webnovel

About of Mr. Gibran

"Yank, kenapa sih? Bengong aja daritadi," tanya Jordy pada kekasihnya Khanza, di sebuah kafe tempat mereka biasa bertemu saat pulang sekolah.

"Yee, siapa juga yang bengong. Aku hanya memikirkan guru baru di sekolah," jawab nya tanpa ragu.

"Guru? Cih, tumben. Cowok?"

"Iya lah, masa cewek. Gila kali aku mikirin guru cewek di sekolah,"

"Kenapa? Killer?" Tanya Jordy mulai penasaran.

"Ah, kepo. Yang pasti kamu kalah cakep yank," jawab Khanza tanpa ragu kembali, membuat Jordy mulai kesal.

"Yakin yank, kau bilang guru itu lebih cakep dari ku? Hahaha, jangan bilang kau menyukai orang yang lebih tua dari ku saat ini."

"Hello, yang bilang suka siapa? Aku hanya mengaguminya, dia tampan, ramah, dan yang terpenting senyumnya manis banget yank."

"Oh, jadi gitu. Awas ya, kamu berani macam-macam di sekolah atau di belakang ku, aku tidak segan-segan menghabisi cowok itu."

"Iih, apaan sih yank. Aku gak pernah berniat menduakan mu, lagipula.. Ayah dan ibu hanya menyukaimu saja bukan?" Jawab Khanza sedikit manyun.

"Bisa saja kan, kamu memaksakan diri."

"Ya ampun, iya yank. Aku gak akan selingkuh dan macam-macam di belakangmu, ok."

"Bagus. Kau memang kekasihku yang paling penurut."

Jordy adalah kekasih Khanza yang baru saja di pacarinya selama 5 bulan lamanya. Saat ini dia juga sedang menduduki bangku kelas 12 , di sekolah terfavorit di kota X.

Di sekolahnya, Jordy adalah seorang siswa yang berprestasi namun sedikit angkuh dan sombong. Dia tampan dan juga pintar, selalu menjadi kejaran para siswi di sekolahnya. Namun, pertemuannya dengan Khanza yang tak di sengaja ketika sedang nongkrong di sebuah kafe. Membuatnya jatuh hati dan tak bisa lagi berpaling dari Khanza, meski di ketahui kekasihnya itu dari keluarga biasa saja.

Sifat Khanza yang polos dan sederhana, namun terkadang bertingkah laku konyol membuat Jordy menilainya berbeda dengan cewek lain yang selalu mengejarnya selama ini.

"Yank, pulang yuk. Dan sore nih, aku banyak PR." Ajak Khanza kemudian.

"PR apa sih? Sini, aku aja yang ngerjain." Jawab Jordy penuh antusias.

"Ih, enggak-gak. Ini PR dari pak Gibran, aku harus mengerjakannya sendiri dan mendapat nilai bagus. Sehingga membuatnya bangga dan kagum padaku, Hemm.." Ujar Khanza dengan tatapan jauh seolah khayalannya kian tertuju pada pak Gibran kembali.

"Oh, jadi pak Gibran namanya. Dari namanya aja kampungan terdengar." Jordy kembali memanyunkan bibirnya sembari melontarkan kata ejekan.

"Terserah apa katamu yank, tapi kali ini. Aku ingin mengerjakan PR ku sendiri dirumah, ayo antar aku pulang."

Jordy masih terdiam dengan bibir manyun.

"Jadi gak mau nih anterin aku pulang? Ya udah, aku naik taxi aja." Jawab Khanza sembari melangkah pergi lebih dulu.

"Yank.." panggil Jordy dengan nada melas. Khanza menolehnya dengan cetus.

"Aku antar pulang," Ucap Jordy kembali.

"Gitu dong, manyun mulu. Jelek tau," Sambut Khanza dengan merangkul manja lengan Jordy.

"Habisnya, kau selalu memuji dan menyebut nama guru mu itu. Aku kesal mendengarnya, lagipula.. Dia pasti lebih tua dariku bukan?"

"Kata teman-teman sih udah punya anak dan istri. Tapi perawakannya masih sangat terlihat muda dan energik banget, aku jadi suka melihatnya."

"Tuh kan, lagi-lagi memujinya." Jordy mencubit gemas kedua pipi kekasihnya itu.

Khanza meringis dengan menahan tawa akan sikap kekasihnya itu.

🍁🍁🍁

Ini kali pertama, Khanza begitu antusias dan semangat bangun pagi untuk pergi ke sekolah. Seragam sekolahnya yang sudah lusuh kini tampak rapi, rambutnya yang di kuncir satu pun begitu rapi. Wangi semerbak aroma khas parfumnya berubah semakin girly, dia sengaja membelinya saat sebelum bertemu Jordy di kafe.

"Nak, ada apa dengan mu pagi ini?" tanya ibu Khanza mengerutkan keningnya menatap penampilan anaknya yang tak biasa.

"Hum? Ada apa dengan Khanza? Memangnya ada apa dengan ku, Bu?" tanya Khanza heran.

"Heh, elu mau sekolah apa mau kencan?" ucap kakak Khanza dengan jutek.

Namanya Arumi, saat ini dia tengah bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket kecil. Pendidikannya yang hanya lulusan SMA biasa, berkat prestasinya di sekolah ia mendapat bea siswa sehigga berhasil lulus dengan predikat terbaik.

Arumi adalah seorang kakak yang jutek, ceplas ceplos, cantik, tinggi, putih, namun begitu penyayang dan sangat memanjakan adiknya, Khanza. Tak peduli meski ia bersusah payah untuk menyenangkan hati sang adik, tak tanggung-tanggung dia akan tetap melakukannya tanpa ragu.

"Ye, kakak. Kencan apaan, gak lihat nih Khanza pake seragam sekolah?" sahut Khanza dengan cemberut.

"Lalu, sejak kapan kau mulai memakai liptint di bibir mungilmu ini hah?" Jawab Arumi, mencondongkan kepalanya menyentuh bibir ranum Khanza.

"Upz, kelihatan ya kak. Ih, padahal cuma pakai sedikit saja kok." Ujar Khanza menutup bibirnya.

"Bu, lihat nih. Bayi ibu diam-diam mulai suka berdandan, apakah karena adik Jordy? Oh tidak. Dia sudah mengajarkan adik ku mulai berdandan."

"Bukan kak, bukan. Ini bukan karena Jordy, tapi Khanza memang ingin memakainya."

Khanza mulai merengek.

"Khanza, jangan sembarang memakai make up. Kau belum pernah memakainya, nanti kulitmu rusak. Jadi jelek, mau?" Jawab ibu Khanza menakutinya.

"Aah, gak mau. Tidak, Khanza janji ini yang terakhir kali deh." Ucap Khanza mulai ketakutan.

"Ya sudah sana, berangkat. Belajar yang rajin dan kali ini harus tetap raih nilai terbaik, ok." Jawab Arumi dengan nada tegas.

"Siap bos. Ya sudah, bu. Khanza berangkat ke sekolah sekarang."

Ujarnya sembari mencium tangan ibu dan kakak nya dengan santun.

Sesampainya di sekolah, Khanza berjalan dengan melenggak lenggokkan pinggulnya. Memutar-mutar dasi yang melingkar di kerah baju seragamnya.

"Pagi Khanza cantik."

Beberapa teman sekelasnya, beserta sebagian kakak kelas menyapanya dengan sambutan genit ketika Khanza melewatinya. Walau demikian, Khanza juga merupakan siswi tercantik di sekolah nya. Kulitnya begitu putih, rambutnya sedikit bergelombang dengan warna hitam pekat.

Khanza hanya tersenyum tipis menanggapi sapaan mereka yang hampir setiap hari di dengarnya. Baginya, sapaan itu adalah sarapan kedua nya setelah di rumah.

"Khanza !!!"

Panggil Chika dari belakang. Khanza menoleh nya lalu melambaikan tangan padanya.

"Oh Tuhan, ada apa dengan mu pagi ini?" Tanya Chika sembari terus memandangi sekujur tubuh sahabatnya itu dengan mulut menganga.

"Aduh.. Kenapa sih, ada apa dengan ku? Sudah beberapa orang terheran-heran menanyakan hal yag sama sepertimu."

"Kau terlihat sangat rapi dan... Hem, kau pakai parfum berbeda ya pagi ini." Ujar Chika sembari mengenduskan hidungnya ke bagian tubuh Khanza.

"Hehe, aku baru membelinya kemarin. Ehm, aku sedikit bosan dengan wangi parfum yang biasa ku gunakan." jawab nya dengan salah tingkah, menggerakkan bola matanya ke kanan dan kekiri.

Chika terdiam menatapnya tajam. Membuat Khanza semakin kikuk di perhatikannya demikian.

"Apa kau mencoba menarik perhatian pak Gibran?"

Dengan cepat Khanza menutup mulut sahabatnya itu. Lalu melihat sekeliling, beberapa siswa melihatnya dengan bisikan yang pedas.

"Hust, pelankan suaramu Chika.."

Chika mengangguk cepat.

"Gila lu ya, aku hanya.. Aku hanya ingin mengganti parfumku saja. Apa salah?" Tanya Khanza dengan gelagapan.

Chika menggelengkan kepalanya dengan tatapan ragu pada sahabatnya yang mulai menunjukkan sedikit perubahan pada penampilannya saat ini.

Next chapter