21 Tersesat.

Selesai makan Diego mengajak Odie jalan-jalan ke pantai, "Ayo!" Tangannya terulur ke arah Odie.

Odie menyambut uluran tangan Diego, layaknya pasangan yang harmonis Diego menggenggam tangan sang istri dengan mesra selama berjalan menuju pantai. Keromantisan mereka sangat membuat iri orang yang melihat, entah kemana amarah Odie yang dari kemarin membuat Diego kewalahan. Hari ini Odie benar-benar ingin menikmati liburannya yang mungkin tak akan pernah ia rasakan lagi setelah pernikahannya berakhir dengan Diego.

Odie selalu berpikir jika pernikahannya tak akan berjalan lama, alasannya karena cinta. Mungkin ia bisa belajar mencintai lelaki yang kini ada di sampingnya, tetapi ia tak tahu akan isi hati dan pemikiran Diego apakah sama dengannya atau tidak?

Hembusan angin pantai menggiring air laut menuju bibir pantai, hamparan pasir putih menyempurnakan pemandangan lukisan Tuhan yang begitu luar biasa. Odie menatap keindahan yang terpampang di hadapannya, pandangannya menerawang jauh mencari jawaban atas perasaannya yang tak jelas itu. Ia marah saat Diego berkencan dengan wanita lain, sedangkan ia tak mau menjalankan tugasnya sebagai seorang istri? Apapun alasannya tetap saja dialah yang salah, pikirnya yang menyalahkan diri sendiri. Namun, kata hatinya meimpali jika semua yang ia lakukan adalah langkah yang benar.

Pernikahan mereka tak terikat karena cinta, melainkan karena sebuah dosa yang tak seharusnya mereka lakukan. Odie bertahan dengan semua ini demi adik-adiknya di panti, hanya dengan cara ini ia masih bisa membantu mereka. Meski ia harus terus berperang dengan perasaannya.

Diego menarik lengan Odie untuk berlari ke tepian pantai. Seperti dalam film romantis mereka tak henti menebar kemesraan di sana, sesekali Diego juga mencipratkan air ke arah Odie membuat bodyguard cantik itu membalasnya. Jemari mereka saling bertautan mengiringi langkah kaki menyusuri hamparan pasir.

Mereka duduk di tepian pantai, menikmati indahnya suasana pemandangan pantai. Diego menatap wajah yang mulai mengalihkannya dari hal-hal yang yang ia sukai dulu. Wajah sederhana tanpa make up, akan tetapi mancarkan sinar yang luar biasa, sinar yang tak bisa ia artikan namun sangat mempengaruhinya.

Ia mengingat saat-saat kedatangan Odie untuk pertama kalinya ke kediamannya, tak ada yang istimewa di matanya. Gadis dengan pakaian yang sama sekali tak menarik dan rambut yang di ikat asal. Awal wanita yang kini telah menjadi istrinya bekerja padanya, sangat menyebalkan, dan membuatnya ingin membuat bodyguard itu berhenti bekerja. Namun,Semua berjalan di luar dugaannya.

Diego bisa saja menceraikan Odie detik ini juga, tetapi ia tak mau menghancurkan nasib anak-anak panti. Ia juga dengan sangat mudah untuk memberi bantuan pada mereka, tetapi nyonya Stevany melarangnya dengan keras. Ia mengijinkan putranya menceraikan Odie, tapi ia memberikan syarat yang tak bisa Diego terima. Dan itu hanya alasan saja agar sang putra tak menceraikan Odie. Odie tidak akan mendapat gaji, karena di anggap gugur dalam melaksanakan tugas yang ia berikan.

Entah mengapa nyonya Stevany sangat menyukai Odie sejak pertama bertemu, ada sesuatu yang membuatnya yakin jika wanita itu mampu menjaga putranya dalam keadaan apapun.

****

Langit biru kini berganti dengan warna jingga yang menghiasi langit sore. Mereka masih betah menikmati sunset. Diego mengambil ponsel di sakunya, Diego mengernyitkan kening saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dan chat yang tak terhitung dari ibunya. Diego membuka chat itu, semua isi chat itu sama.

"Ibu sudah menyiapkan makan malam romantis untuk kalian, berikan kejutan pada istrimu! Awas kalau sampai gagal!"

Diego memijit pelipisnya setelah membaca chat yang lebih tepat sebuah ancaman baginya. Ia pun spontan memikirkan ide menyiapkan kejutan untuk Odie.

"Odie kau tunggu di sini, aku akan ssgera kembali," pamit Diego yang langsung berlari menjauh.

Odie tak sempat menjawab karena lelaki itu sudah kabur terlebih dahulu. Ia hanya menatap bingung kepergian Diego. Langit sudah mulai petang akan tetapi yang di tunggu tak kunjung datang, Odie bangkit dari duduknya mencoba mencari keberadaan Diego.

Sementara di kamar Diego sedang menyiapkan sebuah gaun yang sudah di siapkan oleh sang ibu di atas ranjang. Ia langsung mengirim chat pada Odie agar kembali ke kamar sendiri, ia pikir nantinya setelah Odie bersiap dengan gaun itu ia akan menjemputnya. Setelah mandi dan bersiap Diego langsung bergegas menuju tempat kejutannya untuk Odie.

****

Diego.

Kembalilah ke kamar, aku ada urusan. Nanti aku jemput di kamar.

Odie hanya membaca chat itu sekilas, ia tak bisa menjawab pesan yang di kirim Diego karena ponselnya mati. Odie berjalan menuju kamar, namun di tengah jalan ia berhenti.

"Ya Tuhan, aku harus kemana ini? Aku lupa jalan kembali ke kamar," ucapnya lirih.

Odie asal mengikuti langkahnya, ia pikir jalan yang ia ambli benar. Namun, sepanjang perjalanan ia merasa ada yg berbeda, pemandangan dan lokasi yang ia lewati tak sama dengan yang ia lewati saat berangkat.

"Apa aku salah jalan? Sial aku tersesat!" umpat Odie pada dirinya.

Odie berniat kembali ke tempat awal, agar ia bisa mengingat kembali arah ke kamarnya. Namun, beberapa turis yang teelihat sedang berdiri di sebuah mobil menghampirinya, Odie mundur saat empat lelaki menghampirinya. Odie pun mengumpat lagi dalam hati saat menyadari baju yang ia kenakan sangat memancing mereka untuk mendekat.

"Hai ... cantik, sendirian?" tanya mereka basa basi, dan mulai mengepung Odie.

Tak ada rasa takut sedikitpun bagi seorang Odie, tetapi ia masih diam. Ia hanya menyiapkan tenaga untuk menyingkirkan mereka.

"Kenapa diam cantik?" ucap salah satu dari mereka yang juga mulai menggunakan tangannya untuk menyentuh punggung Odie.

Seketika Odie menepis tangan lelaki itu, yang pada ahirnya membangunkan amarah lelaki itu.

"Kau berani menepis sentuhanku cantik! Lihatkah kau tak akan bisa menepisnya lagi, bawa di ke mobil!" ancam lelaki itu pada Odie.

Ia pun memerintahkan teman-temannya untuk membawa Odie. Mereka bertiga berusaha membawa Odie ke mobil dengan paksa, akan tetapi gagal karena Odie mulai melancarkan serangannya.

"Argh ...," teriak salah satu dari mereka yang terkena tendangan bodyguard cantik itu.

Melihat teman mereka di serang, tentu saja membuat kedua lelaki tadi berusaha menyerang Odie, perkelahian pun terjadi. Mereka sangat kewalahan menghadapi setiap serangan yang Odie layangkan.

Di saat Odie berusaha menyerang, seorang lelaki menatapnya penuh arti. Ia terpaksa menggunakan cara licik untuk melumpuhkan wanita yang ia anggap tangguh itu. Ia mengambil sebatang kayu, dan tanpa sepengetahuan Odie ia memukulkannya pada kepala Odie. Seketika tubuh Odie tersungkur ditanah. Ia tak sadarkan diri akibat pukulan di kepalanya.

Lelaki itu tertawa puas melihat Odie tak sadarkan diri. Ia pun menyuruh teman-temannya membawa Odie ke kamar di mana mereka mennginap. Untuk mengelabuhi orang-orang agar tak curiga, mereka mendandani Odie layaknya lelaki.

Sesampainya di kamar tubuh Odie di baringkan di ranjang. Mereka pun mengikat tangan dan kaki Odie pada ranjang.

"Aku akan menikmatimu besok sayang, saat kau sudah bangun. Agar aku bisa mendengar jeritanmu hahahaha ...," ucap lelaki itu di aertai tawa yang menggelegar.

Sementara Diego yang sedari tadi menunggu sang istri mulai merasakan ada hal yang tak beres. Ia pun bergegas menuju kamar, kotak hadiah yang berisi gaun masih berada di tempatnya. Diego mulai cemas, ia pun berlari menuju pantai yang tak jauh dari kamarnya. Namun, sosok Odie ada di sana. Ia juga berkali-kali mencoba menghubungi Odie, tetapi nomer Odie tak aktif. Diego semakin cemas, pikirannya sudah kemana-mana.

Bersambung....

avataravatar
Next chapter