7 ⭕ 7. Les Memasak

^ Selamat Membaca^

....

Setelah kejadian kemarin, Naya bertekad untuk belajar memasak mulai dari hari ini. Naya tidak ingin dianggap tidak berguna oleh Aditya atau orang lain.

"Kak!" ucap Naya sedikit kesal karena sapaannya dianggap angin oleh Aditya.

"Kakak!!"

"Kakak!!!"

"Kakak! Naya pengen ngomong!" ujar Naya sambil mengguncang badan Aditya.

Aditya menghembuskan napas kasar merasa terganggu dengan kehadiran Naya di ruang kerjanya, "Ada apa?!"

"Naya pengen les masak!" pinta Naya dengan puppy eyes.

"Jangan aneh-aneh, ayahmu melarang saya!" ujar Aditya masih dengan alasan yang sama.

"Tapi, aku ingin belajar memasak, kak!" rengek Naya.

Rasanya Naya ingin menangis saja, sejak tadi Aditya tidak mengizinkannya mengikuti les masak, padahal Naya ingin mencoba menjadi istri yang berguna.

"Begini saja, coba tanyakan masalah ini pada ayahmu, jika ayahmu mengizinkan, saya juga akan mengizinkannya" putus Aditya.

Naya mengangguk ragu, lalu pergi dari ruangan itu untuk mengambil handphonenya di ruang keluarga.

"Bagaimana ini? apa tidak ada cara lain, ah! rasanya sangat mustahil bagi ayah untuk mengizinkanku berperang di dapur, tapi tak masalah selagi aku belum mencobanya masih ada setitik harapan untukku" menolong Naya menyemangati diri.

Dengan ragu Naya mencari nomor ayahnya , "Halo ayah?"

"Halo, kenapa Naya?" tanya Revan bingung, tak biasanya Naya menelepon dirinya di waktu kerja.

Naya menggigit bibirnya ragu, "Ayah, Naya minta izin untuk les masak, boleh?"

Di seberang sana terdengar hembusan napas, "Naya waktu itu ayah hanya bercanda soal mengurus rumah. Jangan terlalu dipikirkan"

"Tidak ayah, bukan karena itu. Naya pengen masak murni karena keinginan Naya sendiri bukan paksaan dari orang lain" ujar Naya bersungguh-sungguh.

"Tapi Naya, ayah takut kamu akan terluka saat sedang memasak" ujar Revan.

"Itu hal wajar ayah, tapi lama-kelamaan Naya juga pasti bisa masak tanpa harus terluka, percaya sama Naya ayah" pinta Naya.

"Jika memang benar begitu, baiklah ayah akan mengizinkanku untuk les masak, tapi jika kamu terluka parah ayah dengan senang hati akan melarangmu memasak untuk selamanya" pesan Revan.

Naya mengangguk, "Baik ayah, Naya akan berusaha untuk berhati-hati saat memasak, makasih ayah. Naya sayang ayah"

Revan tersenyum, "Ayah juga sayang Naya, baiklah ayah tutup teleponnya, baik-baik disana!"

"Siap ayah, ayah juga, byeee"

Naya mematikan panggilannya dan berjingkrak- jingkrak senang.

"Ada apa?"

Naya menghentikan aksinya dan menoleh kebelakang, "Kakak! ayah ngeizinin Naya les masak!!" serunya dengan riang sambil berlari memeluk Aditya.

Badan Aditya terlonjak kaget dengan gerakan tiba-tiba Naya.

"Kakak! kakak udah janji kan, akan ngebolehin Naya, kalau Naya berhasil membujuk ayah Naya?" tanya Naya sambil melepaskan pelukannya dan menatap Aditya.

"Iya, tapi tempat lesnya kakak yang pilihkan" Ujar Aditya.

"Yeay!"

Saking senengnya Naya tak sadar memeluk Aditya dengan erat, Aditya melotot dengan sikap Naya, tapi tetap membalas pelukan Naya.

Naya mendongak, "Makasih hehehe"

Aditya mengangguk, "Iya"

Naya melepaskan pelukan mereka, "Hmmm, kapan Naya bisa mulai belajar memasak?" tanya Naya.

"Sekarang, saya akan langsung mendaftarkanmu, kamu hanya perlu bersiap dan menguatkan mental fisikmu" ujar Aditya.

Naya mengangguk senang, "Siaaap!"

.....

"Apa Naya harus memakai pakaian seperti ini?" tanya Naya.

"Kenapa? itu adalah syarat mereka, sebaiknya turuti saja" ujar Aditya.

"Baiklah" ucap Naya terpaksa, lihat saja pakaiannya sudah seperti balon berjalan. Dirinya harus memakai baju daster panjang ukuran XLL dengan rambut yang diikat ekor kuda dan wajah yang hanya dipoles bedak bayi. Fashion ini benar-benar bukan ciri khas seorang Naya.

"Ya sudah ayo, lesnya akan dimulai 15 menit lagi" ujar Aditya, lalu berjalan meninggalkan Naya.

"Fyuh, baiklah" Naya segera mengikuti langkah Aditya dengan langkah seribu.

Tepat dimenit 10, mobil Aditya telah berhenti disebuah tempat berpapan namakan 'les memasak ibu-ibu'.

Tempatnya tidak begitu mewah, hanya sebuah rumah sederhana yang dipenuhi perempuan dengan pakaian sepertinya, hanya saja perbedaannya mereka seperti perempuan yang telah melahirkan sedangkan Naya tidak, ukuran tubuhnya sangat kecil dibandingkan yang lain.

"Tunggu apa lagi? Cepatlah turun!" ujar Aditya.

Naya mengangguk, "Baik kak" Naya turun dari mobil dan melambaikan tangan pada Aditya, "sampai jumpa kak"

"Jangan kemana-mana, saya akan menjemputmu setelah pulang" pesan Aditya

Naya mengangguk, "Iya, kak"

Setelah mobil Aditya hilang dari pandangnya, Naya berbalik dan mulai melangkahkan kaki kerumah tempatnya les memasak.

"Anggota baru?" tanya salah satu ibu-ibu yang sejak tadi memperhatikan Naya.

"Iya bu, salam kenal. Saya Naya anggota baru disini" ujar Naya sopan.

"Oalah benar toh, kenalin saya Sima panggil saja kak Sima, saya enggak tua-tua amat hahaha" ucapnya sambil terkekeh.

Naya tersenyum, "Siap kak Sima"

"Ndri, perkenalankan namamu gih biar saling kenal" ucap Sima pada salah satu temannya.

Perempuan yang dipanggil Ndri itu menoleh dan tersenyum melihat Naya, "Anggota baru? kenalin saya Indri, kamu siapa namanya?"

"Salam kenal kak Indri, saya Naya anggota baru disini" ucap Naya tersenyum senang, mendapatkan teman baru.

Kemudian beberapa orang yang sedang ngerumpi di teras sejak tadi, mulai menyapa Naya dan memperkenalkan dirinya.

Tiba-tiba dari dalam rumah, keluar seorang perempuan yang menatap bingung mereka semua.

"Ada apa ini? kenapa tidak masuk, waktunya akan segera dimulai" ucapnya.

"Siap bu Rori"

Satu persatu perempuan disana masuk kedalam rumah, menyisakan Naya dengan perempuan itu.

"Kamu sepupu nak Aditya?" tanya perempuan itu.

Sepupu? muncul tanda tanya di dalam benak Naya, tapi Naya mencoba berpikir positif jika perempuan paruh baya didepannya tidak mengetahui status Naya yang sebenarnya.

"Maaf bu, saya bukan sepupu kak Aditya, tapi Is---"

"--Sudahlah tak perlu dijelaskan, mari masuk" potong perempuan itu

Naya mengangguk, lagipula masalah status tidak penting ditempat seperti ini.

Perempuan itu membawa Naya di depan semua orang, "Lihat, kita kedatangan anggota baru, perkenalkan namamu"

Naya mengangguk, "Perkenalkan nama saya Naya, mohon bantuannya"

"Baiklah, semuanya perkenalkan anggota baru kita Naya, semoga kalian bisa membangun hubungan harmonis dengannya" perempuan itu menoleh pada Naya, "Naya kamu bisa memakai tempat nomor 20"

"Baik bu" ucap Naya lalu mulai berjalan ketempatnya.

"Naya, jika ada kesulitan silahkan bertanya pada rekan-rekan yang lain, oh iya nama saya Rori, panggil saja bu Rori"

"Baik bu Rori"

"Baiklah rekan-rekan semua, hari ini hari kedua tempat les ini dibuka, anggota baru silahkan menyesuaikan"

"Baik bu Rori" ucap semuanya serempak.

"Hari ini kita akan belajar tentang bumbu dapur" bu Rori mengambil satu siung bawang merah dan putih serta satu buah bawang bombay"

"Siapa yang tahu, nama ketiga benda ditangan saya?" tanya bu Rori.

semua orang mengangkat tangannya kecuali Naya.

"Karena semua orang sudah mengetahuinya, saya akan menunjuk Naya karena cuman dia yang tidak mengangkat tangan" ujar bu Rori yang membuat Naya shock.

"Naya, bisa sebutkan benda apa yang ada ditangan saya?"

Semua mata memandang Nara tak terkecuali bu Rori yang menunggu jawaban Naya.

Naya berdehem mencoba mengingat nama benda itu, seingatnya kemarin bik ningsi memberitahu Naya, tapi sayangnya Naya lupa.

"Naya?"

"Bawang m-merah, p-putih, dan b-bombay?" ucap Naya ragu.

"Benar sekali Naya. Ayo semua! berikan tepukan pada Naya" ucap bu Rori yang mengundang senyuman terbit dibibir Naya.

Prok Prok Prok, semua orang bertepuk tangan untuk Naya.

"Makasih" ujar Naya tersenyum riang.

"Ayo semangat, saya akan bertanya kembali"

Selanjutnya bu Rori memegang atau bahkan mengangkat bumbu dapur ditangannya dengan tinggi-tinggi , lalu bertanya pada mereka semua dan dijawab oleh mereka dengan antusias, begitu seterusnya hingga waktu menunjukkan pukul 17.00, yang berarti waktu les telah berakhir.

"Matahari telah tenggelam dan begitu pula dengan waktu les yang ikut hilang bersamaan sinar matahari. Semoga nama-nama bumbu dapur tadi tidak kawan-kawan lupa dan akan mengingatnya terus, agar besok kita bisa masuk ketahap berikutnya, terima kasih telah mengikuti materi dengan baik, saya akhiri. Assalamualaikum" ujar bu Rori.

"Waalaikumsalam" jawab mereka semua serempak.

"Yuk pulang" ajak Sima.

Naya menoleh, "Maaf kak, rumah Naya bukan disekitaran sini" tolak Naya.

Sima terkekeh, "Oalah, kalau begitu ayo kita keluar barengan, kelas mau ditutup sama bu Rori" ajaknya.

Naya mengangguk kemudian keluar bersama Sima sambil membahas materi yang dibawakan bu Rori tadi.

"Kakak pamit pulang yah" ucap Sima.

Naya mengangguk, "Hati-hati kak!"

"Tidak pulang, Nay?" tanya bu Rori.

Naya menoleh, "Lagi nunggu jemputan bu" jawab Naya dengan sopan.

"Ya sudah ibu pulang duluan, tidak apa-apakan nunggu sendiri di sini?" tanya bu Rori.

Naya menggeleng, "Enggak apa-apa kok bu"

"Ya sudah ibu jalan dulu, mari" pamit bu Rori.

Naya mengangguk, bertepatan semenit setelah bu Rori pulang, mobil Aditya berhenti tepat dihadapannya.

"Nunggu lama?" tanya Aditya.

Naya menggeleng, "Tidak kak"

"Yaudah ayo pulang!"

"Iya kak"

Bagi Naya hari ini adalah hari berkesan, bisa mengubah penampilan tanpa takut ada yang mengomentari, memiliki banyak teman dan semuanya bersikap ramah terhadap Naya, yang jelas-jelas usianya berada dibawah mereka.

"Kenapa tersenyum?" tanya Aditya yang sedang melirik Naya, tapi fokusnya tetap berada di depan.

Naya menoleh, "Tidak, aku hanya sedang bahagia"

"Owh begitu rupanya, baguslah" setidaknya saya bisa memenuhi satu janji saya pada ayahmu, sambung Aditya dalam hati.

...

To be continud

Jangan lupa komen yah readers^^

Luv♡

salam cinta dari apipaaa.

avataravatar
Next chapter