webnovel

What's Your Name ?

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto. Sedikit bumbu "Parody" dari Eragon dan How to Train Your Dragon

Warning : Alternate Universe, Out Of Characters, Typo

Pair : Akan tersingkap seiring berjalannya cerita

Don't like ?

Don't read

PROLOG

Bumi yang sama. Berdiameter 12.756 km dengan keliling 40.075 km di khatulistiwanya. Terbagi menjadi Lima Negara Besar dan belasan negara-negara Negara besar itu adalah Negeri Hi, Negeri Kaminari, Negeri Kaze, Negeri Tsuchi, dan Negeri Mizu. Belasan negara-negara kecil di sekitarnya merupakan cabang dari Lima Negara : Negeri Ame, Negeri Kusa, Negeri Oto, Negeri Taki, Negeri Hoshi, Kota Besar Rouran, dan masih banyak lagi.

Di dunia yang masih agak labil ini, manusia hidup berdampingan dengan naga. Ya, makhluk bersayap, bersisik, berpenampilan mirip ular atau serupa seperti dinosaurus, dan dapat menghembuskan api yang panas membakar. Ada sekitar seratus jenis naga yang berbeda, dan mereka sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, tipe semburan, kecepatan terbang, dan yang paling dipentingkan untuk seorang manusia...tingkat keganasannya.

Naga terkecil hanya sepanjang tinggi seorang anak remaja. Yang terbesar bisa sebesar gedung. Mereka yang paling diremehkan hanya menyemburkan api biasa dalam jarak pendek. Yang lain dapat menyemburkan lava, sinar radioaktif, hingga ledakan dahsyat jarak jauh. Sebagian terbang dengan kecepatan seorang manusia yang berlari. Yang lain secepat pesawat. Mereka dipersenjatai duri, ekor cambuk, sayap berkait, cakar sabit, racun, ekor gada, thagomizer, tanduk, sampai uliran penyegel. Mereka bereproduksi dengan bertelur. Tentunya dengan ukuran dan bentuk telur yang beragam.

Hanya ada empat milyar manusia di 'Bumi' pada masa itu. Jumlah naga nyaris sama banyaknya dengan jumlah manusia. Diantara empat milyar manusia, dua milyar diantara mereka mempunyai bakat sebagai Dracovetth. Pengendara Naga.

Dracovetth membaur seperti manusia biasa, hanya saja mereka dapat mengerti bahasa atau isyarat banyak spesies naga, bahkan menjinakkan yang liar dan mengendarainya untuk sebuah perjalanan atau pertarungan, baik solo maupun kolosal.

Beberapa naga memiliki kemampuan berbicara dan memahami bahasa manusia dan hewan. Banyak diantara mereka merupakan makhluk yang sama cerdasnya dengan Cetacea dan Primata. Beberapa yang lain hanya mengandalkan insting, membuat mereka tidak lebih daripada babi raksasa bersayap dan bernafas api.

Diantara banyaknya jenis naga yang ada, sama seperti hewan atau tanaman pada umumnya. Ada yang langka, ada yang begitu mudah ditemukan.

Naga PALING langka dan diketahui merupakan satu-satunya, adalah sekaligus naga terkuat sepanjang ingatan manusia. Naga yang bersinar bagai cermin, tanduk melengkung indah, dua pasang sayap kekar, kaki ramping berotot, dan kemampuan luar biasa.

Dia dinamai Paradox.

Dan di dunia yang masih terancam dengan segala jenis peperangan antarmanusia atau antarnaga ini, sebuah ramalan kuno menyatakan bahwa akan lahir seorang remaja yang mampu meredakan konflik dunia dengan menemukan Paradox...

Dengan menjadikan naga itu sebagai tunggangannya...

PARADOX

Chapter Satu :

What's Your Name ?

Aku berdiri. Merenggangkan kaki dan tangan tinggi-tinggi, menggeleng-gelengkan kepala, menunduk dan mendongak berkali-kali, dan akhirnya duduk kembali. Setia selama satu jam di tepi danau itu.

Bukan tanpa alasan.

Senar pancingku bergerak-gerak. Dengan semangat aku memegang erat gagang pancingku dan menariknya keras-keras. Tidak makan waktu lama, seekor ikan salmon dengan sisik berkilau keperakan diterpa sinar matahari pagi menyambutku. Dia sepertinya tidak senang. Baru juga jam enam pagi sudah dapat nasib sial ikan itu. Aku memasukkan tangkapan pertama sekaligus terakhir itu ke ember, mengemasi peralatan, lantas pulang.

Ohya, aku lupa mengenalkan diri. Namaku Uzumaki Naruto, hidup sendirian di rumah sederhana dengan fasilitas seadanya. Aku menguasai elemen angin dan api, tapi nyatanya elemen apiku tidak berkembang baik. Tapi sudah cukup untuk menyalakan obor atau api unggun. Soal listrik? Hmm...di rumahku ada listrik. Tapi aku tidak perlu pusing-pusing memikirkan tagihannya karena mereka bilang perusahaan takkan menagih uang listrik padaku. Untuk menghormati jasa kedua orangtuaku, kata mereka.

Soal orangtua, mereka telah tiada sejak aku bayi. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku tumbuh dewasa sampai umur 16 tahun seperti ini. Ayahku Namikaze Minato dan ibuku Uzumaki Kushina. Klan-ku menurut pada ibu, tapi aku punya rambut serupa durian matang berwarna kuning seperti ayah. Mereka meninggal karena menyelamatkan desa, dan aku, dari sebuah serangan. Serangan apa, tidak kuketahui sampai sekarang.

Aku kembali ke rumahku yang berada di tepi Desa Konoha. "Naruto !" Sebuah suara dari belakang mengagetkanku.

"Kiba ? Ada apa kau terlihat panik begitu ?" Selidikku dengan nada datar.

"Kita harus segera pergi ke Chrysler ! Seekor naga besar dikabarkan sedang menyerang tempat itu !" Serunya panik sambil berlari ke arah Chrysler terdekat.

"Aku tidak punya naga, kan ?!" Seruku sambil berusaha menjejeri langkahnya sambil tetap membawa peralatan pancingku.

"Ya, tapi Ingenia kesayanganku ada disana ! Siapa tahu dia dalam bahaya !" Seru Kiba sambil terus berlari.

Chrysler adalah tempat peternakan naga, atau agak mirip seperti tempat penitipan hewan peliharaan. Ada banyak Chrysler di Desa Konoha, dan kami langsung menuju ke yang terdekat, tempat dimana Ingenia, naga milik Kiba(Spesies, bukan nama), dititipkan untuk diberi makan, dimandikan, dan lain sebagainya sampai...membersihkan kotoran mereka juga.

BUUMM !

"Dengar, kan ! Suara ledakan itu pasti berasal dari Chrysler terdekat !" Seru Kiba sambil mempercepat larinya.

"Lihat !" Tudingnya begitu kami sampai ke Chrysler. Ingenia milik Kiba sedang tergopoh-gopoh menghindar dari serangan seekor naga yang jauh lebih besar. Tapi kami belum bisa melihat naga itu karena hampir seluruh Chrysler bagian belakang sudah tertutup asap.

"Kawan, aku disini !" Seru Kiba pada naganya. Makhluk itu langsung menoleh, lantas berlari ke arah kami. "Sebaiknya kita terbang dari sini !" Seru Kiba sambil mengajakku naik.

"Aku ragu kita bisa" kataku sangsi begitu menoleh ke belakang. Kiba mengikuti arah mataku.

Ingenia yang kami tunggangi panjangnya hanya 5 meter, berat 350 kg dengan ekor pendek berduri, duri sisi kanan, kiri, atas, dan bawah yang berderet dari ujung kepala hingga ekor, empat kaki, dan sepasang sayap. Namun tidak jauh di belakang kami sudah berdiri sosok naga besar sepanjang sekitar 18 meter dan beratnya mungkin 10 ton. Naga yang dikategorikan level 'Deadly' pada buku Bingo.

"Hidalgo ! Cepat pacu !" Seruku keras-keras.

WUUUSSHH...! Hidalgo menembakkan semburannya. "Cepat !" Seruku.

BUUUMMM...! Ledakan dahsyat tampak tepat di belakang kami, mendorong Ingenia jauh ke depan. Sisi baiknya, itu memberinya energi awal yang cukup untuk terbang. "Cari bantuan, Kiba !" Seruku.

"Berisik ! Aku juga tahu !" Kiba menimpali dengan tidak sabar.

WUUSSH ! Satu sinar lagi melesat melewati kami, untunglah kami berhasil menghindar tepat waktu. Hidalgo mengejar ! Naga besar itu terlihat sangat menyeramkan baik di darat maupun udara.

Dia menembakkan satu semburan lagi dari mulutnya yang besar. Kami lagi-lagi berhasil menghindar.

Dan satu lagi...

Miris, semburan abu-abu bulat itu meledak tepat di sebelah kami. Kami bertiga jatuh ke tanah dan Hidalgo bersiap untuk hidangan pembuka pagi...

"Uzumaki Naruto ... !" Seru naga besar itu dengan suara yang menggelegar.

"Hah? Dia memanggilku...?" Selidikku antara sadar dan tidak karena baru saja jatuh.

"Kaukah yang bernama Uzumaki Naruto !"

Aku perlahan bangkit berdiri. "Iya" desisku. "Ada apa ?!" Seruku keras-keras. Padahal hatiku ciut. Baru kali ini ada seekor naga yang mengajakku bicara. Sangar pula.

"Mati !" Seru naga raksasa itu sambil membuka mulutnya lebar-lebar dan tanpa ampun menembakku dengan sinar penghancurnya.

"AAAKKHH !"

"Errr..."

"...Kok...kok...kok basah...?" Aku terus mengingau.

"Tidak !"

"Kiba, siapa saja, tolong aku !"

"Naruto !"

"Tidak !"

"Hey, Naruto !"

"Aaahhh !"

"BANGUN !"

BYUURRR...

.

.

"Haahh...haahhh..." aku terbangun. Eh, kenapa tubuhku serasa melayang ? Ya ampun, Kami-sama, aku berada di bawah permukaan air ! Pasti danau, pikirku. Segera saja aku berenang ke permukaan yang untungnya hanya berjarak beberapa senti dari ujung rambut teratas kepalaku.

Aku langsung melihat sosok gadis berambut indigo panjang lurus, mata lavender muda yang mengerling jahil ke arahku disertai senyuman khas manusia yang telah berhasil mengerjai manusia lain.

"Hinata-chan jahat !" Semburku sambil berusaha kembali ke daratan.

"Kau sih, tidur melulu. Kuguncang berkali-kali tidak ada reaksi, ya sudah kudorong saja sampai jatuh" ceritanya sambil menutup mulut. Tertawa. Aku merengut.

Mendadak aku ingat sesuatu. "Kiba dan naganya baik-baik saja kan ? Atau ada serangan di desa ?" Semburku padanya.

Hinata malah tampak bingung. "Kau pasti bermimpi" simpulnya. "Semuanya baik-baik saja" lanjutnya.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. "Kurasa aku memang bermimpi. Bisa-bisanya aku tidur disini, ya?" Kataku.

"Itu ciri khasmu kan ? Bisa tidur dimana saja kapan saja" ledek Hinata.

(Yaa, di fict ini Hinata di-OOC sebagai karakter yang periang, penolong, dan sedikit ceriwis).

"Memang tadi kau mimpi apa, sih?" Selidiknya.

"Aku..."

"...Aku bermimpi mendapat seekor salmon, lalu pulang dan bertemu Kiba yang berteriak mencari naganya, kemudian kami ke Chrysler terdekat dan menjumpai seekor Hidalgo. Kami lari dari Hidalgo itu tapi kemudian dia menangkap kami dan malah menanyakan namaku ! Dia bicara denganku sebelum menembakku dengan sesuatu yang keluar dari mulutnya yang besar itu !" Ceritaku bertubi-tubi.

Hinata geleng-geleng kepala. "Aneh sekali mendengar kau bicara dengan naga. Kau sendiri bahkan belum punya satupun, kan?" Tanya Hinata padaku. Aku mengangguk. Memang aku agak malas mencari naga. Toh semua yang kulakukan tidak perlu seekor naga untuk bisa terjadi. Aku jarang bepergian jauh, dan Konoha jarang diserang. Mempunyai naga hanya akan membuatku kewalahan mengurusi mereka. Dititipkan di Chrysler ? Uang dari mana.

Aku menghela nafas.

Mendadak, sebuah suara tertangkap oleh telingaku.

"Kau mendengar sesuatu ?" Selidik Hinata. Baru saja dia mau kutanya begitu, sudah bertanya duluan. Tentu saja aku mengangguk.

"Kedengarannya seperti suara Manidens..." desis Hinata. Ia mendongak ke atas.

"Naruto, awas !"

"Whoa !"

BRUUKK !

Seekor Manidens-naga terkecil di dunia, dengan panjang 1,75 meter dan berat 50 kilogram, jatuh dari langit dan menabrak ajungan kayu tempat kami berdiri. Untungnya ajungan kayu ini tidak sampai runtuh.

Naga berwarna hijau terang itu merintih. Salah satu kakinya terbakar. Aku buru-buru menciduk air danau dengan emberku yang masih kosong, lantas menyiramkannya ke naga itu.

Hinata mengaktifkan Byakugan-nya (Disini setiap ninja memiliki kemampuan khusus sama seperti di anime sesungguhnya).

"Tulang kaki belakang kanannya retak. Sayangnya aku samasekali tidak membawa obat-obatan atau semacamnya" jelas Hinata.

"Kita bawa ke rumahmu ya. Di rumahku, ayah sedang ada rapat. Pasti menganggu kalau naga berisik ini dibawa kesana" bujuk Hinata.

"Hhhh...baiklah..." aku akhirnya menyerah.

Manidens itu membuka mulut lebar-lebar. Mata kuning berpupil vertikalnya terbuka lebar menatapku. Ia sepertinya ingin berteriak, memekik, mendesis. Tapi aneh juga sekarang ia hanya bergerak begitu tanpa mengeluarkan suara apapun.

"Biasanya dia berisik sekali" cetus Hinata.

"Mungkin pita suaranya juga rusak" candaku. Tapi Hinata menanggapi serius.

"Benar ! Pita suaranya agak miring ke kiri, itu sebabnya ia tidak bisa bersuara karena laring, faring, dan pita suaranya tidak sejajar. Biar kucoba betulkan" . Hinata segera memegang leher naga itu, membengkokkannya beberapa kali sampai terdengar bunyi 'kletak'.

AAAAKKK ! WAAAKK ! WHAAAAKKK ! Segera saja naga kecil itu memekik begitu aku menggendongnya dengan bridal style. Hehe, bridal style naga ?

"Mungkin dia bilang, 'terimakasih banyak'" Candaku. Hinata memutar bola mata.

"Naruto-kun ! Hinata-chan !" Sebuah suara riang menyapa kami.

"Alis Tebal !" Seruku.

"Seekor Manidens ? Milik siapa ini ?" Lee langsung bicara to the point.

"Bukan...bukan milik siapa-siapa. Atau entahlah milik siapa. Kami menemukannya menukik dari langit dengan kaki yang terbakar dan tulang betis yang retak" cerita Hinata.

"Oh, bagaimana kalau dia kubawa saja ke Chrysler-ku ? Aku bisa mengobatinya disana" tawar Lee.

AAAAKKKK ! Naga ini meraung lagi. "Hehe, dia berisik. Berarti dia normal" cetus Lee sambil menggelitiki sisi tubuh naga itu.

"Baiklah, Alis Tebal. Silakan dibawa, aku tidak terbiasa merawat naga, apalagi yang seberisik ini, takkan bisa membuatku tidur walau sedetik !" Seruku sambil menyerahkan naga itu padanya.

"Nanti kalau dia sudah sembuh, akan kuberikan padamu" kata Lee.

"Tidak, tidak usah ! Kan sudah kubilang dia hanya berguna jika alarm-ku rusak. Atau alarm kompleks ini saja sekalian" candaku.

"Hmm...yakin tidak menyesal, Naruto-kun ?" Tanya Lee menggoda.

"Tentu tidak ! Naga sekecil itu kalau dijual pasti harganya tidak seberapa" aku menanggapi dengan malas. Hinata hanya tertawa kecil mendengar aku hanya akan menjual naga yang kutemukan.

"Sampai jumpa, Naruto-kun, Hinata-chan !" Serunya sambil bergegas pergi ke Chrysler-nya.

GWAAAAAAAKKKK ! Manidens itu memekik keras di gendongannya, membuat kami berdua harus menutup telinga dan Lee membiarkan kedua indera pendengarannya menderita karena tidak ada yang bisa digunakan untuk menutup kedua telinganya sementara sepasang tangannya menggendong sumber suara itu.

"Uhh, lebih berisik daripada yang kukira" gerutu Hinata.

Naga mungil itu terus meraung-raung, kini malah meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari Rock Lee-yang sekarang memeluknya agar tidak kabur !

"Mungkin dia tidak suka Rock Lee dan lebih memilih digendong olehmu" canda Hinata. Aku menghela nafas.

"Kurasa sebaiknya aku melanjutkan pancinganku. Setidaknya aku akan dapat seekor salmon seperti di mimpiku" cetusku lalu kembali.

Yaahh, walau dengan susah payah, Si Alis Tebal bisa membawa naga berisik itu ke Chrysler-nya.

"Huh, dasar. Kalau tidak suka bilang saja, jangan mencakar-cakar seperti ini" gerutu Dracovetth berambut bowlcut hitam berkilau dengan kulit putih dan mata bola pingpong itu sambil mengoleskan salep pada beberapa bagian tubuhnya yang lecet karena cakaran naga kecil itu-yang sekarang sedang meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari 'borgol'nya.

"Oh, bodohnya aku, mana bisa spesies Manidens bicara ya?" Rock Lee menepuk dahi. Tapi beberapa detik kemudian ia mensejajarkan pandangannya dengan pandangan naga itu.

"Apa kau bisa bicara ?" Tanyanya lugu.

Selama beberapa detik, keduanya diam.

"Ahh, aku memang bo..."

"Kembalikan aku pada manusia berambut kuning itu" sebuah suara mengagetkan Rock Lee.

"Siapa ?!" Serunya sambil menenteng golok yang kebetulan ada di dekat situ.

"Disini".

"Dimana ?"

"Aku sangat dekat denganmu, dasar manusia hijau bodoh !" Seru suara itu.

"Ah ! Manidens ! Kau bisa bicara rupanya !" Seru Lee sambil meletakkan lagi goloknya.

"Hmph, dasar. Kukira manusia itu cerdas, sepertinya tidak semuanya begitu" gerutu Manidens yang masih diborgol itu. "Asal kau tahu saja, tadi kakiku terbakar karena berusaha mencuri getah pohon Erfmyst di perkebunan dekat danau itu tadi, sampai aku ketahuan lalu ditembak dengan panah api. Tembakan itu begitu cepat dan keras, tepat pula mengenai kakiku hingga terbakar dan retak" cerita naga itu panjang lebar.

"Getah Pohon Erfmyst ? Itu kan getah yang bisa membuat seekor naga yang tidak bisa bicara menjadi bisa bicara selama beberapa hari ?" Selidik Lee.

"Tepat. Aku berhasil menjilat sedikit getah itu sebelum tertangkap basah" lanjut Manidens.

"Lalu kenapa kau tidak menjelaskan semua ini sebelum aku membawamu kesini pada Naruto-kun dan Hinata-chan ?" Berondong Lee.

"Dasar bocah. Tidak semudah itu menstabilkan dan mengendalikan semua zat dan hara yang terkandung dalam Getah Erfmyst dengan pita suaraku ! Lagipula pita suaraku juga sempat tergeser, jadi waktu penyesuaiannya lebih lama" jelas Manidens itu.

"Ooohh..." jawab Lee seperti orang autis.

"Dasar bocah ! Cepat kembalikan aku pada manusia berambut kuning itu atau aku akan membakar seluruh tempat ini !" Ancamnya.

"Haha, kau pikir aku takut dengan naga kecil sepertimu ? Tapi tunggu, berarti kau memang naga Naruto-kun ya ?" Selidik Lee.

"Bukan ! Aku telah diberitahu oleh Pertapa Tua dari Selatan Konohagakure, Jiraya-sama, mengenai kemunculan Draco P" Manidens kembali bercerita. Suaranya sedikit dipelankan saat mengucapkan 'Draco P'.

"Draco P ? Kenapa tidak langsung sebut saja nama lengkapnya ?" Cetus Lee sambil menyeruput secangkir teh.

"Bodoh ! Naga sekecil dan serendah aku tidak pantas menyebut nama seagung dan semulia itu" gerutu Manidens. "Penunggang Draco P itu adalah pemuda berambut jagung bermata biru itu !"Seru Manidens.

Lee langsung memuntahkan semua teh yang diminumnya.

"HAH ?! Kau pasti bercanda, dasar naga gila ! Mungkin yang kau minum itu bukan Getah Erfmyst, tapi alkohol dosis super !" Seru Lee keras-keras. Untung saja Chrysler itu sedang sepi.

"Kau yang bodoh ! Aku menyampaikan kebenaran, dasar rambut mangkuk ! Pokoknya aku harus bertemu dengan si bocah kuning itu sebelum kemampuan bicaraku habis atau kau akan mati karena mengabaikan perintah dari Jiraya-sama dan meragukan keberadaan Draco P !" Seru Manidens bertubi-tubi.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pada Naruto-kun" jawab Lee setelah berpikir sejenak.

"Bagus. Sekarang lepaskan borgol ini !" Perintah naga itu tidak sabar.

"Tapi aku yang akan mengantarmu, oke ?"

"Hhhh, terserahlah kau mau dengan cara apa, yang penting aku sudah menyampaikan pesan ini sebelum senja !"

"NARUTO-KUN ! NARUTO-KUN ! NARUTO-KUUUNN !"

"Kau yakin dia ada di rumah, bukan di danau tadi ?" Selidik naga di gendongan Lee itu.

"Pasti dia sudah pulang siang-siang begini !" Seru Lee sambil tetap menggedor-nggedor pintu rumahku dan berteriak.

"Apaan sih ?!" Aku akhirnya keluar. Begitu melihat Lee menggendong Manidens tadi, aku langsung berseru. "Sudah kubilang aku tidak mau mempunyai seekor naga pun di rumahku, Alis Tebal !"

"Aku tidak menawarkan naga ini jadi peliharaanmu ! Ada sesuatu yang harus dia sampaikan padamu dan ini sangat penting !" Berondongnya.

Aku mengusap wajahku yang basah sedikit akibat 'hujan lokal' itu.

"Sebentar, apa maksudmu 'dia harus menyampaikan padaku' ?" Aku mulai tersadar Lee tidak menyebutkan 'aku sampaikan padamu' melainkan 'dia sampaikan padamu'.

Lee tersenyum. "Bicaralah, Manidens !" Serunya.

AAAKK ! WAAAKKK ! AAAKKK ?! Naga itu hanya berteriak-teriak seperti biasa. Lee mengerutkan dahi heran. Begitu pula denganku.

"Kalau mau iseng, jangan sekarang, aku mau tidur siang !" Seruku sambil bersiap menutup pintu.

"Sebentar, Naruto-kun !"

"Apa !"

"Tadi naga ini bicara padaku, aku bersumpah ! Dia berkata banyak sekali, terutama tentangmu yang akan jadi penunggang Draco P !"

Aku terdiam sejenak.

"Dra...co...P...?" Ulangku terbata-bata.

Lee mengangguk mantap.

"Bisa kau ceritakan ?" Desisku sangsi.

Si Alis Tebal berambut mangkuk itu akhirnya menceritakan seluruh kronologis yang ada, mulai dari keterkejutannya saat mendapati naga kecil ini bisa bicara, sampai dialog hiperaktif mereka mengenai penunggang Draco P...

...Yang tidak lain, aku.

"Kau...yakin...alis tebal...?" Desisku setelah mendengar ceritanya.

"Kau yakin yang kau minum itu teh, bukan alkohol ?!" Lanjutku.

"Justru aku yang mengira Manidens ini minum alkohol !" Balas Lee.

"Aku tidak percaya" kataku tegas.

"Aku tidak percaya kalau hanya kau satu-satunya yang memberitakan ini ! Hah, siapa itu Draco P ?! Siapa itu Jiraya ?! Aku adalah Uzumaki Naruto, anak dari Uzumaki Kushina dan Namikaze Minato, warganegara Hi yang tinggal di Konohagakure, dan satu poin yang kau harus pahami baik-baik, aku tidak berurusan dengan naga spesies manapun dari ujung planet sebelah manapun !" Seruku keras-keras lalu membanting pintu dan menguncinya.

Lee menghela nafas dan mendesah kecewa.

"Jadi...Getah Erfmyst-nya sudah habis, ya ?" Tanyanya lirih pada naga yang masih berada di gendongannya. Naga itu mengangguk. Lalu menunduk. Sepertinya kecewa karena tidak bisa bicara denganku.

Lee mendadak menjentikkan jari. "Aku punya sedikit persediaan Getah Erfmyst di gudang Chrysler-ku. Kita bisa berikan itu padamu dan kau bisa menghubungi Naruto-kun tanpa kendala !" Serunya girang. Naga itu menggoyang ekornya penuh semangat dan harapan.

Mereka berlari secepat mungkin ke Chrysler Rock Lee. Dan ketika mereka sampai disana, alangkah terkejutnya mereka ketika suasana di sekitar menjadi cukup ramai. Banyak orang mengacungkan pedang dan yang lain membidik sesuatu dengan panah.

"Apa yang terjadi ?" Tanya Lee pada dirinya sendiri.

Api berkobar, menimbulkan asap hitam yang kian lama kian tinggi. Barulah ia menyadari apa yang terjadi di situ.

"Kebakaran, kah ?" Desisnya. Ia mendekati seorang Dracovetth perempuan yang ia kenal di situ.

"Tenten ! Apa yang terjadi ?!" Seru Lee sambil tetap membawa Manidens.

"Seekor Hidalgo baru saja menyerang Chrysler-mu, Lee !" Jawab Tenten sambil terus berusaha menyerang.

"Seekor Hidalgo ? Kenapa ?!"

"Entahlah !"

"Sekarang dimana dia ?!" Seru Lee geram.

Sedetik kemudian, sebelum Tenten sempat menjawab, sebuah bayangan hitam raksasa melesat ke langit, dan segera menembakkan seberkas sinar abu-abu ke kerumunan manusia yang berusaha mengusirnya.

Ledakan besar langsung menewaskan beberapa orang yang ada disana, sedangkan sisanya luka-luka. Naga berwarna abu-abu dengan tonjolan otot yang kekar dibalik kulitnya yang terlihat sangat keras tapi lentur itu menatap nanar semua manusia di bawahnya, sampai ia menemukan sesuatu yang sepertinya sudah dicari-carinya sejak tadi.

"Lee...dia...mengawasimu..." desis Tenten tersendat-sendat karena kakinya tertindih sebatang kayu. Lee kini bertatap langsung dengan mata Hidalgo, yang langsung membulat begitu melihat seekor Manidens tepat di sebelah manusia berambut hitam dan baju hijau itu.

GROOAAAARR ! Hidalgo meraung keras, menembakkan dua sinar abu-abu ke kanan dan ke kiri untuk mengusir semua orang yang masih tersisa, dan segera mengepakkan sepasang sayapnya yang lebar dan kuat itu ke sasaran.

Tanpa pikir panjang, Lee segera menggendong Manidens itu dan berlari secepat kakinya bisa berlari. Tapi tidak ada gunanya saat kau berhadapan dengan seekor naga sepanjang dua bus berkecepatan hingga 60 km/jam itu.

WUUSSHH...

DHUUUAAARRR !

"LEE !" Pekik Tenten dari kejauhan.

"Sial..." Lee mendesis. Ia melirik Manidens yang tergeletak sekitar dua meter dari tempatnya terbaring. Mata naga itu membuka sedikit. Lee baru saja akan bangun saat ia merasa tanah tempat ia terbaring telungkup itu bergetar.

Hidalgo mendekat pasti ke Manidens, mendengus dan mengeluarkan asap dari kedua lubang hidungnya yang panas. Ia menggeram. Geraman yang terdengar cukup keras bagi Lee yang hanya berjarak kurang dari empat meter.

"Jangan sakiti dia... !" Seru Lee tertahan. Seluruh tubuhnya masih terasa sakit.

Hidalgo hanya melirik sosok berambut hitam yang sudah tidak mengkilap lagi dengan baju yang tersayat disana-sini itu dengan ekor mata. Ia membuka mulut lebar-lebar, mengumpulkan aura abu-abu ke dalamnya, dan melepaskannya dalam bentuk bola yang langsung mengenai naga kecil itu tanpa bisa dicegah lagi.

Lee membuka mata perlahan.

Sekarang yang tampak olehnya hanyalah pemandangan serba abu-abu oleh sinar abu-abu naga raksasa itu.

Dracovetth itu berusaha bangun, mengumpulkan sisa-sisa tenaga dan kesadarannya, dan begitu ia teringat sesuatu, langsung saja ia berlari tak tentu arah, mengangkati puing-puing kayu, dinding, dan besi, berusaha mencari sesuatu.

Naga kecil itu.

Naga kecil itu...

Naga kecil itu !

Dimana naga kecil itu ?!

Hening. Lee menemukannya tak lama kemudian. Tapi harapannya sudah pupus.

Dia mati.

Manidens itu sudah mati !

Tak bergerak lagi

Tak bernafas lagi

Tak berbicara lagi

"SIAL !" Seru Lee keras-keras. "Apa yang harus aku lakukan sekarang !?"

(- Meanwhile-)

BUUMM

Suara menghentak terdengar di depan pintu rumahku. Cih, dasar Alis Tebal ! Aku tahu betul perangainya. Dia tidak pernah menyerah, apapun itu. Dia pasti masih berdiri di depan pintu rumahku dan terus berusaha membujukku untuk mempercayai cerita bodohnya itu.

Tapi sebentar, ini sudah sekitar sejam setelah kejadian tadi, hebat juga kalau ia berdiri disana tanpa mengeluarkan sebuah teriakan pun, kan ? Lagipula kurasa dia tidak punya apapun untuk menghasilkan...

BRAAKK

.

...Suara sebesar itu.

.

.

"Ada orang di luar ?!" Seruku keras-keras begitu aku cukup dekat dengan pintu. Tidak terdengar apa-apa. Aku mengintip lewat lubang kaca tembus pandang berukuran sebesar kelereng di pintu besiku. Begitulah caraku-atau siapapun penghuni rumah ini-untuk menyelidiki siapa yang sedang ada di depan pintu.

Tapi apa yang kulihat ? Abu-abu ! Abu-abu gelap. Aneh sekali, mana mungkin seluruh depan rumahku berubah menjadi abu-abu ? Karena penasaran, akhirnya aku membuka pintu.

.

.

.

INGIN SEKALI RASANYA kututup langsung pintu rumahku, memberedelnya dengan kunci, berlari secepat mungkin ke halaman belakang lantas melesat cepat entah kemana, begitu mengetahui sosok yang menyambutku tepat di depan pintu !

Seekor Hidalgo-persis seperti di mimpiku tadi pagi.

Naga itu mendengus ke arahku, membuatku muak dengan bau nafasnya yang mengerikan. Ia menyeringai, mempertontonkan gigi-gigi pencabik dagingnya yang sudah sedikit tertutup abu dan arang.

Aku memang sangat ingin berlari, tapi nyatanya tidak, aku hanya mematung di tempat. Sekarang, aku berdiri di hadapan seekor Hidalgo. Keringat dingin mengucur tak tentu arah membasahi tubuhku. Kakiku gemetar. Maklum baru kali ini aku berhadapan langsung dengan naga yang konon kabarnya cukup buas ini.

GRRRAAAAA ! Hidalgo meraung ganas, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan menegakkan kaki depannya.

Kesempatan.

LANGSUNG SAJA aku berlari secepat kilat ke belakang pintu, menutup dan menguncinya, lantas tanpa mempedulikan segala yang ada di sekitarku, aku berlari lintang pukang ke arah pintu halaman belakang. Tapi sepertinya tidur siang membuat otakku bekerja lebih cepat dari biasanya.

Jika saja aku berlari, secepat apapun pasti masih bisa dikejar naga itu dari udara. Aku tidak mungkin bisa menandinginya, mengalahkannya, atau numpang bersembunyi di rumah orang lain, yang berarti menghancurkan rumah itu secara tidak langsung, kalau memang naga itu mengicarku.

Jadi langsung saja aku berbalik menuju gudang rumahku, susah payah, karena dengan sangat gugup dan takut, kucari senter dan setelah menemukannya, aku langsung berlari ke sudut kanan gudang.

Pintu bawah tanah.

Dengan tak sabar, langsung kutarik pegangan besinya.

Macet.

Aku baru ingat, pintu itu tidak pernah digunakan bertahun-tahun, jadi sudah jelas : Dikunci.

Aku makin panik. Terdengar suara raungan dari depan rumah. Naga itu pasti sudah tidak sabar.

BRAAKK !

Aku menduga sisi depan rumahku sudah remuk dihantam naga itu. Aku berlari ke pintu gudang, seingatku kunci pintu ruang bawah tanah ada di situ.

Bingo ! Aku segera menemukannya, tepat sebelum bunyi ledakan terdengar tidak jauh dariku. Pasti sisi depan rumah sudah meledak ! Aku harus pergi ke ruang bawah tanah sebelum dia mengetahuiku !

Dengan susah payah, karena baik gembok maupun kuncinya sudah berkarat dan terhitung berat, aku memutar-mutar anak kunci dengan panik.

CKLAK

.

BERHASIL ! Aku bersorak dalam hati. Segera saja kubuka pintu baja itu dengan mengerahkan seluruh tenagaku yang tersisa, hingga akhirnya berhasil terbuka sepenuhnya.

DUUMMM... ! BRAAKKK !

Naga raksasa itu berhasil menjebol dinding gudang, yang berada di dalam rumah menyatu dengan bangunan (jadi dinding luar gudang juga termasuk dinding rumah) dan kini menatapku lapar.

Aku melompat masuk.

Naga itu menembakkan sinar abu-abunya.

Dua adegan menegangkan antara hidup dan mati itu terasa seperti rangkaian gerakan slow motion di mataku.

BLAAAAARRRR... !

.

.

.

Aku membuka mata. Tangan kananku terasa sangat nyeri, sementara kaki kananku terasa sangat pegal. Begitu pegalnya sehingga aku tidak bisa menggerakkannya.

"Uugghh..." aku merintih. Mataku menangkap sosok abu-abu besar dengan mata mengerikan siap membunuh. Naga itu...masih disini juga...

Rumahku sudah sepertiga hancur. Gudang dan ruang tamu di depan. Aku sendiri terkapar di sisi kiri rumah, agak jauh.

Aku berusaha sekuat tenaga menggerakkan anggota tubuhku. Tapi sia-sia belaka. Jangankan berjalan atau merangkak, ngesot saja tidak mampu !

Dia semakin dekat. Matanya yang lebih besar daripada bola bisbol menatapku lekat-lekat.

Akhirku sudah dekat.

Ia mengumpulkan lagi cahaya di mulutnya yang sebesar gua kecil itu, bersiap mengurangi satu dari populasi manusia di planet ini...

.

.

Ralat, populasi Dracovetth...

.

.

Aku tidak begitu merasa jelas, tapi aku mendengar suara berdebum seperti tabrakan dua truk raksasa, yang tidak jauh dariku, kemudian disusul suara berdebum yang kedua. Kali ini salah satu objek itu sepertinya menghantam tanah dengan telak.

.

.

"Uzumaki Naruto"

Mimpi ? Atau namaku memang dipanggil ?

"Uzumaki Naruto !"

"Uzumaki Naruto !"

Aku membuka mata perlahan.

Tampak olehku seorang pria berusia sekitar 50 tahunan, memakai semacam combat suit lengkap dengan sebilah pedang di pinggang kanannya, sebuah gulungan besar di punggung bawahnya, dan ikat kepala dengan kanji 'minyak'.

Mata hitamnya menatapku antara lega dan khawatir. Garis merah tegas-yang awalnya kukira darah, berada vertikal dari bawah mata sampai ke dagunya.

"Kau baik-baik saja ?" Tanyanya.

"Aku tidak yakin" balasku spontan lalu berusaha berdiri.

"Kau tadi diserang seekor Hidalgo, bukan begitu ?" Selidik orang itu. Aku mengangguk.

"D-dimana dia sekarang ?" Aku menatap sekeliling yang sudah agak sepi.

"Itu, sedang bertarung dengan nagaku" tuding pria berambut putih panjang sepinggang di depanku ini.

Aku melihat ke arah yang ditunjuknya. Hidalgo yang menyerangku tadi sedang bertarung seru dengan seekor naga...yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Naga bersayap dengan warna tubuh ungu pekat itu bahkan lebih besar daripada Hidalgo. Ya, sedikit.

Aku terus memperhatikan mereka berdua. Terlihat sama kuat, sebelum akhirnya naga ungu itu berhasil melempar Hidalgo cukup jauh dengan kumpulan energi hitamnya-yang terlihat sangat padat itu.

"Itu nagamu ?" Selidikku. Pria itu mengangguk. Buktinya, segera setelah dia menganggap pertarungan itu sudah selesai, naga besar itu langsung mendekat ke arah kami dan menatapku ramah.

Bukan main. Tampang naga ini jelas sangar. Ekor besarnya dipenuhi duri berbagai ukuran, yang seperti jarum yang asal dimasukkan ke ekor. Kakinya pendek dan sedikit tambun, tubuhnya yang bongsor dilengkapi sepasang sayap kulit besar. Tanduk pendek berulir di hidung, dan sepasang lagi yang lebih panjang dan mengarah ke depan di kedua alisnya. Mulut raksasanya dipenuhi gigi selang-seling yang bahkan terlihat lebih mengerikan daripada Hidalgo.

"Dia spesies Bryptops. Salah satu peliharaanku" terang pria itu sebelum aku sempat bertanya.

"Kelihatannya kejam, tapi ia sangat penurut. Cukup kejam kalau belum dijinakkan, mungkin dia sama ganasnya dengan Hidalgo tadi" tambahnya.

"Uzumaki Naruto, tidak kusangka-sangka aku akan bertemu denganmu hari ini. Sungguh hebat rasanya melihat pengendara Draco P hari ini juga" katanya setelah terdiam beberapa saat.

Aku kembali tersadar. "Maaf, siapa Anda ?" Aku akhirnya mengajukan pertanyaan yang sedari tadi kupendam.

"Jiraya" jawabnya pendek.

Oh, jadi dia Jiraya-sama yang dikabarkan oleh Si Alis Tebal dan (katanya) naga kecil itu, ya ? Pikirku.

"Dari raut wajahmu sepertinya kau sudah pernah mendengar namaku" celetuk Jiraya. Aku mengangguk.

"Tapi aku sempat tidak percaya" lanjutku.

Jiraya terkekeh. "Aku tinggal di Selatan Konohagakure, tapi sebenarnya aku berasal dari Gunung Myoboku. Bisa dibilang Pertapa Agung dari Myoboku" katanya sambil menggaruk kepala.

"Untuk apa..."

"Ah, benar" dia memotong pertanyaanku. "Aku kemari...untuk menjemputmu dan berlatih bersamaku kapanpun dimanapun, untuk menghadapi takdirmu sebagai penunggang Draco P" jelasnya. Alamat aku dihujani pernyataan semi-ngawur seperti ini lagi.

"Kalian pasti bercanda ! Aku bukan siapa-siapa !" Seruku.

"Hahaha ! Bukan siapa-siapa, he ? Polos sekali kau. Lihat rumahmu, nak ! Lihat sekelilingmu ! Tidakkah ada seekorpun naga yang memberitahukan padamu bahwa kau memang seorang penunggang Draco P ? Seingatku aku sudah mengutus seekor Manidens untuk meminum Getah Erfmyst di suatu tempat dan menemuimu untuk bicara denganmu tentang takdirmu dan menyuruhmu mendatangi Gunung Myoboku untuk berlatih denganku !" Serunya bertubi-tubi.

"Itu tidak mungkin, Jiraya-san ! Lihat aku, aku samasekali tidak berminat soal naga, sebesar apapun, sekecil apapun, seganas apapun, selembut apapun, aku hanya ingin menjalani hidupku layaknya manusia biasa ! Lagipula aku tinggal sebatang kara di rumahku dan..."

"Sebentar, tadi kau bilang manusia biasa, hah ?!" Bentak Jiraya langsung membuatku ciut. Ia memberi penekanan pada 'manusia biasa'.

Aku mengangguk pelan.

"Kau samasekali bukan manusia biasa, Naruto-kun" desisnya. Matanya beradu denganku. Keringat dingin mengalir dari dahiku.

"Kau. Kau adalah anak-yang-diramalkan itu" desisnya lagi.

"Anak...yang...diramalkan ?" Ulangku. Dia mengangguk tegas.

"Sebuah ramalan kuno...mengatakan bahwa umat manusia dan bangsa naga sudah hidup di planet ini entah sejak kapan awalnya. Mereka seperti Yin dan Yang...saling membutuhkan, baik untuk kebajikan maupun kemungkaran..." dia mulai bercerita.

"Sudah berabad-abad, walaupun banyak sekali naga yang patuh terhadap manusia dan berteman dengan umat kita, naga yang tidak menyukai manusia, atau yang mereka sebut 'pembantai bersayap' masih tetap ada sampai kapanpun".

"Kapanpun...hingga saat ini tiba".

"Uzumaki Naruto...kau akan membawa perubahan besar bagi dunia ini nantinya, dengan menemukan seekor naga dan menjadi penunggangnya, kau-lah yang akan mengakhiri konflik abadi antara naga dan manusia dan membawa dunia ini ke dalam rasa persatuan dan saling memiliki, saling menyayangi sebagai kodrat sesama makhluk hidup..." katanya perlahan.

"Berarti...aku...seorang...Dracovetth ?" Tanyaku terbata-bata.

"Lebih dari itu, Naruto ! Kau adalah satu-satunya manusia di Alam Semesta generasi abad ini yang memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seekor naga, yang konon kabarnya sangat, sangat, sangat langka. Satu-satunya naga seperti itu di dunia ini. Dan rumor yang beredar mengatakan bahwa naga itu sekarang keluar dari sesuatu yang selama ini telah menyembunyikan keberadaannya, karena merasakan kehadiran penunggangnya..." ceritanya panjang lebar padaku.

"Kenapa...kau...baru mendatangiku dan memberitahukan ini padaku sekarang, Jiraya-san ?" Tanyaku sangsi.

"Karena sekarang umurmu sudah 16 tahun, kan ? Jiwa Dracovetth sejati yang utuh dan matang baru terbentuk setelah 16 tahun seorang manusia hidup, lebih-lebih penunggang Draco P" jawabnya tegas.

Aku terdiam.

Termagu.

Memikirkan semua yang pernah kupikirkan.

"Naruto".

"Ya ?"

"Kau akan mencari Draco P dan mengendarainya".

"Tapi...kurasa Draco P hanya nama samaran. Siapa nama asli naga itu, Jiraya-san ? Siapa namanya sehingga bahkan seekor naga atau bahkan kau sendiri, yang mengaku pertapa suci dari Gunung Myoboku, merasa terlalu rendah untuk mengucapkannya dengan mulut kalian sendiri ?" Aku memberondongnya penasaran.

Ia melirik ke kanan-kiri, memastikan keadaan aman, lantas bergerak ke telinga kananku dan berbisik.

.

.

"Paradox".

.

.

.

Bersambung . . . . .

Author's Note :

Yosh, terimakasih banyak untuk readers yang mau mampir ke fic ini. Karena menurut saya per-chapter ini saja sudah lumayan panjang (lebih dari 5.000 words), jadi saya tidak bisa tentukan kapan saya akan update chapter selanjutnya. Tapi yang pasti, fic ini akan ongoing sampai tamat. Kalau tidak ada halangan, saya akan publish lagi sekitar akhir Maret atau awal April.

Gimana, readers, pendapatnya ? Ini fic fantasy pertama saya, jadi harap maklum kalau banyak kekurangan. Untuk itu, silakan review, jangan sungkan-sungkan, oke ? Kalian bisa tuliskan apa saja di review kalian, kritik kek, saran kek, pertanyaan kek, pujian kek (*pletok*). Tapi saya TIDAK MENERIMA flame, karena sudah cukup banyak flame yang saya terima dari naga-naga saya, sampe-sampe gudang saya kebakar angus semua (gak nyambung).

Okay, jika masih ada yang penasaran, tiap chapter saya akan menuliskan naga apa saja yang baru dimunculkan. Harap maklum jika kalimat deskriptifnya kebanyakan, karena fanfiction tidak bisa mencantumkan gambar.

See you again in chapter 2 !

-Dragons List in Chapter One :

Ingenia

Strength : Tinggi

Ukuran : Panjang 5 meter, berat 350 kg

Kecepatan terbang : 15-60 km/jam

Spesial : Duri empat sisi, ekor pendek, rahang kuat

Tipe serangan : Menembakkan asap korosif dan asap vulkanis yang bisa berubah menjadi api dari mulutnya

Kategori : Mighty

Elemen spesial : Vulkanik

Level bahaya : Medium

Pemilik : Inuzuka Kiba (yang baru ditampilkan)

Hidalgo

Strength : Poweful

Ukuran : Panjang 18 meter, berat 10 ton

Kecepatan terbang : 20-50 km/jam

Spesial : Perisai tulang keras, ekor berduri

Tipe serangan : Cahaya abu-abu, dapat meledak dan menyebabkan kerusakan besar

Kategori : Perang

Elemen spesial : -

Level bahaya : Mematikan

Pemilik : Tidak ada (yang baru ditampilkan)

Manidens

Strength : Semi-medium

Ukuran : Panjang 1,75 meter, berat 60 kg

Kecepatan terbang : 45-180 km/jam

Spesial : Empat taring beracun, naga terkecil

Tipe serangan : Api biru yang sulit dipadamkan

Kategori : Angkasa

Elemen spesial : Racun

Level bahaya : Moderat

Pemilik : Jiraya (yang baru ditampilkan)

Bryptops

Strength : Tinggi

Ukuran : Panjang 18,5 meter, berat 10 ton

Kecepatan terbang : 20-50 km/jam

Spesial : Ekor berduri jarum, lidah berduri

Tipe serangan : Menembakkan bola hitam padat, menyebabkan kerusakan area besar

Kategori : Perang

Elemen spesial : -

Level bahaya : Mematikan

Pemilik : Jiraya (yang baru ditampilkan)