1 1

Tokkk ...tokkk.. tokk

"Raa... Raraa"

Sayup-sayup terdengar suara mama memanggil dari luar kamar ku, sontak aku terbangun.

"Ahh apa maaa" jawab ku dengan suara berat dan malas.

"Itu Yasmin sudah di depan menjemputmu"

"Memangnya sekarang jam berapaa ma?" tanyaku kembali memejamkan mata.

"Jam 8 lewat 10"

"JAM 8 lewat 10!" teriakku langsung bangun dari kasur posesifku.

"Ah mama! Kenapa baru membangunkan ku sekarang" omelku dan berlari ke kamar mandi.

"Mama kira kamu sudah bangun"

" Mama tunggu di bawah honey" ujar mama sambil berlalu menuruni tangga.

"Arrgghh" gumam ku kesal sambil berusaha mandi secepat kilat yang ku bisa.

Aku dan Yasmin satu Fakultas dan di Universitas yang sama. Kami berteman sedari SMA. Terlebih lagi dia juga sangat dekat dengan mama, mungkin karna kedua orang tuanya bekerja di perusahaan sehingga tidak ada waktu untuknya. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan itu apalagi cemburu terhadap nya. Bagi ku aku dan Yasmin adalah saudara yang hanya beda orang tua. Aku menyayangi Yasmin.

Hari ini hari pertama kami kembali ke kampus setelah libur panjang yang membosankan bagiku. Waktu yang di habiskan hanya untuk rebahan. Aku dan Yasmin sekarang semester lima. Kami tidak menyangka sama sekali kalau kami bisa sampai di tahap ini. Ini adalah ajaran baru dan kami akan semangat, ya walaupun aku sedikit malas setidaknya aku memiliki Yasmin si mahasiswa rajin yang merangkap menjadi sahabat ku.

"Tuan putri baru bangun?" sindir Yasmin yang membuat ku terkekeh lalu duduk dan mengambil roti yang ia berikan.

"Hari ini ada mata kuliah manajamen dengan Sir Juna" ujar Yasmin dengan penuh ceria.

"Lalu kenapa?" tanya ku sambil menghabiskan roti kacang di tangan ku.

"Kau tidak tahu? Sir Juna itu lo yang sering di bilang sama senior. Tampan nya gak manusiawi!". jawab Yasmin yang membuat ku memutar bola mata lalu melihat jam tangan hitam kecil yang melingkar di pergelangan tangan kecil ku. "jam 09.05 AM!"

"Gila kita bisa terlambatt!" teriak ku sambil berdiri dan menarik tangan Yasmin yang sibuk dengan roti selai kacang nya.

"Maa kami berangkat" teriak ku lagi dan bergegas keluar menuju mobil yasmin.

Kami pun berlalu dengan mobil mini kesayangan Yasmin. dan ternyata benar saja, kami terlambat di hari pertama kuliah dan di jam nya Sir Juna yang di bicarakan Yasmin tadi.

Tok..tokk..

"Selamat siang Sir, maaf kami terlambat " ujar Yasmin menunduk malu. Aku berdiri di belakang Yasmin sambil menarik ujung baju nya. Berkali kali tangan Yasmin menepis tangan ku yang terus menarik ujung bajunya.

"Apa kamu tahu ini jam berapa? tanya Sir Juna dengan tatapan tajam yang membuat wajah tampan nya semakin berkharisma.

Sesaat aku terperanjat melihat wajahnya. ternyata ini dosen tampan yang di gandrungi para senior wanita di jurusan kami, bahkan jurusan tetangga juga mulai mengincar nya.

Dengar-dengar katanya dia lulusan S3 di luar negri dan orang tua nya salah satu pemilik perusahaan ternama di negeri ini. Tapi kenapa dia malah memilih jadi dosen? Kenapa tidak melanjutkan perusahaan orang tuanya jadi CEO misalnya?.

"Suuuttt your name!" bisik Yasmin sambil mencubit tangan ku.

yang membuat aku tersontak dari dunia lamunan ku.

"Ah rara" jawab ku asal cepat.

"Sorry... Raina Maxwell" ujar ku lagi memperbaiki.

Dia menatap ku dengan tatapan sinis menurut ku melirik dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, aku menunduk malu sambil sesekali memencet-mencet ibu jari ku karena terlalu cemas.

"I'ts oke kalian boleh duduk. Karna ini hari pertama saya maafkan kalian" ujarnya kembali ke kursinya.

"Thank you Sir" jawab kami hampir bersamaan.

"Hahhh" desahku melepas sesak karna cemas tadi lalu berlalu kembali ke kursi kami.

"Ini semua karenamu!" cicit Yasmin geram sambil mengeluarkan buku dari dalam tas.

"Ya maaf" bisik ku manja.

"Habis kelas aku traktir" ujar ku membujuk nya.

"Oke di terima" jawab Yasmin sumringah.

*

Juna'pove

Flashback

"Pokoknya kamu harus meneruskan perusahaan ini Juna." Ujar papa memerintah lalu pergi dengan amarah.

Aku hanya diam dan tidak menjawab sekeras apapun aku melawan pasti papa akan tetap dengan pendirian nya dan aku benci itu. Aku masih duduk terdiam di kursi sofa kantornya dengan rasa mendongkol di dalam hati.

"Juna, mama mengerti tapi ini kehendak papa mu. Siapa lagi yang akan meneruskan keluarga Parker kau anak semata wayang kami." Ujar mama sambil mengelus rambut dan kepala ku.

Aku menggeram kesal, dari dulu aku tidak pernah mengambil keputusan ku sendiri. Sekarang pun sama, aku ingin mengambil keputusan ku sendiri bukan karena kehendak kedua orang tuaku.

Rara's pove

"Bagaimana kalau makan di kafe seberang sana? pastanya enak!" tunjuk Yasmin ke arah kafe di ujung seberang jalan.

"Ayokk! sudah lama tidak makan pasta" jawab ku riang sambil merangkul lengan Yasmin. Kami pun kesana dengan berjalan kaki jarak nya sekitar 100 meter dari kampus yah cukup membuat kaki pegal apalagi dengan style ku hari ini yang menggunakan high heels. Karena di sini sedang musim panas aku menggunakan rok mini dan blouse dengan warna soft blue yang kurasa cukup cantik saat aku berkaca di cermin kamar ku. tak lupa ku hiasi kalung dengan liontin berhuruf M yang melingkar indah di leher ku dengan blouse yang sedikit terbuka di leher dan dada ku yang sedikit besar membuat menarik setiap mata yg tertuju pada ku. Yahh huruf M pada liontin itu Maxwell nama keluarga ku.

Bruukkk....

"Aduhh" ringis ku

"Ah sorry." Ujar pria tinggi,putih beralis tebal menggunakan topi hitam itu sambil berusaha membantu ku berdiri yang hampir terjatuh karenanya.

"Ah Tidak apa-apa" balas ku sambil tersenyum.

"Kau tidak apa-apa ra?" ujar Yasmin cemas.

"Eung" balas ku dengan Yasmin sambil tersenyum pula dan kami berlalu saling meninggalkan pria itu pergi ke arah utara dan kami kembali berjalan.

------

"Kau pesan apa?" Tanya Yasmin.

"Sama dengan yang kau pesan saja". ujar ku sambil mengurut-urut pergelangan kaki ku yang sapertinya sedikit keseleo. Yasmin melambaikan tangan memanggil pelayan di ujung sana, kepala ku memutar melirik-lirik kafe sambil melihat-lihat.

"Eh. Itu bukan nya Sir Juna?" tanya ku heran.

Melihat pria putih,tinggi, dengan setelan kemeja rapi duduk di depan kafe menghadap ke jalan sambil memegang note book entah apa yang sedang di lihat nya dan tidak menghiraukan orang di sekitar.

"Ah iya. Mmmmm tampan nya" gumam Yasmin sambil menopang kan kedua tangan nya di dagu aku hanya tersenyum membenarkan ucapan Yasmin. mau di lihat dari sudut pandang manapun Juna Parker memang sangat tampan paripurna terlebih dia berasal dari keluarga kaya raya menambah kesempurnaan nya. Paket komplit pokoknya.

"Seminggu lagi akan ada acara di himpunan kita kau jangan sampe tidak hadir ya" ancam Yasmin kepada ku.

"Iya iyaaaa aman " goda ku dengan sahabat ku itu. Karena Yasmin pada acara itu akan tampil bernyanyi selain pintar dan cantik Yasmin juga jago dalam bernyanyi. Aku sendiri masih bingung bakat ku dimana.

Mataku berbinar ketika makanan kami telah sampai dan disajikan diatas meja, satu yang tidak bisa ku abaikan makanan lezat.

"setelah ini kita langsung pulang kan?" tanya ku disela makan.

"pulang? Jangan mengada-ngada kita masih ada jam dengan ibu Suri" jawab Yasmin sambil menunjuk wajahku dengan garpu. Aku melototkan mata,

"Ibu Suri? Seriusan?" tanyaku memastikan dan Yasmin menganggukan kepalanya, mau langsung pulang saja rasanya aku. Dosen yang paling aku takuti adalah bu Suri. Aku sudah berdoa pada Tuhan semoga tahun ini aku tidak berhadapan dengan beliau, tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain.

"kenapa harus bertemu ibu suri lagi" ujarku jadi malas memakan makananku, aku meminum jus alvukatku.

"karena aku suka dengan pengajaran ibu Suri mungkin" jawab Yasmin membuatku memutar bola mataku dengan malas, dari sekian banyaknya dosen kenapa Yasmin begitu menyukai ibu Suri.

"cepat selesaikan makanmu, aku tidak mau terlambat" ujar Yasmin membuatku menganggukan kepalaku.

Aku berdiri dari dudukku membuat Yasmin mengerutkan keningnya,

"kenapa? Katanya tidak mau terlambat"

Yasmin tidak berkata lagi, ia bangkit dari duduknya lalu membayar makanan kami. Setelah itu kami kembali kekelas. Ingin rasanya aku menenggelamkan kepalaku dilautan yang luas.

Aku sungguh takut dengan ibu Suri, aku akui ibu Suri itu tegas tapi tetap saja tegas nya itu menakutkan sekali.

AYO KITA SIMBIOSIS MUTUALISME, SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN DENGAN LIKE N KOMEN YANG MEMBANGUN JUGA PERLU!

To be continue,​

avataravatar
Next chapter