10 ⭕ 10. Nenek!

^Selamat Membaca^

....

"Manten baru, ayo gabung di sini" seru Poma - om Aditya.

"Iya om" balas Aditya sopan.

"Ini Nayanika, kan?" tanya Qiara saudara ibu Aditya.

Naya mengangguk, "Iya tante"

"Aduh! Maaf yah tante tidak bisa hadir di acara pernikahan kalian, soalnya tante sibuk ngurus pasien di rumah sakit" ujar Qiara.

Naya tersenyum, "Tidak apa-apa tante, hmm apa Naya boleh tau tante kerja apa?" tanya Naya.

Qiara mengibaskan tangannya, "Hanya dokter kandungan" jawabnya.

"Oalah, gitu yah tan" ucap Naya manggut-manggut.

"Kapan kalian akan berhenti berbicara?!" tegur Destriani menatap tak suka pada Naya.

Qiara menoleh, "Maaf bu, tapi makanan, kan belum datang. Jadi tidak apa-apa kalau Qiara mengobrol lebih dulu pada istri ponakan Qiara"

"Terserah!" ucap Destriani.

Qiana dan para pelayannya membawa makanan dan menyusunnya di atas meja panjang yang bisa memuat 30 orang.

"Tempat duduknya cukup, kan?" tanya Qiana.

"Cukup tante! tenang aja, nanti kita nyempil di sela-sela," teriak Kevindra mengundang mata tertuju padanya.

Destriani menatap tajam pada pemuda itu, "Kevindra, jaga sopan santunmu!"

Kevindra mengangguk hormat, "Hehehe Siap! nek!"

Qiana mengambil tempat duduk di samping suaminya, "Ayo makan!"

"Qiana! kamu tidak berdoa?" tegur Destriani.

Qiana mengusap lehernya kikuk, "Maaf bu, Qiana lupa"

"Kebiasaan, ayo semuanya berdoa" pimpin Destriani.

"Aamiin," ucap mereka serempak.

Naya mulai menyendok nasi dan segala lauk pauk kedalam piringnya yang kosong, tapi gerakannya terhenti oleh bentakan seseorang.

"KAMU! Siapa yang mengajarimu menyendok makanan lebih dulu? Seharusnya kamu mengambilkan makanan untuk suamimu, bukannya malah mendahuluinya!" Bentakan Destriani membuat semua mata tertuju pada Naya.

"A-aku, tidak tau dengan aturan itu" ucap Naya gugup menatap Destriani.

"Apa ayah dan ibumu tidak mengajarimu sopan santun, Heh?" celetuk salah satu bibi Aditya yang tidak menyukai pernikahan mereka yang asal mula pernikahannya saja tidak jelas.

"Kenapa membawa - bawa orang tuaku? Aku yang bersalah bukan mereka! lagi pula kak Aditya tidak mempermasalahkan hal ini. iya kan, kak?" Naya menoleh menatap Aditya. Berharap dirinya mendapat dukungan dari Aditya.

Aditya diam tanpa berekspresi, "Saya memang tidak pernah menegurmu, tapi seharusnya kamu tau tata krama dalam berumah tangga ketika kamu sudah menjadi istri saya" ujar Aditya.

Naya menatap Aditya kecewa. Seharusnya dia mengajari dan menuntun Naya agar menjadi istri yang baik, bukannya membiarkan Naya seenak jidat lalu jika ada kesalahan dirinya menuduh Naya yang tidak becus. Ini tidak adil!

Destriani memandang remeh Naya, "Lihat? Suamimu saja mendukung saya. Lebih baik kamu berkaca lebih dulu sebelum menikahi keluarga terpandang seperti kami"

"Dan yah, saya sarankan belajarlah tata krama dan sopan santun dirumah ini" celetuk bibi Aditya.

"Ayo lah kenapa kalian membuatku menjadi tidak bernafsu makan? Masalah sepele seperti ini jangan terlalu di besar-besarkan. Naya juga masih baru di keluarga ini" ucap Kevindra kesal.

"Kevindra!" tegur Destriani.

Qiara berdehem mencairkan suasana, "Ayo kembali makan" soraknya penuh kedustaan.

Naya yang semulanya menunduk, kembali mengangkat wajahnya dan menatap semua orang, "Aku pamit ke kamar"

Naya berdiri dari duduknya dan berjalan menjauhi meja makan.

"Naya! duduk!" bentak Aditya.

"Kenapa memanggilnya kembali? Biarkan saja dia, kamu tidak perlu mengkhawatirkan perempuan tidak berguna itu, ayo kembali makan" ujar Destriani.

Yang lainnya mengangguk takut, tak ada yang berani menentang kehendak Destriani yang notabenenya adalah pemegang semua aset milik keluarga, setelah kepergian suaminya.

Naya tersenyum pahit. Baiklah jika tidak ada yang menginginkan kehadiran Naya, lebih baik dirinya mengunci diri di dalam kamar. Biarkan saja Naya mati kelaparan dirinya tidak peduli.

Di dalam kamar, Naya benar-benar mengunci semua pintu dan jendela, Naya hanya butuh kesunyian untuk merendam kekesalannya pada Aditya.

Kadang-kadang hangat, kadang juga romantis, tapi yang mendominasi adalah sikap dingin dan cueknya. Sebenarnya Aditya itu siapa? mengapa selalu berubah-ubah seperti bunglon.

"Fyuh, kamu harus kuat Naya!" Naya menatap sekeliling dengan pandangan penasaran, mungkin di ruang ini yang katanya adalah kamar Aditya, aku bisa menemukan bukti jika Aditya itu orang yang sikapnya selalu berubah-ubah atau biasa disebut kepribadian ganda.

"Foto siapa ini?" tanya Naya sambil membolak-balik selembaran foto yang dia temukan di sela-sela rak buku.

"Apa jangan-jangan ini foto mantannya? Jika di lihat-di lihat perempuan ini seperti familiar, tapi siapa?" Naya mencoba berpikir keras berusaha mengingat siapa perempuan yang ada di dalam foto ini.

Argh! perempuan ini seperti pernah Naya lihat, tapi dimana!!! Dimana Naya pernah melihatnya?

tok tok tok

Naya menoleh mendengar suara ketukan pintu, segera dia meletakkan foto itu dan membuka pintu kamar.

"Permisi, ini makanan untuk kamu"

Naya menaikkan abisnya, "Kamu menantu kesayangan nenek, kan?"

"Iya, tapi saya di suruh bunda buat anterin makanan di kamar kamu" jelas Arunika, ya dia Arunika perempuan yang katanya akan menglengser statusku sebegai istri Aditya.

"Kemarikan, makasih" ucap Naya mengambil alih nampan berisi makanan itu dari tangan Arunika.

"Saya pamit"

"Makasih sekali lagi"

Saat tubuh Arunika menghilang dari pandangannya, Naya menutup pintu menggunakan kakinya dan segera menaruh nampan di atas nakas.

Saat melihat wajah Arunika, otak Naya langsung menghubungkannya dengan wajah di dalam foto itu. Namun, Naya ini memastikannya lebih dulu.

"D-dia benar Arunika ... mata dan hidung sama seperti Arunika, lalu apa hubungan Aditya dan Arunika?"

Naya mundur kebelakang mencapai ranjang, "Apa mereka memiliki hubungan?"

Naya menatap Nanar foto perempuan yang ternyata adalah Arunika. Apa dirinya penyebab rusaknya hubungan mereka.

Tidak. Itu tidak mungkin, logikanya di dalam foto ini terlihat Arunika yang memakai seragam sma dan Naya menikahi Aditya beberapa minggu yang lalu. Benar, itu ini bukan salah Naya.

Setelah berperang dalam batin, Naya segera menyimpan kembali foto itu ke tempat semula. Naya akan berpura-pura tidak mengetahui semua ini.

Naya menghela napas, "lebih baik aku segera makan atau nenek sihir itu kembali mencela diriku" gumam Naya.

....

"Hei! Tuan putri!"

"Ayo bangun! Kalau tidak akan saya siram dengan air ini?"

Naya melenguh mendengarkan suara teriakan seorang perempuan.

"Tidak ingin bangun!" teriaknya lagi.

Byurr~

Naya spontan bangun dan terbatuk-batuk karena sebagian air masuk ke hidungnya tanpa permisi.

"Apa? Ingin memarahi saya?" tantangnya.

Naya mendongak menatap perempuan yang membangunkannya dengan cara tidak manusiawi, "Nenek, kenapa menyiramku?"

Destriani berkacak pinggang, "Halo Tuan putri! Di sini bukan rumahmu, ini rumah mertuamu. CATAT mertuamu, tapi apa yang kamu perbuat, tidur setelah makan, eh?"

"A-apa?" Naya mengulir bola mata ke atas mencoba mengingat kejadian setelah dirinya makan.

Tanpa sadar Naya menepuk jidatnya, "Maaf nek, Naya hanya kelelahan memikirkan teka-teki"

Destriani menaikkan alisnya, "Memecahkan teka-teki seperti apa, hingga membuat seseorang kelelahan?"

Naya mengusap tengkuknya mencoba mencari jawaban, tidak mungkin bukan dirinya memberitahu nenek yang sebenarnya?

"Ah sudahlah, ayo cepat bangun dan berganti pakaian. Saya tunggu, dalam 5 menit kamu harus segera menyelesaikan semuanya"

"Baik nek" Naya bergegas mengganti pakaiannya.

Setelah berpakaian rapi, Destriani membawa Naya ke dapur atau lebih tepatnya ke tempat semua piring kotor berada.

"Cuci!" perintah Destriani.

Naya meneguk ludah kasar, "Maksudnya apa, nek?"

"Kamu harus mencuci semua piring ini, nenek akan mengawasimu"

Naya menoleh, "Tapi di mana semua para pelayan, bukankah ini tugas mereka?"

"Tidak usah membantah, cepat kerjakan!"

"T-tapi ini banyak sekali, nek" keluh Naya.

"Lakukan saja, jangan banyak tanya!" bentak Destriani jengah.

Naya menggigit bibirnya, dia harus bagaimana? Kegiatan mencuci Naya tak pernah melakukan barang sekali, yang dia tau hanya menyapu dan mengepel, tapi bukan mencuci.

Mama Naya selalu melarang putrinya mencuci, alasan yang sering dikatakan adalah, "Kamu jangan mencuci nanti tangan kamu kasar Mama, kan sudah menikah jadi tidak apa-apa tangan mama kasar, tapi kamu? Nanti semua laki-laki memandang rendah dirimu karena memiliki kulit tangan kasar"

"Kenapa diam saja? Cepat lakukan!" titah Destriani.

Naya meneguk lidahnya menatap Destriani, "Nek, Naya tidak pernah mencuci piring" cicit Naya

"Apa?!" ucap Destriani terkejut.

"Naya nggak bisa nyuci, nek" ujarnya sambil menunduk.

Mau bagaimana lagi, Naya tidak mungkin nekat mencuci piring hingga menyebabkan barang-barang yang di cucinya seketika pecah.

PLAK

Destriani yang geram, menampar Naya dengan keras hingga meninggalkan bercak merah di pipi Naya.

"JIKA MENCUCI SAJA KAMU TIDAK TAU, LALU KAMU TAUNYA APA, HA?!" bentak Destriani.

Naya menutup matanya menahan rasa perih, saat dirasanya pipinya itu sudah mulai membaik. Naya menatap tajam Destriani.

"Apa hak Anda menampar saya?!" ucap Naya dingin.

....

To Be Continud.

>Mohon Komentar dan Dukungannya💕

Salam hangat^^

Apipaa^^^

avataravatar
Next chapter