webnovel

DREAM TRAIT

Urban
Ongoing · 9K Views
  • 5 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Langkah demi langkah aku dapati kecemasan yang menetap. Aku ingin segera membuka pintu ruangan yang tertutup itu. Aku ingin melihat secepatnya, soal Ayah Ibuku yang terkena musibah itu. Benarkah itu adalah ruangan yang di mana nenazah Ayah Ibuku di sana? Air mata sudah aku biarkan turun begitu saja. Aku berjalan seakan menghilangkan peningku. Aku serantanan kualahan dengan diriku yang seperti mau tumbang. Ya Allah, aku tidak kuat. Aku buka pintu yang tertutup dengan tulisan di atas pintu ruang jenazah. Aku menelan ludah dengan penuh ragu. Membuka pelan dan aku dapati ada empat orang yang berbaring dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuh. Itu bukan selimut, bukan pula kafan. Namun entah itu kain apa? Aku mendekati satu persatu jenazah itu. Tanganku sudah dingin seperti es. Aku penuh dengan kegugupan. Sungguh aku tidak berani melihat ini. Hatiku rasanya gegabah, ingin rasanya memeluk Ayah Ibuku untuk terakhir kalinya di sini. Aku mungkin akan hidup bukan lagi seperti putri raja namun aku lebih rendah dari pada anak miskin yang ada di desa. Aku sangat nestapa. Namun setidaknya aku bisa mencium punggung tangan Ayah dan Ibuku lalu memeluk terakhir kali untuk segala rindu ke depanku yang sudah jelas tidak akan lagi mendapatkan kasih sayang dan cinta Ayah Ibuku lagi. Jenazah pertama aku buka, penuh hati-hati namun ternyata itu bukanlah Ayah atau Ibu. Namun ketika jenazah ke tiga dan ke empat, ternyata itu adalah orang tuaku. Mimpikah ini?

Tags
3 tags
Chapter 1Syarat Ibu

"Fana, nanti kamu harus ikut loh ya, awas kalau tidak!!!"

Aku mengangkat bahu sambil melirik dengan senyum asem.

Aku juga lagi bingung harus pergi ataukah tidak. Mana lagi ini belajar kelompoknya itu malam. Mana bisa aku pergi? Mana boleh juga aku pergi?

Ayah Ibuku itu paling tidak suka kalau yang namanya aku alasan keluar rumah. Meski hanya kerja kelompok.

Tahun kemarin sebelum kenaikan karena ada praktek menari dan harus pergi ke Rumah Inayah, aku tidak dibolehin padahal jamnya juga masih siang.

Kalau ini? Ini malam, ayolah Fana. Kamu harus tahu, kalau orang tuamu tidak akan pernah memberikan izinnya.

"Maaf ya, kalau memang aku tidak bisa datang ...."

Aku memasang wajah melas dihadapan empat sahabatku itu, berharap mereka akan memberi kelonggaran kalau memang aku tidak datang.

"Kebiasaan tuh bah, ini anak selalu malas nongol kalau waktu belajar kelompok."

Naina memasang wajah yang terlihat seperti kesal.

Sejujurnya aku tidak ingin juga mengecewakan mereka, apalagi mereka berempat itu sahabatku dari awal masuk SMA.

"Ya, maaf ya Nai. Kalian tolong jangan kecewa. Pleaasss ... aku kalau memang diizinin baru bisa keluar tapi kalau tidak ya tidak. Tapi aku tidak pernah keluar, kalian tau sendiri kan? Aku anak rumahan."

Naina tersenyum namun terpaksa.

Tapi aku yakin, Naina tau keadaan. Lagian dia yang selama ini paling dekat sama aku dari pada tiga sahabat kami yang lain.

"Iya tidak apa."

Naina menaruh telapak tangan kananya di punggung tanganku. Sementara aku tersenyum dan menunduk.

"Eh, sebentar. Begini saja. Kalau kami jemput kamu pakai mobil bareng-bareng. Kamu mau kan, maksudnya ... kamu akan dapat izin kan?"

Aku berfikir sejenak.

Aku tidak pernah melakukan ini soalnya. Tetapi kalau memang ini berhasil. Mengapa dari dulu, kita berempat tidak melakukannya?

"Hmm, bisa dicoba sih. Tapi jangan kecewa ya, kalau semisal Ayah sama Ibuku tidak ngasih izin ...."

"Siaaaap, Putri Raja."

***

"Ibu, Fana ada rencana malam ini. Boleh-"

"Tidak boleh, Fana. Kamu itu gadis, jangan sering keluar rumah. Oh iya. Kalau bisa, kamu pakai hijab mulai besok. Kamu sudah kelas tiga loh!"

Aku menelan ludah.

Ibuku ini tidak pernah yang namanya mengizinkan.

Lihat mereka semua terbang bebas mengepakkan sayap mereka dengan bahagia. Mereka bisa ke mana-mana dengan tanpa rasa takut.

Sementara aku? Lihat, aku seperti burung yang terkurung dalam sangkar dan tidak pernah dilepaskan. Kalaupun dilepaskan itu hanya untuk memakan sesuatu alias memakan ilmu.

Terkadang aku iri dengan mereka yang bisa keluar rumah dengan bebas, yang diperbolehkan oleh orang tuanya untuk melakukan apapun dan tentunya tidak melanggar batasan, itu sudah cukup.

Fana, jangan terlalu berkhayal. Kamu tidak akan pernah bisa melakukan seperti mereka semua. Kamu berbeda Fana. Syukurilah dunia kecilmu yang menjadi putri raja dengan semua kebutuhan terpenuhi.

"Fana ...."

Ibuku memegang pundak kananku secara tiba-tiba. Rasanya aku benar-benar mau pingsan. Entah kenapa aku bisa melamun sampai tidak mengedipkan mata seperti itu. Padahal Ibu juga memegang pundak kananku biasa saja.

"Iya Ibu ...."

"Kamu itu kenapa melamun? Ayo bawa teh hangat Ayahmu itu ke kamarnya."

Aku mengangguk sambil berlalu memegang secangkir teh.

***

"Assalamualaikum, Tante ...."

Aku melihat Fani, Aurel, Naina, Shafa, Arul dan Rey datang ke rumah dengan ramai-ramai.

Ya Allah mereka semua benar-benar nekat untuk datang ke rumahku.

Aku berdiri di dekat tirai tengah yang tertutup. Aku hanya bisa mengamati mereka semua dari sini.

Aku takut kalau Ibu nanti tanya banyak kenapa mereka semua datang ke sini. Lalu mengapa mereka berani datang ke rumah ini? Kenapa aku mengizinkan semua itu?

Pasti Ibuku akan tanya lebih banyak dari itu. Ya Allah, bagaimana kalau nanti Ibu akan bilang ke Ayah lalu Ayah akan marah.

"Wa'alaikumsalam. Ini dari mana?"

Mataku melirik seketika, lalu menutup celah tirai yang sedikit terlihat.

"Habis dari rumah kami masing-masing, Tan ...."

Aku menelan ludah.

Ya Allah apa yang akan mereka katakan?

"Kalian ke sini mau mencari Fana ya?"

"Iya Tante, kami mau belajar kelompok buat menggambar dan beberapa tugas besok. Apa diperbolehkan Tante?"

Badanku sudah gemetaran, aku sudah takut dan gelisah sendiri. Apa yang akan di katakan Ibu?

"Fana ...."

Cepat-cepat aku merapikan rambutku yang yang panjangnya sepinggang. Lalu menaruhnya sebagian rambutku itu ke depan dada kanan. Barulah aku membalik badan ke arah tirai yang tadi aku tutup celahnya.

"Iya, Ibu."

Aku keluar dari balik tirai ruang utama hanya menggunakan baju tidur lengan panjang serta celana panjang juga. Yang di mana sama-sama berwarna putih dengan campuran silver.

"Fana ...."

Mereka kompak menyebut namaku, yang aku respon hanyalah senyuman namun mataku sedikit bersembunyi karena ada Ibu yang takutnya marahin aku.

"Kamu yang nyuruh mereka semua ke sini?"

Aku menggeleng, sambil menunduk kemudian kepalaku terangkat kembali.

"Bukan Ibu, Fana tidak menyuruh."

Singkat jawabku.

Mereka semua yang melihatku. Sebagian mereka ada yang berisyarat kalau aku disuruh untuk bilang saja memang benar tujuan mereka ke sini adalah menjemputku untuk belajar kelompok.

Lalu ada juga yang membrikan isyarat agar aku wajib ikut apapun alasannya.

"Kamu mau belajar?"

Hatiku mulai girang secara tiba-tiba.

Aduh, apa Ibu mengizinkan ya? Sebentar Fana. Kamu jangan terlalu cepat. Pelan-pelan kalau bicaranya.

"Iya Ibu, tetapi Ibu melarang."

Rasa girang di hatiku pudar kembali saat ingat Ayah dan Ibuku melarang keras aku keluar di hari itu.

"Ibu akan mengizinkan. Tapi kamu mulai besok wajib patuh sama Ibu."

Aku yang selekas menyembunyikan mata, seketika menatap penuh wajah Ibuku tentunya sambil tersenyum.

"Kan, Fana biasanya juga patuh sama Ibu ...."

Aku mencoba mengingat saja. Apa memang aku ada yang belum aku kerjakan dari nasehat Ibu? Perasaan tidak.

"Iya, Nak. Tetapi kamu belum melengkapi nasehat Ibu satu hal."

Sebentar, apa lagi?

Aku berfikir sambil menundukkan kepala.

"Memang nasehat yang apa, Ibu?"

"Itu, hijab kamu. Lupa? Katanya besok terus besoknya lagi, kamu tidak pakai. Sekarang wajib pakai kalau mau keluar ke mana-mana."

Aku menunduk. Memang salah juga. Aku soalnya gerah memakai hijab terus. Jadi hanya mencoba sehari saja waktu itu.

"Baiklah Ibu, Fana berjanji mulai besok memakai hijab. Kalau lupa, Fananya tolong Ibu ingetin."

"Lho, kok besok. Setiap kamu keluar, kamu harus memakai hijab. Kalau di rumah tidak apa tidak memakai hijab, soalnya yang melihat adalah orang muhrim kamu."

Aku hanya mengangguk. Brarti ini pada intinya, aku hanya memakai hijab kalau ketemu yang bukan muhrimku?

"Ke SMA memakai hijab, Ibu?"

Ibu mengangguk.

"Masa tidak, kamu kan sudah janji ke Ibu pakai hijab. Tetapi bukan hanya malam ini atau besok saja loh ya. Tetapi terus ...."

Aku mengeluarkan nafas berat, membayangkan bagaimana aku bisa menjalani hari-hariku dengan hijab.

Mana lagi kalau di SMA. Ya Allah, di sana itu tidak ada yang satupun memakai hijab. Apa kata mereka semua nanti?

"Ibu ... kalau setiap keluar pakai hijab. Masa ke SMA juga pakai. Fana nanti terlihat aneh ...."

You May Also Like

After Transmigrating, the Fat Wife Made a Comeback!

Qiao Mei transmigrated into a novel as a supporting character with the same name as her who lacked presence. This supporting character was a country bumpkin who couldn’t get married due to her obesity. According to the original script, this country girl Qiao Mei was a fatty spoiled by her grandfather. However, their relatives were all vicious and cruel people. Her grandfather had poor health, so once he died, the relatives would divide and swallow up his assets. Hence, her grandfather’s greatest wish was to marry Qiao Mei off. For this, even sacrificed and betrayed his good friend’s grandson, Xia Zhe. Grandpa got Xia Zhe drunk and had Qiao Mei forcibly take the strong and handsome Xia Zhe with her body which weighed more than two hundred pounds. Then, grandpa would catch them the next day and force Xia Zhe to marry Qiao Mei. However, that eventually caused the start of Qiao Mei’s unfortunate life. Also, in the original story, Qiao Mei took possession of Xia Zhe’s mysterious jade. But due to Qiao Mei’s stupidity, her cousin's sister had tricked Qiao Mei into giving her the jade, which resulted in the cousin’s family becoming rich. When Qiao Mei transmigrated here, it was during the awkward moment when she was making love to the man after making him drunk. She woke up groggily the next day and grandpa’s team had already appeared at the door. Qiao Mei was frightened. She didn’t want to proceed on the original path and marry a man who didn’t love her. And so, she lied and chased grandpa away. She also pushed the man out before forcing herself to look at her tanned and chubby reflection in the mirror! Alas, she cried at her ugly appearance… Like a sumo wrestler in large cloth underwear, even the plus-sized apparel shops didn’t have clothes in her size. And her face was the size of a pizza, a scorched pizza! Qiao Mei decided to reform her life! The first step, lose weight! The second step, clean up her room! She used to be particular about cleanliness, and although her current house had a huge courtyard, she could only describe it as messy! The third step was to hold onto the jade tightly so her greedy cousin wouldn’t stand a chance! Only, wasn’t the tall and handsome Xia Zhe supposed to hate her according to the original story? Why was he being nicer and nicer to her?

Mountain Springs · Urban
4.7
2412 Chs

The Return of the Cannon Fodder Trillion Heiress

Hera Avery is working several part-time jobs to pay for her university tuition. She is managing her work and love life simultaneously. Her boyfriend, who is a rising celebrity, made her pay for their expensive apartment located in a well-known building. The building is also home to well-known heirs and heiresses. On her boyfriend's birthday and their third anniversary, she returned home to their apartment only to find him with another woman. But what did she get in return? A slap on the face, a breakup and she was evicted from the apartment she was paying with her own money. After being evicted and becoming homeless, she believed things couldn't get any worse. However, her cheating ex-boyfriend's wealthy new girlfriend went further by reaching out to every establishment and persuading them to blacklist her. This caused her to lose her means of living and they even spread rumors that she was obsessed with her former celebrity boyfriend and was attacked by his fans. Having no way out, she gritted her teeth. "Grandpa, I'm willing to inherit the consortium." Old Master Avery laughed heartily after hearing her conviction and sent a bank transfer to Hera. [ You received a $100,000,000,000 money transfer to your account ending in ####] [Note: My dear granddaughter, use this pocket money to treat yourself to anything you desire. Don't be frugal, and if you spend it all, don't hesitate to ask me for more.] Hera was astounded. When her identity was announced, her ex-boyfriend kneeled and cried to her, for her to take him back. The sarcastic Male lead 1: Do you think it's your turn? Look behind. When her ex-boyfriend looked back, he saw influential men lining up with bouquets of roses to woo Hera. The cold Male lead 2: It's your fault for being blind. Cry and beg but you'll have no chance as long as we are here. The brutal and impatient Male lead 3: Do you want me to break your legs?! The entertainment King Male lead 4: You're just a little star but you want to bypass me? The hot-headed Male lead 5: I'll make sure, you'll be shelve. The coquettish Male lead 6: Wifey, they are trying to steal you from me! Seeing the problematic Male leads, Hera felt an incoming headache not knowing what to do. "Let's just go with the flow then!"

GoddessKM · Urban
4.9
745 Chs

After Having Everything Taken Away, She Returns As A God

[Sweet, Satisfying, and Passionate; Group Pampering; Torture Casanovas] Si Fuqing opened her eyes to find that her luck has been stolen. Everyone wanted her out of the entertainment industry too. After getting a second chance at life, she just wanted to do nothing this time. Yet, some people who didn’t know their place kept trying to rub off on her fame without any genuine talents to show for. This wouldn’t do. She had to do something about them. Si Fuqing pinched her wrist and took action. After that, the internet berated her for being shameless enough to court Yu Yao, and that her private life was indecent, but… An international songstress: I’m able to stand here today all because of Qingqing. A top-rate male celebrity: Stay away from my sister #YuYao An official international sports channel: Congratulations to Si Fuqing for securing the 13th personal gold medal. At first, Yu Yao paid no mind to Si Fuqing. But when he later learned the truth and regretted, even getting down on his knees so Si Fuqing would look his way again, he could only post a status on social media saying, [#SiFuqing, Hello, Ninth Aunt]. That day, the internet was paralyzed. In the records of history, Emperor Yin rose to fame at a young age. He was perfect, powerful, and benevolent. Yet, he died at the age of 27 due to illness, having lived only a short life with no wife or children. He was an unattainable Adonis for many. No one knew that when he opened his eyes once more, he woke up in the future where 1500 years had passed. This time, he saw tall buildings that he had once imagined before. Shortly after, Emperor Yin’s identity was exposed. When Si Fuqing learned that her idol was within arm’s reach, she was so impressed that she wanted to… Si Fuqing: I’ll work hard! Emperor Yin: Repay me with your body. Si Fuqing: ??? ‘Here I am trying to work hard, but you want me instead?’ An all-rounder and gorgeous goddess x A resolute and noble emperor From being scorned on the internet, to being crowned as number one while she fought her Adonis one-on-one.

Qing Qian · Urban
4.7
1308 Chs

Even After My Death

Jiang Ning was the true heiress of the Huo Family, lost and living outside. After being brought back by her family, her birth parents didn't like her, her cold-faced brother despised her, and her twin brothers would tell her to get lost from the home at the drop of a hat. Waking up alone in the hospital, she was diagnosed by the doctor with a terminal illness, yet her own family was busy throwing a party for the fake heiress. Jiang Ning was furious! She kicked these so-called family members one by one, sending them all flying! If they didn't accept her, she didn't care for them either! ...... Jiang Ning participated in a rural countryside live stream variety show. Her haters caught wind and came to greet Jiang Ning's entire family in the barrage of messages. But what they found was: Day one: Shock! Jiang Ning catches a thief on the street! A golden retriever runs over to help her. Day two: Jiang Ning snatches a child back from human traffickers with her bare hands! A bird publicly defecates on the traffickers' heads! Day three: Jiang Ning fights a criminal in a life-and-death struggle! A goose mocks them at the scene. Thief: "I had already finished stealing, and she still caught me. It's absurd." Murderer on the run for sixteen years: "You might not believe it, but I just came to buy a bottle of water, and she came up to me with a big right hook." A nice countryside live stream somehow turned into a legal synergy. The online audience crazily tagged the official police accounts: "Let's be honest, isn't she an undercover agent you dispatched?" "Jiang Ning's side job is entering the entertainment industry, but her main role is catching criminals, right?" A certain big shot attached a wedding photo: "Wife, mine."

Arctic Circle's little bear · Urban
Not enough ratings
665 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
WoW! You would be the first reviewer if you leave your reviews right now!

SUPPORT