4 ⭕ 4. Manda dan Wina

^ Selamat Membaca ^

.....

"Naya!, Bi Ningsi udah datang!" teriak Aditya sambil tersenyum sopan pada pembantu barunya.

"Iya tunggu sebentar!"

Naya keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi minuman dingin dan cemilan, itung - itung untuk membuat kesan pertama yang bagus agar pembantunya betah bekerja di rumahnya.

"Aduh! Nyonya enggak usah repot-repot" ucap Bik Ningsi.

"Enggak repot kok, santai aja" ucap Naya sambil meletakkan nampan diatas meja dengan hati-hati.

"Jadi, siapa tadi nama ibu?" tanya Naya.

"Nama saya Ningsi, panggil aja Bi Ningsi, nyonya" ucap perempuan paruh baya itu.

Naya tersenyum, "Oka Bi, oh iya jangan panggil Nyonya panggil aja Nak atau apalah yang sopan"

Aditya tersenyum dalam diam mendengar keramahan dan kesopanan seorang Naya putri tunggal seorang klomerat.

"Baik nak" ucap Bi Ningsi sambil tersenyum.

"Oh iya Bi, kerjanya mulai hari ini, bisa kan?" tanya Aditya.

Bi Ningsi mengangguk, "Boleh - boleh"

Naya tersenyum, "Oh iya kak, Bi Ningsi tidur dimana? biar aku bersihkan kamarnya"

Aditya menggeleng, "Bi Ningsi enggak perlu kamar, dia pembantu setengah hari"

Naya melotot mendengar perkataan lempeng Aditya, "Maksudnya?"

"Bibi hanya bekerja pada jam 6 pagi sampai jam 6 malam" jelas bik Ningsi.

Naya menelan ludahnya kasar, "Tapi kenapa?"

"Saya yang memintanya, lagian kamu tidak merasa iba dengan Bi Ningsi yang sudah tua, tapi harus bekerja mengurus rumah kita pagi dan malam?" ucap Aditya.

Terus kenapa kakak menerimanya? Lebih baik kakak menerima pembantu yang lebih muda!.

Ingin sekali Naya berkata seperti itu, tapi kalimat itu hanya bisa Naya telan bulat - bulat karena dirinya tau Aditya tidak akan mau mendengar perkataannya dan tetap bersikukuh dengan keputusannya.

"Owh oke" ucap Naya setelah berseteru dengan batinnya.

"Sebelum saya pulang, saya akan menyempatkan memasak makan malam" ucap Bi Ningsi yang mengerti perubahan raut wajah Naya.

"Terima kasih, tapi sepertinya itu tidak perlu" ucap Aditya yang mengundang sinisan dari ekor mata Naya.

"Tidak apa-apa, itu sudah tugas saya" ucap Bi Ningsi.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit kerja dulu" ucap Aditya sambil berdiri dari duduknya dan menoleh pada Naya.

"Saya pergi dulu" ucap Aditya sambil menatap kearah Naya.

"He em, hati-hati" ucap Naya seadanya karena menyadari Aditya sedang menatap dirinya.

"Antar saya kedepan" titah Aditya.

"He em, Bi saya permisi kedepan" ucap Naya sambil bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului Aditya.

Aditya menggelengkan kepalanya, lalu menatap Bi Ningsi, "Permisi bik"

"Iya nak" ucap Bi Ningsi sopan.

Aditya mengangguk kemudian menyusul langkah Naya, "Kamu kenapa?" tanya Aditya setelah berada di samping istrinya.

Naya melirik sekilas, "Enggak papa"

Aditya menghembuskan napas melihat tingkah Naya yang berubah-ubah, mungkin Aditya harus bisa menyesuaikannya mulai saat ini.

"Ya udah saya pergi dulu" ucap Aditya lalu mengulurkan tangannya pada Naya.

Naya menautkan kedua alisnya menatap uluran tangan Aditya.

"Salim" ucap Aditya yang mengerti kebingungan Naya.

"Oh oke"

Naya menunduk dan mencium tangan Aditya, tapi saat melepaskan tangan Aditya, Aditya malah mencium puncak kepalanya.

"Assalamualaikum" ucap Aditya sambil tersenyum, meninggalkan Naya yang terpaku di tempatnya.

"Ha? waalaikumsalam" ucap Naya linglung.

"Nak, bibi mulai kerja dari mana?" tanya Bi Ningsi membuyarkan kelinglungan Naya.

Naya membalikkan badannya menghadap Bi Ningsi, "Terserah Bibi aja, Naya mau ke kamar dulu"

"Baik nak"

"Permisi Bi" pamit Naya dan segera berlari ke kamarnya.

Naya ingin menceritakan pada Manda dan Wina tentang perlakuan hangat Aditya padanya, ah rasanya Naya sangat senang salah satu impiannya terwujud dalam 2 hari setelah mereka menikah.

Naya membuka room chat grup untuk memberitahukan kedua sahabatnya agar datang di kafe langganan mereka dan untunglah mereka berdua menyetujuinya.

Setelah berhasil membuat rencana bersama kedua sahabatnya, Naya segera mandi dan bersiap-siap.

Sekitar 40 menit, Naya turun kebawah lalu mengambil kunci mobilnya, "Bik! Naya keluar bentar yah"

"Oka nak, hati-hati oh iya udah ijin sama nak Aditya kan?" tanya bik Ningsi.

Naya menggeleng, "Cuman bentar doang kok bik, ya udah Naya pamit. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Naya menjalankan mobilnya keluar gerbang. Tak sampai 20 menit, Naya telah sampai di kafe langganannya semenjak sma dan kuliah.

"Selamat pagi, mbak Naya" sapa pelayan yang melayani Naya sejak lama, jadi karena itu mereka berdua begitu akrab.

"Pagi juga mbak Mila" ucap Naya sambil tersenyum hangat.

"Mau pesan apa?"

Naya menggeleng, "Entar aja Naya mesen, lagi nunggu temen soalnya"

"Okayy, kalau gitu mbak tinggal dulu yah"

"Siap mbak"

Naya mengambil handphone miliknya untuk mengecek keberadaan kedua sahabatnya itu.

"Kalian dimana?" tanya Naya

"Lagi dijalan!"

"Ya udah cepat, aku malas nunggu!" kesal Naya.

"Iya-iya udah dekat kok"

"He em, aku tunggu!" ucap Naya sambil mematikan panggilannya.

5 menit kemudian, Manda dan Wina datang dengan pakaian kasualnya dan jangan lupakan bayi yang berada dalam gendongan Manda.

"Kalian lama banget sih? aku udah karatan tau nunggu disini" cerca Naya kesal.

"Ya maap, aku harus ngurus Reygan dulu sebelum kesini" ucap Manda.

"Kalau itu aku ngerti, tapi kenapa Wina juga terlambat?" tanya Naya dengan mata yang menghunus tepat pada Wina.

Wina cengar-cengir ditempatnya,

"Kamu kan tau Nay, rumahku sama Manda cuman dipisahkan oleh tiga rumah yang lain"

"Kamu nebeng?" potong Naya.

"Muehe itu kamu tau" ucap Wina.

Wanda menghela napas melihat perdebatan unfaedah dihadapannya, "Udah - udah enggak usah dibahas lagi, yang pentingkan kita udah ada disini, Nay"

"Bener tuh apa kata Manda" ucap Wina menimpali.

"It's okay, ya udah kita mesen dulu" ucap Naya mengalah.

"Tapi kamu yang bayar kan, beb?" tanya Wina.

Manda memutar matanya, "Kamu udah kerja Wina, jangan kayak orang susah deh"

Wina menyengir, "Tapi kan yang ngajak Naya, enggak papa kale sekali- kali Naya teraktir itung - itung syukuran karena udah di coblos"

Naya mengeplak mulut Wina, "Apaan di coblos, ada - ada aja kamu"

Naya mengangkat tangannya memanggil pelayan, "Pesan apa mbak?"

"Yang biasa"

"Okayy siap, mbak Nay" ucap pelayan itu.

"Iya"

"Oh iya Nay kamu masih perawan, apa kagak?" tanya Manda.

Naya mengangguk, "Aku masih perawan emang kenapa?"

Manda dan Wina saling pandang kemudian melotot, "Kamu gila?!" ucap mereka bersamaan.

"Oek Oek Oek" tangis Reygan mendengar teriakan mama dan bibinya.

Manda terkejut dan segera mengayun - ayun Reygan agar kembali tidur.

"Jadi?" tanya Manda.

"Apaan? aku emang masih perawan Manda, Wina!" tekan Naya.

"Gila kamu!, enggak kasian emang sama suami kamu yang harus nahan nafsunya?" ucap Wina

"Bener apa kata Wina, udah kewajiban istri muasin nafsu suaminya, emang kamu mau suami kamu nyari wanita jalang buat puasin nafsunya yang enggak bisa kamu penuhi?" nasehat Manda.

Naya menggeleng takut, "Ya enggak mau lah, tapi aku juga belum siap" ucapnya lesu.

"Terus kalau kamu belum siapa, kapan? kapan kamu akan siap, hmmm?" tanya Wina.

"Ya nanti, kalau kak Aditya minta pasti aku kasih kok" ucap Naya ragu.

"Tapi aku bingung deh, kenapa kamu harus nikah kalau enggak mau kawin?" tanya Manda.

Naya mengaruk tengkuknya yang gatal, "Yah aku cuman mau uwu-uwuan doang kayak Manda" ucap Naya yang mengundang pelototan dari Manda dan Wina.

"Serius kamu Naya!?" ucap Wina kaget.

"Seriuslah, buktinya sekarang aku dah nikah"

"Astaga Naya, kamu pikir nikah segampang itu?"ucap Manda kesal.

Naya mengangguk, "Iya, emang kenapa?"

"Permisi, ini pesanannya" ucap mbak Mila yang menghentikan perdebatan mereka bertiga.

"Makasih mbak" kompak Manda, Wina dan Naya.

"Sebaiknya kita makan dulu deh, habis itu baru lanjut debat soalnya perut aku udah enggak bisa diajak kerja sama"tutur Wina.

"Okayy!" ucap Manda dan Naya bersamaan.

"Lalu? kamu sekarang udah merasakan keuwuan setelah nikah sama Aditya?" tanya Manda setelah mereka telah berhasil menghabiskan semua makanan yang ada.

"Iya, karena itu juga aku manggil kalian kesini" ucap Naya.

Wina mengelap mulutnya mengunakan tisu, "Dia ngelakuin hal apa emang sama kamu?" tanya Wina.

Naya mesem - mesem ditempatnya sambil mengingat kembali perlakuan Aditya.

Wina mengeplak kepala Naya, "Kamu jangan senyum - senyum kayak gitu Naya, aku jadi ngeri!"

"Ish apaan sih Wina, aku tuh lagi seneng jangan diganggu" rajuk Naya.

"Senang karen apa emang?"tanya Manda sambil memain - mainkan pipet dihadapan Reygan.

Naya menyengir, "Kalian tau enggak?"

"Yah enggak lah, kamu kan belum ngasih tau" sewot Wina.

"Oh iya, maap maap. Jadi tadi itu Aditya pergi kerja" ucap Naya.

"Terus?" potong Wina.

"Ish dengerin dulu sampe habis" kesal Naya.

"Okayy lanjut!" ucap Manda.

"Terus dia minta anterin sampai depan pintu, pas didepan pintu dia ngulurin tangan, eh tau - taunya dia minta salim. Aku sebagai istri yang baik langsung nyalim tangan dia dong eh dianya malas balas cium puncak kepala Aku. Aku kan jadi baper!!!" teriak Naya histeris diakhir kalimat.

"Berisik Naya, malu tau di lihat sama orang - orang" tegur Manda.

"Yah maaf, habisnya gue terlalu excited" ucap Naya.

"Terus suami kamu bilang apa pas nyium kepala kamu?" tanya Wina penasaran.

"Enggak bilang apa-apa, dia langsung pergi gitu aja pas ngucapin salam"

"Hmm mungkin dia cuman mau ngelakuin tugasnya sebagai suami, karena di cerita-cerita yang kubaca suami kebanyakan akan ngucapin hal-hal yang manis setelah nyium kepala istrinya" ucap Wina.

"Oh gitu yah?" tanya Naya lesu.

Manda menggeleng, "Enggak semua gitu, kebanyakan pria tidak menunjukkan kasih sayangnya lewat ucapan melainkan lewat tindakan -tindakan yang nyata"

Naya mengembangkan senyumnya, "Manda benar!" tapi sesaat kemudian senyum itu hilang, "Tapi apa mungkin cinta muncul di antara kami berdua? kalian kan tau sendiri kami bertemu hanya sekali dan belum mengenal satu sama lain"

"Engh soal itu, kita serahin sama Allah jika dia jodoh lo pasti sebulan atau dua bulan lagi cinta itu akan muncul dengan sendirinya" nasehat Manda, bagaimana pun dia juga menikah karena perjodohan.

"Bener apa kata Manda, jalani aja ini semua juga karena keinginan kamu, jadi kamu juga yang harus tanggung jawab" ucap Wina.

"Iya aku ngerti, makasih Manda, Wina" ucap Naya sambil tersenyum lega.

5 jam Naya habiskan bersama sahabat - sahabatnya mulai dari berkeliling mall hingga membelikan mainan untuk Reygan.

"KAMU HABIS DARI MANA?!"

Naya tersentak mendengar teriakan suaminya. Tubuh Naya belum sepenuhnya masuk kedalam rumah, tapi dirinya harus disambut teriakan yang nyaring.

Ada apa lagi ini. Ku rasa aku tidak melakukan sesuatu yang salah, lalu ada apa dengan Aditya?, batin Naya bertanya - tanya.

....

To be continud

> Jangan lupa hargai penulis dengan mengklik bintang dan tentunya berkomentar.

Luv ♡

salam cinta dari apipaaa.

avataravatar
Next chapter