webnovel

Dua Penguasa

Mengisahkan dua Pemuda dari Negara Maritim yang sangat menggilai barang antik dan kuno, keduanya mengikuti sebuah lelang di Negara Tirai Bambu. Hingga sampai dimana keinginan mereka terwujud, yaitu untuk mencapai dunia lain. Namun sial, setelah sampai di dunia tersebut. Mereka tidak mendapatkan jalan pulang. Kini keduanya terjebak di dunia dengan Manusia yang bisa mengendalikan panasnya api, membekukan air, kerasnya tanah dan hampanya angin. Mereka menyebut diri mereka adalah Kultivator Mereka mendapat identitas baru dari dua Harimau yang mereka temui untuk memulai petualangan mereka di dunia tersebut, mereka berdua dengan sangat tekun menaikan kekuatan mereka dalam tujuan untuk menguasai dunia ini! *Original bukan terjemahan.

Han_disini · Eastern
Not enough ratings
525 Chs

Bab13. Gadis kecil

Dikelilingi oleh banyak pria sebuah kedai yang dijaga oleh gadis muda, itu sangat menarik perhatian namun saat seseorang sampai di sini mereka tidak melihat apapun yang dijual oleh gadis muda itu. Hanya ada sebuah kertas dengan tulisan 'menjual tubuh untuk pemakaman orangtua'

"Hey gadis kecil, perlihatkan wajahmu," ucap seorang pemuda dengan tatapan mesum.

"Ya benar perlihatkan wajahmu jika tidak bagaimana orang akan membelimu." Pemuda di sampingnya ikut berkomentar.

Gadis muda itu hanya menundukan kepalanya, tapi dilihat dari kulit tangannya yang mulus dan seputih giok dia pasti gadis yang cantik.

"Aku menjual sebagai pelayan ataupun budak, jadi kalian tidak perlu melihat wajahku," suara gadis muda itu bagaikan nyanyian yang sangat merdu, pemuda tadi hingga lupa dengan tujuannya saat mendengar suara indah, lembut dan manis tersebut.

"Ya memang tapi jika kau buruk rupa siapa yang ingin menjadikanmu budak?" seorang pemuda datang dari belakang, kerumunan memberi jalan untuk pemuda itu.

Pemuda itu diikuti oleh empat pengawal yang tak lain adalah Kultivator dia berjalan lalu berhentu di depan gadis itu, "Aku akan membelimu jika kau memperlihatkan wajahmu," ucap pemuda itu.

"Aku tak akan mengangkat kepalaku jika anda tidak membeliku terlebih dahulu," balas gadis muda itu dengan suara indahnya. Bahkan pemuda itu sedikit hilang saat mendengar suara gadis muda itu.

"Baiklah berapa hargamu?" tanya pemuda itu dengan sombong.

"Aku tidak mematok hargaku, yang terpenting adalah cukup untuk membayar pemakaman kedua orang tuaku," jawab gadis muda itu.

Kerumunan hening sejenak Mendengar jawaban gadis itu, begitu sangat sayangkah gadis itu sehingga rela menjual tubuhnya dan menjadi budak demi membayar pemakaman orang tuanya? Jawabannya adalah ya, gadis itu sangat menyayangi orang tuanya.

"Baiklah aku akan membelimu dengan harga 1 keping emas bagaimana? Bukankah sangat cukup untuk pemakaman orang tuamu?" ujar pemuda itu.

Gadis itu mengangguk seperti ayam sedang makan butiran beras.

Di dunia ini untuk manusia fana mereka memiliki mata uang dari yang terkecil yaitu perunggu, perak dan emas.

Seratus perunggu senilai satu perak dan seratus perak sama dengan satu keping emas.

Saat pemuda itu hendak mengeluarkan kepingan emas di kantongnya, sekantong besar kepingan emas jatuh tepat di hadapan gadis itu menghancurkan kertas yang bertuliskan 'menjual tubuh untuk pemakaman orang tua' dengan terkejut pemuda itu mengedarkan pandangannya.

"Ah sayangnya kau telat membayar gadis kecil ini sudah jadi milikku." Saat pemuda itu bingung suara riang terdengar di sampingnya.

Dia terkejut saat melihat pemuda riang di sampingnya ini, pengawalnya juga terkejut lalu menjadi waspada bagaimanapun seseorang yang bisa muncul secara tiba-tiba pastinya bukan orang sembarangan.

Pemuda itu menatap pemuda riang di sampingnya dia mencoba membaca tingkat praktik pemuda riang itu hanya saja bagaimanapun caranya dia tetap tidak bisa membaca pemuda riang itu.

Gadis muda tadi mengangkat kepalanya menatap pemuda riang yang memakai kaos oblong dengan permen apel di tangannya, pemuda itu tak lain adalah Han Xiao.

"Siapa orang bodoh ini." Pemuda tadi tertawa meledek.

Han Xiao menatap pemuda tersebut lalu menatap gadis muda tadi, dia terpana saat melihat wajah gadis tersebut.

Wajahnya yang sangat mulus seolah tak ada cacat kulitnya yang seputih giok memberinya daya tarik lain, mata hijau yang sangat menarik perhatian dibalut dengan bibirnya yang berwarna merah muda tapi sedikit pucat. Dia sangat cantik bahkan dengan balutan gaun putih biasanya tersebut.

Rambutnya yang berwarna emas natural menjadi ciri khas yang sangat mencolok, bentuk wajahnya yang oval menambah kesempurnaan ekspresi polosnya.

Pemuda tadi menelan ludahnya saat melihat kecantikan gadis muda itu dia tidak menghiraukan ocehan Han Xiao dan mengambil setumpuk koin emas di dalam Tas Spasial miliknya.

"Di sana ada lima ratus koin emas, kau sekarang milikku!" tegas pemuda itu.

"600 koin emas!" suara lain terdengar di dalam kerumunan.

"650 koin emas!"

"700 koin emas!"

Harga terus naik membuat Han Xiao mengangkat alisnya, memang gadis muda ini juga menarik perhatiannya tapi dia tidak membutuhkan kecantikan gadis itu, melainkan kesal karena pemuda tadi sangat merendahkan gadis itu dengan satu koin emas dan dia juga tak tahan melihat hal seperti itu walaupun dia adalah lelaki dengan tipe yang suka memainkan wanita dia juga sangat menyayangi wanita.

Han Xiao hanya mendegar kenaikan harga yang sudah sampai seribu koin emas, dia tertawa miris, saat gadis ini hanya menunduk tak ada yang ingin membelinya mereka hanya berkumpul di sini untuk mengejeknya atau hanya untuk melihat siapa yang akan membelinya.

"2000 koin emas!" pemuda tadi marah dia berteriak seraya megeluarkan aura Kultivator yang cukup untuk menekan manusia fana dan Kultivator rendahan di sini.

Kerumunan hening saat merasakan aura yang menekan ini berbeda dengan Han Xiao yang sedari tadi hanya memasang wajah riangnya, dia sama sekali tidak terganggu dengan aura ini bahkan tidak cukup untuk mengelitiknya.

"Bagus." Pemuda itu mengangguk.

Seorang Kultivator yang mengenali aura ini tersentak dengan kaget berseru, "Ming Liye! keluarga bangsawan dari Kekaisaran Ming!"

Pemuda tadi ternyata bernama Ming Liye itu menyeringai saat namanya disebutkan, dia sangat yakin tak akan ada berani mengambil gadis itu dari tangannya. Tetapi kejadian berikutnya membuat dia marah.

"Ah apa itu Ming Liye kah atau Ming baye kah atau bahkan jika kau Ming suye aku tak peduli, aku yang pertama membelinya," suara itu berasal dari Han Xiao.

Wajah Ming Liye memerah karena marah dia tak pernah diejek seperti itu saat seseorang mengetahui namanya, "Kau! Dasar orang bodoh apa kau tak tau arti kehidupan?!"

Han Xiao menatap malas Ming Liye.

Merasa diabaikan oleh Han Xiao, Ming Liye dengan marah melancarkan tinjunya, Qi berkumpul di tinju Ming Liye saat dia mengarahkannya pada Han Xiao.

Boomm!!!

Ledakan terjadi dan seseorang terlempar, para penonton menyangka bahwa Han Xiao yang terlempar tapi saat debu mereda mata mereka melebar tak percaya.

"Pemuda riang itu sangat kuat!"

"Dia... Bagaimana telapak tangan santainya bisa melemparkan Ming Liye!" Kultivator lain takjub dan tak percaya juga dengan apa yang mereka lihat.

Ming Liye berusaha bangkit dibantu dengan empat pengawalanya, saat dia sudah berdiri dia melepaskan tangan pengawal tersebut lalu berteriak, "apa yang kalian tunggu?! Habisi dia!"

Keempat pengawal itu mengangguk lalu menatap Han Xiao dengan tatapan permusuhan, tapi tidak mengendurkan sedikitpun kewaspadaan mereka. Han Xiao hanya menguap saat melihat empat pengawal itu hendak menyerangnya.

Satu pengawal menyerang dengan tebasan pedangnya diikuti oleh tiga lainnya, mereka membentuk formasi saat menyerang Han Xiao.

Satu pedang hendak mendarat di leher Han Xiao tapi dengan mudah dia singkirkan dengan punggung tangannya lalu mengeluarkan pukulan kuat pada pengawal tersebut.

Bom!

Pengawal itu terbang jauh saat dia mendarat terlihat jelas wajahnya yang sudah berantakan tidak berbentuk dan yang menakutkan adalah dia sudah tidak memiliki aura kehidupan yang berarti dia sudah mati!

"Ups... Sepertinya aku terlalu bersemangat," kata Han Xiao seraya menggaruk kepalanya.

Tiga pengawal lainnya tertegun melihat kawan mereka yang terkuat sudah kalah dalam satu pukulan, Ming Liye juga tercengang tapi dia dengan cepat menyuruh tiga sisa anteknya untuk menyerang Han Xiao lagi.

Booom!

Booom!

Booom!

Tiga ledakan terjadi sisa dari pengawal Ming Liye sudah terlempar dengan bentuk yang sangat tidak jelas, tapi mereka masih hidup.

"Ah aku tidak membunuh kalian kan sekarang." Han Xiao tersenyum lebar melihat tiga pengawal yang memiliki lengan patah dan kaki yang patah.

Han Xiao menghampiri Ming Liye yang mematung.

"Kau!!! Berhenti di sana!" teriak Ming Liye pasrah. "Jika kau menyentuhku Bangsawan Ming tidak akan diam!"

"Yayaya, Kekaisaran Ming memang tidak akan diam..." Han Xiao menggantung kalimatnya lalu melanjutkan dengan nada ejekan. "Mereka akan berlarian seperti anjing dengan ekor terselip di kaki mereka! Hahaha."

Han Xiao tertawa liar membuat kerumunan itu merasa aneh padanya, di sisi lain Ming Liye sangat marah atas provokasi Han Xiao.

"Kau siapa namamu hah?! Ucapkan namamu jika berani." Ming Liye semakin ketakutan saat Han Xiao sudah berada di hadapannya.

Menatap riang Ming Liye, Han Xiao seperti biasa berkata dengan riang tanpa beban, "Siapa namaku tidak penting, pergi sekarang jangan sampai kau berada di hadapanku lagi."

Dengan itu Han Xiao menendang Ming Liye dengan keras, Ming Liye melesat seperti bintang ke langit saat di tendang oleh Han Xiao. Tak ada yang tau apakah dia hidup atau mati saat mendarat nanti.

Kini Han Xiao menatap gadis muda tadi, "Ayo kita kuburkan orang tuamu."

Gadis itu hanya mengangguk lembut lalu keluar dari kedai tersebut menampilkan tubuhnya yang indah.

Pinggang yang ramping hingga cukup satu tangan untuk merangkulnya, payudara yang sangat pas terlihat tidak besar ataupun kecil ditambah dengan pinggulnya yang sedikit montok untuk topangan tubuh anggunnya itu sangat sempurna.

Kaki ramping dan jenjang nya sangat mulus saat terlihat dia tidak menggunakan alas kaki saat ini tapi tidak membuat kulit indahnya berkurang. Han Xiao menahan napas lalu berjalan mengikuti gadis itu menuju pemakaman.

***

"Ibu, ayah. Yu'er sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini." Gadis muda yang tadi menjual dirinya menangis memeluk nisan ibunya. "Kedai permen Yu'er sudah selesai bu, Yu'er sudah tidak memiliki apapun di dunia ini."

Air mata terus membasahi pipi mulus dan cantik gadis itu.

Dia adalah gadis penjual permen apel yang menjadi perhatian Han Xiao saat pertama tiba di kota Woaven, hanya saja saat itu dia memakai cadar dan tudung untuk menutupi rambut dan wajahnya.

Han Xiao menatap iba pada gadis muda itu, dengan lembut dia menenangkan gadis muda tersebut, "Ah ya siapa namamu? Yu'er? Kau harus mengikhlaskan kedua orang tuamu agar mereka tenang di alam sana."

Gadis itu dengan sayu menatap Han Xiao, karena dia terlalu memikirkan pemakaman orang tuanya hingga dia lupa untuk memberitahu namanya pada Han Xiao.

"Tuan muda maafkan hamba, namaku Ren Yanyu," ucap gadis itu lemah.

Han Xiao mengangguk lalu bertanya pada Yanyu, "Setelah ini kau ingin kemana?"

Ren Yanyu merenung sejenak sebelum memeluk batu nissan kedua orang tuanya secara bergantian lalu berdiri, "Aku akan mengikuti tuan muda seumur hidupku, karena tuan muda sudah membeliku."

Han Xiao tersentak dengan pernyataan gadis muda tersebut dia dengan cepat berkata, "Aku tidak bermaksud membelimu, aku hanya ingin membantumu daripada kau pergi dengan bajingan Ming itu." pada nada terakhir Han Xiao berubah dingin.

"Tapi tuan muda..." Ren Yanyu masih tak menyerah. "Jika begitu aku juga akan membantumu seumur hidupku!"

Perkataan gadis itu sangat tegas membuat Han Xiao menjadi tercengang setelah mendapatkan lagi kesadarannya Han Xiao berkata dengan penasaran, "Apakah tidak ada saudaramu?"

Ren Yanyu menggeleng, "Di dunia ini hanya ada ibu dan ayah yang menjadi teman hidupku, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi setelah ibu dan ayah pergi."

Han Xiao merenung sejenak, Ren Yanyu ini mengingatkannya pada dirinya sendiri di dunia sebelumnya dia tidak memiliki siapapun untuk menjadi teman, hanya ada Ne Zha yang menjadi temannya keluarganya sangat mengabaikannya.

Dia merasakan apa itu kesepian hingga dia menatap Ren Yanyu sebelun berkata, "Baiklah kau boleh mengikutiku, tapi bukan sebagai pelayan tapi adik." Han Xiao tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya.

Ren Yanyu merasakan ketulusan dari Han Xiao jadi dia menerima uluran tangan Han Xiao.

Mereka berdua berjalan bersama pulang menuju pusat Kota Woaven.

***

"Tuan muda apakah kau gila?!" Ren Yanyu protes pada Han Xiao.

"Hey aku ini masih waras ada apa memangnya?" Han Xiao mengerutkan dahinya.

"Ini adalah rumah keluarga bangsawan Yang, untuk apa kau ke sini?" Ren Yanyu menatap rumah besar Yang He dengan cemas.

"Ini memang bukan rumahku, tapi aku sementara tinggal di sini." Han Xiao melanjutkan langkahnya.

Ren Yanyu merasa bahwa Han Xiao membuat leucon karena sepanjang jalan, dia tahu bahwa Han Xiao adalah orang yang konyol dan sangat suka akan lelucon, dia menarik baju Han Xiao yang akan memasuki gerbang halaman rumah Yang He.

"Hey kau ini kenapa?" Han Xiao bingung. "Aku memang tinggal di sini percayalah ini bukan lelucon."

"Justru aku yang harus berkata ini bukan lelucon yang lucu!"

Han Xiao kebingungan dengan tingkah Ren Yanyu yang ketakutan saat dirinya akan masuk ke gerbang rumah pamannya itu.

"Tuan muda apakah kau tau memasuki kediaman keluarga Yang sama saja mencari mati?" Ren Yanyu pernah mendengar seseorang yang memasuki kediaman Yang He dengan tidak sopan langsung terbunuh.

Saat Han Xiao hendak menjelaskan seorang penjaga yang sedang berpatroli menghampiri mereka, jantung Ren Yanyu merosot saat melihat penjaga bertubuh kekar itu mendekat.

Penjaga itu sekarang di hadapan mereja sekilas melirik Ren Yanyu lalu mambungkuk pada Han Xiao.

"Hormat saya pada tuan muda Han! Anda ternyata di sini, Tuan Yang He mencari anda," kata penjaga tersebut.

Ren Yanyu terkejut saat pengawal itu menyebutkan nama tuan muda barunya ini, dia lupa untuk bertanya siapa nama tuan barunya ini.

"Sial dia adalah tuan muda Han Xiao? Betapa bodohnya aku," batin Ren Yanyu.

Han Xiao tersenyum nakal pada Ren Yanyu yang kebingungan.

"Baiklah katakan pada paman, aku akan menemuinya nanti," jawab Han Xiao pada penjaga itu.

Penjaga itu membungkuk lagi memberi hormat lalu pergi. Han Xiao juga membawa Ren Yanyu masuk kedalam kediaman Yang He.