15 ⭕ 15. Naya Rindu Mama ....

^Selamat Membaca^

...

Naya berjalan menelusuri taman bunga yang berada di halaman rumah keluarga Akhtar.

Naya merasakan kedamaian ketika menghirup wangi harum dari bunga mawar merah dan mawar hitam, tanaman kesayangan Laura.

"Naya! Jangan main di sana, nanti bunga mama rusak!"

Naya menyengir, "Mau bagaimana lagi ma, bunga mawar ini sangat harum dan Naya suka"

Laura menepuk jidatnya, "Mas, lihat anak itu. Dia akan merusak bunga kesayanganku"

Revan terkekeh dan mengelus kepala Laura, "Biarkan saja, nanti kita beli yang baru jika bunga itu akan rusak karena Naya"

Laura bersedekap dada, "Aku tidak mau, bunga mawar hitam dan merah sangat langka. Bagaimana jika kalau mas tidak dapat menemukan pengganti dari bunga-bungaku?"

Revan terkekeh dan mengacak rambut Laura gemas.

"Mama! Ayah! apa kalian sedang membicarakanku?" teriak Naya sambil tersenyum nakal.

"Astagfirullah, lihat senyum nakal anak itu" Laura segera berlari mendekati anak bandel itu.

"Ah gawat!" Naya yang melihat mamanya berlari kearahnya, segera berlari menjauh.

"Heh anak nakal, jangan lari!!!" teriak Laura kesal.

Naya menoleh kebelakang, "Tangkap aku kalau bisa ma, Hahahaha"

Naya tertawa mengejek dan itu berhasil membangkitkan gairah Laura untuk memukul pantat Naya.

Dengan bersemangat mantan ketua geng itu segera mengambil kesempatan ketika melihat lari Naya perlahan mulai mengendur.

"DAPAT! mau lari kemana anak bandel?" Laura berhasil menangkap Naya dan tanpa basa-basi Laura segera melancarkan aksinya.

"Hahahaha, mama!! Cukup" Naya meronta-ronta karena rasa geli di area ketiaknya. Naya sudah bilang bukan, kemarahan Laura sangatlah berbahaya.

"Tidak akan anak bandel, mama sudah melarangmu bukan? Dan lihat, mama akan membuatmu kapok" Seringai Licik tercetak di wajah polos Laura.

"Hahahaha!!! Ayah tolongin Naya!!" Naya berteriak meminta tolong pada Revan berharap Ayahnya itu bisa menjinakkan iblis yang ada di dalam diri Laura.

"Meminta bala bantuan, eh?"

Naya terus berteriak meminta bantuan, Ah rasanya Naya akan segera pipis di celana jika Laura tidak berhenti menggelitik dirinya.

"Mama, cukup. Naya nyerah!" ujar Naya lemas.

Laura yang melihat kondisi putrinya itu segera menghentikan aksinya dan duduk di rerumputan menghadap lurus kedepan.

"Hah! Hah! akhirnya Naya bebas" Naya berusaha menormalkan napasnya sambil memandang Laura.

"Kenapa menatap mama?" tanya Laura yang merasa dirinya pandangi

Naya bangkit dan segera memperbaiki posisi duduknya, "Naya mau nanya sama mama"

Laura menoyor dahi Naya, "Jangan sok serius, mama mau muntah lihatnya"

Naya berdecak, "Mama! serius ih"

"Ya udah mumpung ayah kamu lagi nggak ada di sekitar kita, Jadi kamu mau nanya apa sama mama?"

"Mama pilih Naya atau bunga mawar?!" tanya Naya sambil menatap bola mata Laura.

"Pertanyaan macam apa itu, tentu saja bunga mawar" ucap Laura acuh tak acuh.

Naya melebarkan kedua bola matanya, "Mama!!!"

Laura terkikik melihat ekspresi putrinya, "Mama bercanda doang tadi. Bunga mawar bisa dibeli dari penjual bunga, tapi kamu tidak akan pernah bisa dibeli di toko manapun karena kamu hanya bisa terlahir dari rahim mama. Tidak ada yang bisa menyamakan dirimu. Kamu buah hati mama, intinya mama akan lebih memilihmu dari apapun di dunia ini" Laura mengulas senyum menenangkan.

Naya berkaca-kaca mendengarkan perkataan manis dari mamanya, Naya tau mamanya sangat menyayangi dirinya hanya saja mama tidak pernah memperlihatkannya.

"Naya mau nanya lagi, mama pilih Naya apa Ayah?" tanya Naya iseng.

Laura mengetuk- ngetuk dahinya, "Mama akan memilih mati semisalnya diberi pilihan antara kamu dan ayah kamu"

"ih kok mati, mama kan bisa memilih keduanya"

"Kan semisalnya, Naya"

"Muehehe, oh iya satu pertanyaan lagi buat mama"

Laura menghela napas, "Kenapa pertanyaanmu banyak sekali, Naya?"

"Satu pertanyaan lagi, Lalu Setelah itu Naya tidak akan bertanya lagi" pinta Naya.

Laura yang merasa tak kuat dengan tatapan Naya, segera mengibaskan tangannya, "Baiklah, apa pertanyaanmu?"

Naya tersenyum senang, "Kenapa mama selalu melarang Naya untuk berada di taman bunga mawar?"

Laura terdiam dan menghembuskan napas, "Mama hanya tidak ingin kamu terluka. Bunga mawar memang cantik dan harum, tapi lebih baik jangan mendekatinya karena bunga mawar memiliki duri yang bisa melukaimu kapan saja. Jangan terlalu fokus dengan keindahannya, tapi cobalah melihatnya dengan teliti mungkin saja kamu lupa akan ketajaman durinya"

Naya mengangguk pelan mendengar penjelasan Laura, "Naya akan selalu ingat perkataan mama, hmm Naya boleh peluk?"

Laura merentangkan kedua tangannya dan di sambut pelukan erat dari Naya.

"Mama harap, kita bisa selamanya seperti ini. Saling bertengkar, lalu tertawa bersama dan berbincang-bincang hangat di taman" ucap Laura sendu sambil menatap langit yang mendung.

"Naya juga mengharapkan hal itu, ma" ucap Naya lirih.

"Apa Ayah bisa bergabung?"

Laura dan Naya menoleh ke samping, "TENTU SAJA!!!" ucap mereka berdua serempak.

Revan terkekeh dan segera berlari merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, "Kurungan datang!!!"

"Ayah bau!!!"

"Mas sesak!!!"

Revan tak memperdulikan protes dari kedua bidadarinya yang Revan lakukan malah semakin mengurung Naya dan Laura ke dalam tubuhnya yang besar.

Langit yang mendung menjadi saksi bahagianya sebuah keluarga, sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi pada mereka bertiga dan manusia kecil yang ada di perut Laura.

....

"Mama ...."

Naya mengusap air matanya yang telah mengering. Naya menatap langit yang sudah mulai memperlihatkan senjanya.

"Mama ... apa mama tau? Naya tidak pernah tidur sepulas ini. Bahkan rasanya Naya tidak ingin bangun dari tidur Naya, mimpi itu sangat indah" lirih Naya sambil menatap makam Laura.

"Naya merindukan kebersamaan kita, Naya merindukan tawa mama, Naya merindukan tawa lepas ayah. Naya rindu semuanya"

Naya kembali menitikkan air mata, "Naya rindu menyapa mama dan ayah saat sarapan, Naya rindu menyapa adik Naya yang ada di perut mama. Namun, tidak ada yang bisa Naya lakukan. Kecelakaan itu merengut semua kebahagiaan Naya"

Sorot mata Naya berubah menjadi benci, "Ayah memang mengatakan kecelakaan itu murni karena kesalahan mama, tapi Naya tidak bisa menyetujuinya. Naya merasa kecelakaan malam itu bukan karena kelalaian mama, tapi karena orang lain. Naya yakin, mungkin saat ini Naya tidak punya bukti akan hal itu. Namun, firasat Naya benar-benar kuat. Naya yakin cepat atau lambat penyebab kecelakaan setahun yang lalu akan terbongkar berkat kerja keras dan usaha dari Naya serta detektif kepercayaan Naya"

Naya mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan rasa sesak yang ada dihatinya, "Naya membenci siapapun orang yang membuat mama meninggal!!! Naya tidak akan pernah memaafkan mereka, mama tenang saja"

Sejak mendengar berita kecelakaan Laura setahun yang lalu, Naya merasa ada yang janggal. Namun, Revan menanggap itu hanya bentuk ketidaksiapan Naya ditinggalkan secara tiba-tiba oleh Laura.

Naya menatap lurus pada langit yang hampir gelap seketika Naya langsung nenyadari satu hal.

"Astagfirullah, Naya lupa. Kak Aru pasti saat ini sedang menunggu Naya pulang" Naya tersadar dari kebodohannya dan segera berdiri dari tempatnya.

"Maaf ma, Naya harus pulang. Assalamualaikum ma" ucap Naya dan berbalik mempercepat langkahnya menuju mobil.

Naya menggigit bibir takut, Naya melewati batas jam yang di katakan Arunika. Naya benar-benar melupakannya.

"Bagaimana nasibku sekarang?" gumam Naya lirih.

...

To Be Continud

^ Ayo komentari part ini,

Salam sayang^^^

Apipaa imut^^^

avataravatar
Next chapter