webnovel

Chapter 197 Tiger Cat and Alfa Wolf

Setelah hal itu, mereka kembali menaiki mobil. Seperti biasa, Neko hanya terdiam. "(Aku benar benar tak percaya kita melakukan hal ini, padahal aku tidak pernah sama sekali menginginkan hal ini... Sebaiknya aku cepat cepat kembali di antar pulang...)" pikirnya.

Dia berharap, Felix akan mengantarnya pulang ke apartemen milik Neko sendiri, tapi tidak dan rupanya berhenti di apartemen Felix.

Neko terdiam bingung, ia menjadi kecewa sekaligus kesal, dan lebih memilih tidak keluar. "(Sialan, kenapa dia membawa ku ke sini.... Sudah jelas aku ingin pulang,)" dia tampak kesal.

Lalu Felix keluar tapi ia menatap bingung karena Neko tidak keluar, lalu berjalan ke pintu Neko dan menundukkan badan menatap kaca yang tertutup.

"Keluarlah, istirahat di sini," tatap Felix sambil mengetuk ngetuk kaca.

"Aku tidak mau!" Neko menatap kesal.

"Aku tidak bisa mendengar mu, sebaiknya buka pintu mu," Felix memegang pembuka pintu dan langsung membukanya membuat Neko menoleh.

"Aku bilang aku tidak mau! Aku ingin pulang saja..." Neko tampak kesal.

"Bagaimana jika turun dulu dan katakan padaku dengan baik," tatap Felix.

Neko menjadi tambah kesal, dia membuka sabuk pengaman nya dan turun menatap. Tapi siapa sangka, Felix langsung menggendong nya dan diletakan di bahu nya.

"Apa!! Tunggu..." Neko menatap terkejut sekaligus panik.

"Kucing kecil, kau sudah tak bisa menjadi harimau," kata Felix, dia menutup pintu mobil dan berjalan ke dalam.

"Akhh... Turunkan aku..." Neko mencoba memberontak, tapi dia malah membuat tubuhnya lelah. "(Sialan.... Ha... Ha... Aku benar benar tak bisa melawan....)"

Setelah ke dalam, Felix langsung membaringkan Neko di ranjang besar nya.

"Akh," Neko terlempar pelan.

Lalu Felix mendekat sambil melepas dasinya sendiri membuat Neko menatap waspada, apalagi Felix semakin mendekat.

"Tunggu, tunggu.... Jangan lakukan itu..." Neko tampak terpucat.

"Kenapa? Bukankah kau masih ada waktu? Sampai pagi hari..." Felix menatap seringai.

"Tidak...."

--

"Ahh.... Hentikan.... Itu sakit.... Ugh...." Neko mengepal tangan nya di kedua bahu Felix, dia telanjang dan Felix hanya telanjang dada masih memakai celana panjang nya.

Tangan nya mencoba menahan kesakitan. Karena Felix tidak menggunakan baju, Neko menjadi mengeluarkan kukunya dan langsung meremas kedua bahu Felix hingga kuku kukunya masuk ke dalam kulit bahu Felix.

Tapi Felix tidak peduli akan hal itu, dia tidak merasakan apapun dari cakaran kecil itu, dia duduk di samping ranjang memangku Neko dengan kedua kakinya yang melebar. Kedua kaki yang lembut dan putih, tengah meronta terus menerus hingga ujung jarinya.

Tubuh lembut dan berwarna putih porselin itu telah memiliki banyak bekas merah dan biru di sepanjang tubuhnya. Itu artinya, Felix sudah beberapa kali mencumbu tubuh Neko.

Tangan Felix menopang tubuh Neko agar tidak masuk terlalu dalam dengan posisinya. Jika di katakan, mereka sedang melakukan posisi seks dengan Neko menghadap padanya.

"Akh.... Ngh... (Sangat sakit....)" Neko menggigit lidahnya sendiri. "(Aku tidak percaya akan berakhir begini.....)"

"Kenapa? Ini hanya ujung yang masuk, belum semuanya," tatap Felix, dia lalu mencium bibir Neko.

"(Tidak semua?! Hanya ujung?!! Rasanya sangat sakit....)"

"Cobalah untuk relaks.... Saja..." tatap Felix.

"Aku..... Tidak.... Bisa.... Ngaahh... Henti...kan..."

Tapi tiba tiba Felix memutarnya dan langsung meletakan Neko di ranjang, dia berlutut di bawah ranjang dan kembali terus memasukan.

"Ahhh!!! Hentikan.... (Apa ini?!.... Pertama kalian nya... Aku melakukan nya.... Dengan posisi sadar, tapi.... Ini membuat pikiran ku sangat kacau.... Aku tak bisa berpikir apapun...)" Neko nampak bernapas sangat cepat.

Lalu Felix berhenti membuat Neko bernapas cepat menutupi wajahnya dengan satu lengan nya.

Namun Felix menarik tangan nya membuat tubuh Neko tertarik dan menjadi duduk di samping ranjang. Tubuhnya berkedut saat melakukan itu.

"Kenapa? Kenapa kau menutupi wajah mu....?" Felix mendekat, dia terus meraba punggung Neko dan mencium Leher Neko.

"Hentikan.... Hentikan.... Ini sudah sangat lama... Aku tak bisa melakukan nya lagi.... Perut ku sakit...." Neko merintih di telinga Felix dengan tubuh yang gemetar dan menangis.

"Tidak perlu membuat alasan yang membuat ku berpikir kau hanya lemah di sini..." Felix malah membalas itu dan seketika membuka giginya menggigit leher Neko.

"Akh....!!" Neko terkejut membuka mulutnya sambil menatap kan pandangan ke atas.

"(Tidak mungkin.... Aku di gigit oleh banyak nya gigi tajam... Taring tajam milik serigala yang sungguh sangat buas.... Dia menggigit layaknya mendapatkan mangsa yang tidak akan pernah mati....)"

Tak sampai di sana, Felix mendorong Neko ke ranjang membuat Neko kembali terbaring dengan leher yang berbekas gigitan nya.

"Hentikan.... Hentikan...." Neko terus memohon dengan menutup wajahnya menggunakan kedua lengan nya.

Felix yang melihat itu menjadi mengerutkan kening, tapi siapa sangka, dia mengambil dasi hitam nya yang tadi ia buang di bawah karena melepas baju atasnya.

Lalu memegang kedua tangan Neko membuat Neko menatap dengan pandangan lemas nya.

Di saat itu juga, Felix mengikat kedua tangan Neko dan langsung mengarahkan nya ke atas kepala Neko membuat nya terkejut. "Apa yang kau lakukan, hentikan... Kenapa kau tidak mendengar ku!" Neko berteriak gemetar.

Tapi Felix melanjutkan hubungan nya, membuka paha Neko dan memasukan nya kembali membuat Neko terkejut kaku.

"(Tidak.... Dia tidak akan berhenti.... Tidak akan berhenti, meskipun beberapa kali aku berteriak, memohon, meronta dan menangis sekalipun, dia sudah di butakan oleh kebuasan nya sendiri... Aku tak bisa berkata kata lagi.... Dia tidak akan berhenti hingga aku mati....)"

Sementara itu di luar. Kim berjalan terburu buru di lorong apartemen Felix. Dia sampai di pintu kamar Felix.

"(Aku melihat mobil Tuan Felix di depan, itu berarti dia sudah kembali, apa aku harus laporan sekarang?)" ia bingung, lalu akan mengetuk pintu kamar tapi siapa sangka.

Sebelum dia benar benar mengetuk, suara desahan muncul dari dalam.

"Ahh.... Ahh.... Tunggu.... Terlalu dalam... Hentikan.... Aku mohon..."

Seketika Kim terpaku mendengar itu. "(Apa?! Suaranya....?!!)" ia benar benar terkejut. "(Tuan Felix?! Sedang melakukan nya dengan siapa?!!)"

Lalu melihat sekitar dan menemukan dua pasang sepatu di depan pintu yang ia lewati tadi. Satu pasang sepatu itu adalah sepatu hitam besar milik Felix.

Lalu yang satunya sepatu wanita berwarna hitam putih. "(. . . Sepatu wanita itu... Kenapa mirip seperti sesuatu?)" dia berjalan mendekat dan mengambil satu sepatu wanita itu. Ia melihat ukuran nya.

"(Eh, ini ukuran yang di pakai Nona Neko.... Tunggu....?!!!)" ia menjadi baru sadar, lalu berjalan buru buru lagi ke pintu kamar.

Dia mendengar suara yang sangat banyak dari desahan wanita, siapa lagi jika bukan Neko.

"(Apa jangan jangan memang benar!!!)" Kim benar benar terpaku, ia bahkan sampai panik.

"(Tidak?!! Tidak mungkin!!! Nona Neko!!)" ia terpucat, lalu menjadi putus asa.

"(Nona Neko....)" kecewa menjadi satu, lalu berbalik dan berjalan pergi dari sana. "(Seperti nya.... Ini memang akhirnya.... Aku harus menerima kenyataan pahit....)"

--

Hari selanjutnya, matahari hampir terbit. Tapi bagaimana bisa ranjang masih bergerak. Suara pelan itu tampak sudah habis.

"Aa... Ah... Ngh.... ngh... Hen... ti... kan...." Neko tengkurap dengan pinggang terangkat dan kepalanya hanya bisa tercium bantal putih.

Lalu di susul Felix mencium pinggang atasnya. Ia memegang rambut Neko dan perlahan meremasnya. "Jangan biarkan tubuh mu tertidur...."

"(Aku tidak kuat.... Aku benar benar tersiksa...)" mata Neko tampak lemas hingga ia memutar pandangan lalu menutup mata. Dia menutup mata seperti pingsan tak sadarkan diri sementara kedua tangan nya saja bahkan masih terikat.

Felix bernapas cepat lalu melepas penis nya lalu pinggang Neko jatuh dan siapa sangka, keluar cairan sperma dari vagina Neko.

"(. . . Aku mengeluarkan nya di luar, tapi kenapa masih ada tertinggal di dalam....)" dia mendekat memegang perut bawah Neko yang tertidur lemas. Tapi ia baru sadar Neko menutup mata.

"Amai..." Felix memanggil sambil memutar Tubuh Neko untuk terlentang.

"Amai... Kenapa? Kau lelah hanya karena ini, ayolah kucing kecil...." Felix mengangkat pinggang nya sambil mencium perut Neko.

Tapi Neko tetap tidak bangun, hal itu membuat nya mengangkat kepalanya menatap. "Amai...?" ia masih tetap memanggil hingga mendekatkan telinga nya di dada Neko mencoba mendengar detak jantung nya.

Di saat itu juga mata miliknya melebar. "Amai!" ia memanggil lagi tapi tak ada jawaban.

--

"Bagaimana bisa ini terjadi.... Ck... Ck.. Ck..." kata seseorang wanita yang menggeleng dengan pakaian putih dan stetoskop melingkar di lehernya.

Dia menatap Neko yang terbaring di ranjang dengan selang cairan menemani nya.

Lalu wanita itu menoleh ke Felix yang terduduk terdiam dengan wajah datarnya dan suram.

"Kau benar benar tidak bisa melihat suatu skala di sini," kata wanita itu sekali lagi dengan nada berani mengatakan itu pada Felix.

"Sudah tahu dia sedang tidak Vit, tubuhnya kecil, sementara kau, segede gaban mau maju begitu saja, apalagi kau menyemburkan cairan yang sangat banyak untuk perutnya. Benar benar buruk..."

"Aku hanya bertanya, apakah dia baik baik saja?" Felix menatap dengan wajah suram.

"Ha.... Jika aku bilang dia tidak baik baik saja, apa yang akan kau lakukan, apa ini pertama kalinya kalian melakukan seks?"

". . . Ini yang ke 3 kali, tapi sebelumnya tidak pernah selama ini."

"Yeah, itu sudah jelas. Seks rata rata dilakukan hanya selama 2 jam untuk pasangan wanita, jika kau tidak puas, lakukan hal lain nya tanpa membuat wanita sakit, sekarang aku tidak bisa memastikan apakah gadis ini baik baik saja," wanita itu kembali mendekat ke Neko dan memegang lehernya. Itu tepat di bagian dimana Felix menggigit leher Neko.

"Kau benar benar memakan nya...." lalu dia membuka selimut Neko dan melihat paha dalam Neko yang memerah.

"Ck, lain kali jangan lakukan hal ini lagi, jika dia tidak meminta, jangan memaksa... Dia seperti ini karena dia tidak mau, tapi jika dia mau, dia tidak akan berakhir seperti ini," Wanita itu menatap sekali lagi, lalu kembali menutup selimut Neko dan berjalan pergi dari kamar itu.

Felix menjadi terdiam, lalu memegang kening nya. "(Amai....)"