20 ⭕ 20. A-aku Kenapa?

'Selamat Membaca'

...

4 minggu kemudian. Tak terhitung sudah 2 bulan Naya dikurung di sebuah ruangan tanpa jendela ini. Tak banyak kegiatan yang Naya lakukan selama 2 bulan terakhir. Dirinya hanya bangun, makan, mandi, melayani Aditya lalu tidur. Tak ada yang spesial.

"Nyonya, Anda harus makan. Sejak pagi Anda belum makan dan hari sudah beranjak siang, Nyonya,"

Naya menghela napas, menatap Calista yang selalu cerewet setiap harinya mengingatkan Naya pada Laura.

"Kenapa menghela napas Nyonya? Ayo makan, nanti Tuan marah Nyonya," ucap Calista khawatir. Dasar, selalu saja menuruti setiap perintah Aditya. Ck!

Naya menggeleng, "Aku tidak lapar, sudah berapa kali aku bilang, aku tidak lapar!"

"Tapi setidaknya makan sedikit saja, jika Tuan tau nanti dia akan menyiksa Nyonya lagi."

"Tuan! Tuan! Tuan! berapa kali kamu akan mengingat namanya dalam sehari? Aku saja yang mengingat Tuanmu itu dalam sedetik langsung merasa mual," protes Naya.

Calista mengangguk mengerti, "Baiklah Nyonya aku tidak akan menyebut nama Tuan lagi, tapi untuk sekali saja pikirkan diri Nyonya. Jika Nyonya tidak mendapatkan protein dan karbohidrat selama 12 jam, bagaimana Nyonya akan menjalani hidup?"

Naya melempar pandangannya ke arah pintu, "Menjalani hidup ya ... tapi apa aku bisa hidup setelah mengandung anaknya?"

Calista tertegun, dia tidak tahu bagaimana rasanya menjadi Naya. Tapi, dia tau bagaimana rasanya mengandung benih dari laki-laki yang dia benci. Calista pernah mengalaminya, rasanya sangat sesak.

"Kenapa diam? Aku benar, kan?" Naya meneliti seluruh wajah Calista, cantik dan manis.

Calista menunduk sopan, "Tidak Nyonya, aku hanya sedang memikirkan. Jika seandainya aku mengalami hal ---"

Naya menggeleng, "--- Aku berdoa semoga hal ini tidak akan pernah terjadi padamu, cukup aku saja perempuan yang diperlakukan seperti ini dan semoga saja tidak ada Naya Naya yang lainnya."

Calista terdiam, tak tahu harus mengatakan apa.

"Ah iya terlepas dari semua itu, apa aku boleh tau berapa umurmu?" tanya Naya sambil tersenyum, mungkin saja moodnya sedang bagus saat ini.

"19 tahun, Nyonya," ucap Calista sopan.

Naya mengetuk-ngetuk dahinya, "Usiamu ternyata masih sangat belia, ah aku tertarik dengan kisah hidupmu. Apa kamu boleh ceritakan semua mengenaimu?"

Calista tersenyum memiliki ide, "Baiklah Nyonya aku akan menceritakan semuanya, tapi sebelum itu Nyonya harus makan."

Naya mengangguk lesu, "Ya sudah, aku setuju, tapi aku ingin makan sambil mendengarmu bercerita. Bagaimana, setuju?" Naya mengulurkan tangannya ke depan.

Calista menyambut tangan Naya sambil terkekeh, "Setuju, ayo buka mulutnya."

"Nyam, nyam, nyam cueritakan," ucap Naya dengan mulut yang penuh.

"Nama saya Calista Nyonya. Usia saya 19 tahun, ayo buka mulut."

Naya berdecak, tapi tak ayal menerima suapan Calista.

"Aku belum menikah, tapi sayangnya aku sudah memiliki seorang anak yang berusia satu tahun ---"

Naya mengerutkan keningnya, "--- anak?" potong Naya.

Calista mengangguk, "Iya, anak. Ayo buka mulut."

"Ishh, ayo ceritakan semuanya dengan cepat. Aku tidak kuat makan lagi," keluh Naya.

Calista menggeleng - geleng, "Kalau tidak ingin makan, aku tidak akan menceritakan semuanya."

Naya mendesah, "Ah baiklah. Aaa!"

Calista tersenyum dan segera menyuapi Naya, "Anakku hasil dari balas dendam seorang pria yang membenciku. Dia tidak membenciku tanpa alasan, aku yang dulu sangatlah nakal dan suka menindas orang yang lemah atau cupu. Buka mulut."

Naya berdecak, lagi serius mendengarkan cerita Calista. Dirinya harus membuka mulut lagi, menerima makanan yang membuat perutnya mual.

"Nah bagus, lalu suatu hari aku menindas orang yang pria itu sukai. Aku tidak mengetahui jika perempuan itu adalah pacar pria itu dan untuk membalaskan dendamnya pria itu ... mencampurkan sesuatu kedalam makananku dalam acara prom night. Di sanalah, awal dari kehancuranku. Ayo buka mulut."

"Aaaa, nah pintar, "Calista terkekeh melihat raut wajah pasrah Naya.

"Tiga bulan kemudian aku merasa mual-mual dan ketika di bawa kedokter, ternyata aku hamil 2 bulan. Hidupku seketika hancur, ayah dan ibu membuang diriku karena tak sanggup menahan malu. Seluruh sahabat dan keluargaku, menghina dan mencap diriku sebagai jalang karena hamil di luar nikah" Calista meneteskan air mata, tapi langsung dihapus olehnya dengan cepat. Calista tidak ingin di anggap lemah.

"Lalu? bagaimana dengan hidupmu setelah ... dibuang?" tanya Naya penasaran.

"Buka mulut."

Naya memutar bola mata malas, "Serahkan padaku, aku akan menghabiskan semuanya. Lanjutkan saja ceritamu."

Calista terkekeh, "Baiklah, saat itu aku hidup sendirian di sebuah kamar kos. Setiap harinya aku berkeliling mencari pekerjaan bermodalkan ijasah SMA. Aku juga kadang menjadi pekerja serabutan, semua pekerjaan kukerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidupku dan bayi yang berada diperutku."

"Hingga akhirnya, aku bertemu Tuan. Dialah orang yang membantuku keluar dari kegelapan. Aku diberikan pekerjaan sebagai office girl di perusahaannya karena melihat kerja kerasku ketika bekerja di sebuah restoran."

"Bagaimana dengan pria itu? Apa kamu pernah bertemu dengannya setelah kejadian malam itu?" tanya Naya penasaran.

Calista terkekeh, lalu menggeleng sebagai jawaban, "Tidak, aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengan dirinya. Aku juga sudah tidak ingin lagi berurusan dengannya."

Naya mengangguk paham, "Ah baiklah aku mengerti, lalu bagaimana dengan anakmu?"

"Anakku lahir dengan selamat. Anakku berjenis kelamin perempuan, putriku adalah alasan aku bisa hidup sampai saat ini. Saat aku akan berkerja, aku menitipkan putriku pada pasangan suami istri yang membantuku sejak aku diusir."

Mata Naya membola, "Pasangan suami-istri? Astaga Calista kenapa kamu percaya saja pada mereka, kalau mereka menculik anakmu. Bagaimana?"

Calista terkekeh, "Itu tidak mungkin Nyonya, jika memang benar mereka berniat mencurinya dariku. Lalu kenapa tidak sejak lama saja mereka melakukannya?"

Naya mengangguk pelan, "Hm, apa aku boleh melihat anakmu?" tanya Naya.

"Tentu, nanti aku akan mengajak Nyonya bertemu dengan putriku. Tapi, tidak sekarang. Situasi sekarang tidak memungkinkan Nyonya untuk keluar dan bertemu dengan putriku."

Naya meneteskan air mata, "Hiksss ... apa aku bisa melihatnya hari ini? sekali saja, apa kamu tidak bisa meminta izin pada Aditya untuk memperbolehkanku?"

Calista menggigit bibir ragu, "Tidak bisa Nyonya ... Tuan tidak mengizinkanku untuk membawa Nyonya keluar dari ruangan ini kecuali untuk ke kamar mandi."

Naya mengalihkan pandangannya, "Baiklah, kamu boleh pergi. Aku ingin sendiri," titah Naya.

Calista mengangguk, "Baik Nyonya," ucapnya lalu pergi dengan membawa peralatan makan yang kosong.

Naya menoleh menatap kepergian Calista dengan hampa. Naya ingin sekali melihat putri Calista. Apa sekali saja tidak bisa?

Aditya--- Ah sial! mengingat namanya saja membuatku merasa mual dan ingin muntah.

Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Hari ini moodku selalu berubah-ubah, tanpa sebab yang jelas. Ah lupakan, aku ingin sekali memakan es krim vanila. Mungkin Calista bisa membantuku? pikir Naya.

"Calista!! Help me!!" teriak Naya penuh semangat.

Pintu dibuka dengan keras, "Ada apa Nyonya? Apa terjadi sesuatu?" ucap Calista panik.

Naya terkekeh menggeleng tak percaya, "Ayolah, jangan terlalu serius. Aku hanya ingin memintamu untuk membelikanku es krim rasa vanila. Apa bisa?" tanya Naya penuh harap.

"T-tapi, Nyonya. Tuan tidak akan mengizinkannya," ucap Calista ragu.

Naya menghela napas, "Ah begini saja, pergilah beritahu penjaga untuk menjaga ruanganku, lalu kamu bisa pergi membelikanku es krim. Ayolah, aku sangat menginginkannya. Hiks sekali saja ...."

Calista mengaruk kepala bingung dengan tingkah Naya, "Hmm bagaimana jika aku menyuruh penjaga membelikan---"

"--- tidak mau! aku ingin kamu yang membelikannya bukan orang lain. Huaaa" Naya menangis histeris seperti bayi yang meminta minum.

"Baiklah-baiklah Nyonya, aku akan membelikannya untukmu. Tapi, sebelum itu Nyonya harus berhenti menangis." Calista mencoba mengelus-ngelus kepala Naya dengan sayang.

Naya mengangguk, "Hiks srot! Sudah, aku tidak menangis lagi, pergilah. Aku sangat menginginkannya," pinta Naya.

Calista mengangguk, lalu segera menyuruh penjaga untuk menjaga ruangan Naya. Calista akan menyelesaikan semua ini dengan cepat sebelum Aditya mengetahui hal ini.

Namun, tanpa di duga selang beberapa menit kepergian Calista. Aditya mendatangi ruangan Naya dan terkejut melihat banyaknya penjaga yang berdiri di depan pintu.

"Sedang apa kalian!?" tanya Aditya tegas.

Penjaga menoleh dan segera membungkuk hormat di hadapan Aditya.

"Kami di suruh oleh Calista untuk menjaga ruangan ini, Tuan" celetuk salah satu menjaga.

Aditya mengerutkan kening bingung, "Pergilah!"

"Baik Tuan." Para penjaga segera membungkuk hormat dan pergi meninggalkan ruangan Naya.

Aditya menggeleng - geleng bingung belum sempat tangan Aditya menyentuh knop pintu. Dari dalam ruangan pintu terbuka dengan keras dan terlihat Naya yang berlari ke kamar mandi.

Aditya segera mengikuti langkah Naya untuk memastikan jika dia baik-baik saja. Tapi, Aditya rasa itu mustahil saat melihat kejadian di hadapannya.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Naya menoleh lalu kembali memuntahkan semua makanannya, "Huek, pergi dari sini! Huek ...."

Aditya yang merasa prihatin melihat Naya memuntahkan semua makanannya berinisiatif untuk memijat leher Naya.

"Tidak usah, huek! aku bisa sendiri, huek!" Naya mencoba menghindari tangan Aditya menyentuh lehernya.

"Jangan keras kepala, kemarikan lehermu"

Naya mengalah dan membiarkan Aditya memijat lehernya. Pijatan Aditya membuat keadaan Naya merasa lebih baik dari sebelumnya.

Naya mencuci mulutnya, lalu berbalik menghadap Aditya, "Sudah pulang?"

"Apa yang kamu makan hari ini?" tanya Aditya tanpa menjawab pertanyaan dari Naya.

Naya mengangkat bahu acuh, "Aku hanya makan makanan yang dibawakan Calista."

Aditya menatap gusar Naya, "Lalu? Kenapa kamu memuntahkan semuanya?"

"Aku tidak tau, menyingkirlah dari hadapanku!" Naya mendorong Aditya menjauh dan berjalan meninggalkan Aditya di kamar mandi.

"Nyonya dari mana saja? ini es krim yang Nyonya minta."

Naya melirik tak semangat pada sekantong es krim yang dibawakan Calista, "Untukmu saja, aku sudah tidak menginginkannya."

"Ada apa denganmu?" tanya Aditya merasa bingung.

"Iya benar kata Tuan. Hari ini Nyonya bertingkah sangat aneh," ujar Calista menyetujui ucapan Aditya.

Naya memijat pelipisnya, "Memangnya, a-aku kenapa?" tanya Naya yang juga merasa bingung dengan moodnya hari ini yang naik turun.

....

To Be Continud.

~Selamat berkomentar dan mendukung cerita ini~

Salam hangat^^^

Apipaaa^^

avataravatar
Next chapter