dengan merubah wujudnya menjadi manusia.

"Tolong istri saya Dokter, dia tertabrak mobil." ucap Laki-laki itu dengan tubuhnya yang tinggi besar, berkulit coklat dan berwajah tampan.

"Istri anda masih sangat mudah sekali." ucap Dokter jaga yang menangani Anggita yang terluka sangat parah.

Tanpa menjawab pertanyaan ucapan dokter jaga, laki-laki itu pergi dan berniat menitipkan tas milik Anggita pada salah satu Suster yang sedang jaga di lobby rumah sakit.

"Maaf Mas, tolong di isi terlebih dahulu untuk data pasien." ucap Suster itu dengan ramah.

"Saya mau ke belakang sebentar Sus, tolong bisa titip tas milik istri saya." ucap laki-laki itu dengan suara yang datar.

"Eh Mas.. dengan Mas siapa biar bisa saya catat?" tanya Suster itu lagi sebelum laki-laki itu pergi.

"Allmar Mahendra." jawab Allmar singkat kemudian pergi meninggalkan Suster itu dengan bulu kuduknya yang meremang.

Hampir satu jam Suster itu menunggu Allmar belum kembali juga, hingga suster itu mendatangi dokter jaga dan menceritakan apa yang terjadi.

"Jadi sepertinya laki-laki yang bernama Allmar itu hilang bagai di telan bumi begitukah Sus?" tanya Dokter jaga itu yang sudah menyerahkan Anggita pada Dokter yang khusus menangani operasi Anggita yang mengalami pendarahan pada otaknya.

"Ya Dokter, dan anehnya lagi saat dia pergi bulu kuduk saya berdiri, dan kalau saya ingat tatapan matanya itu seperti tidak tampak tanda-tanda kehidupan." jelas Suster itu dengan nafasnya yang belum stabil karena pemikirannya tentang Allmar adalah hantu.

"Sekarang coba kamu cari di dalam tas pasien itu, yang mungkin kita bisa tahu indentitasnya." ucap Dokter jaga tersebut yang juga merasakan keanehan pada Allmar.

"Baik Dok." ucap Suster itu kemudian membuka tas Anggita dan menemukan sebuah dompet dan ponsel.

"Saya menemukan ini Dok." ucap Suster itu seraya menunjukkan dompet dan ponsel Anggita.

"Kalau begitu cepat hubungi orang tua pasien, karena keadaan pasien sangat kritis." ucap Dokter jaga tersebut setelah mendapat pesan dari ruang operasi untuk mencari darah yang sangat di perlukan pasien saat ini.

Setelah menghubungi pihak orang tua korban beberapa menit kemudian orang tua Anggita datang dengan tangis kesedihan.

"Di mana anak saya sekarang Dokter?" Tanya Mia ibu Anggita dengan airmata yang terus mengalir tanpa henti.

"Ibu tenang ya, sekarang anak ibu masih ada di ruang operasi." ucap Dokter jaga tersebut.

"Kenapa bisa sampai terjadi seperti ini Dok?" tanya Pak Ridwan Ayah Anggita dengan perasaan sedih.

"Saya juga masih belum tahu bagaimana ceritanya, karena suami dari anak ibu sendiri juga masih belum kembali sampai sekarang." jelas dokter jaga tersebut.

"Suami Dokter? anak saya masih sekolah Dokter, dan belum mempunyai pacar apalagi mempunyai suami?" tanya Mia yang sangat dekat dengan Anggita.

"Wah.. bagaimana ini ya, tadi yang membawa anak Ibu itu seorang laki-laki tampan, tinggi besar dan kekar, berkulit sawo matang dan mengaku sebagai suami anak ibu, namanya Allmar Mahendra, dan dia juga menitipkan tas milik anak ibu ke kita." jelas dokter itu panjang lebar dengan bulu kulitnya yang mulai meremang saat menyebut nama Allmar.

"Bagaimana bisa Dok? saya tidak pernah mengenal pria yang bernama Allmar dan bagaimana Allmar bisa mengenal anak saya yang tidak terlalu dekat dengan laki-laki manapun." ucap Ridwan tidak habis mengerti.

"Saya juga kurang tahu pak, bahkan laki-laki itu sudah kami cari bahkan lewat cctv juga tidak terlihat." ucap Dokter jaga tersebut yang kadang sering mengalami hal yang kasat mata.

"Permisi, maaf sebelumnya kami sebagai dokter yang menangani operasi putri Bapak sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi sangat di sayangkan putri bapak tidak bisa kami selamatkan." ucap Dokter Anang yang keluar dari ruang operasi dengan wajah yang sedih karena tidak bisa menyelamatkan Anggita yang masih sangat muda.

Ridwan dan Mia seketika itu juga menangis dalam kesedihan yang sangat, karena Anggita adalah Putri semata wayangnya.

Di saat Ridwan dan Mia menangis atas kepergian Anggita yang tidak bisa tertolong jiwanya, di sisi dunia yang berbeda Anggita berjalan di lorong gelap yang sepi, ada laki-laki tampan di hadapannya yang sedang menghampirinya dan tersenyum padanya. "Hai Saras, aku Allmar Mahendra aku datang untuk membawamu ke duniaku." ucap Allmar dengan sebuah senyuman yang menggetarkan hati Anggita.

"Aku tidak bisa ikut denganmu Kak, di duniaku masih ada Ayah dan Ibuku yang sangat membutuhkan aku, aku akan kembali ke sana." ucap Anggita dengan matanya yang berkaca-kaca karena melihat dirinya melayang-layang tanpa raga.

"Kamu tidak bisa kembali ke sana Saras, tapi aku bisa membantumu kembali tapi dengan syarat kamu harus menikah denganku." ucap Allmar dengan suara berat dan datar.

"Apa tidak ada jalan yang lain selain aku harus menikah denganmu Kak?" tanya Anggita yang merasa dirinya masih belum dewasa.

"Hanya dengan KITA MENIKAH, TUBUH KITA AKAN MENYATU DAN KITA BISA HIDUP BERSAMA NANTINYA." ucap Allmar serius dengan tatapan mata yang teduh.

Anggita terdiam, di sisi lain Anggita merasa dirinya belum siap untuk menikah, tapi di sisi lain Anggita tidak bisa meninggalkan orang tuanya.

"Menikahlah denganku Saras, aku akan mengembalikan nafas hidupmu dan aku akan menjagamu selama hidupku." ucap Allmar dengan bersungguh-sungguh.

"Baiklah aku mau menikah denganmu Kak Allmar." ucap Anggita dengan suara pelan setelah memikirkannya dengan sangat matang.

avataravatar
Next chapter