1 Bermula

"Kamu tetap tidak mau mengikuti apa kata Ayah?"

"Kalaupun Leandra tidak mengikuti, Ayah tetap akan memaksa 'kan? Percuma Leandra melawan Ayah."

Leandra yang kesal pada Ayahnya karena ingin menjodohkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya. Ia mengambil tas sekolah dan bergegas pergi ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.

"Lea," panggil Ibunya perlahan.

"Ada apalagi, Bu?"

"Ikuti dulu perintah Ayahmu, kalau seperti ini terus menerus kamu juga akan kesulitan sekolah."

"Ibu sama Ayah enggak ada bedanya, ini masalah mimpi dan masa depanku, mengapa harus dipaksakan Bu?"

"Ayah dan Ibu itu berusaha melakukan yang terbaik untuk kamu dan juga adikmu."

"Memangnya enggak ada pilihan lain, Bu? Lea hanya ingin menjadi dokter spesialis tanpa mengorbankan masa depan Lea yang harus menikah dengan laki-laki pilihan Ayah dan Ibu."

"Ibu tentu tahu apa yang kamu inginkan, tetapi ini juga tidak akan menghambat atau bahkan menghancurkan mimpimu."

"Sudahlah, Bu. Lea enggak mau terus menerus berdebat dengan Ibu, Lea pergi."

Leandra meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sekolah. Selama satu semester terakhir ini ia harus berjalan kaki ataupun menggunakan angkutan umum karena ia tidak mau mengikuti perintah Ayahnya. Jika ia ingin mencapai mimpinya sebagai dokter spesialis ia harus mau dijodohkan dengan laki-laki pilihan Ayah dan Ibunya. Belum lagi ia memiliki seorang kekasih.

KRING!

Bel masuk sekolah sudah berbunyi tepatnya pukul 07.30 WIB.

Semua siswa SMA N 2 Jati sudah memasuki kelasnya masing-masing kecuali Leandra yang selalu telat datang ke sekolah. Sudah hampir satu semester ini Leandra selalu telat datang ke sekolah. Bukan karena ia kesiangan tetapi karena ia bermasalah dengan kedua orang tuanya di rumah.

Setibanya di depan kelas ia segera duduk di tempatnya sebelum guru masuk ke kelasnya. Namun, apa boleh buat ia memang akan tetap mendapatkan hukuman karena ia masuk kelas gurunya pun tidak jauh dari situ melihatnya masuk ke kelas.

"Selamat pagi," sapa guru yang memasuki kelas pertama.

"Pagi Ibu," jawab semua siswa dalam kelas tersebut.

Lea terlihat masih sibuk mengatur pernapasannya karena setelah berlari sedari gerbang sekolah.

"Leandra Ishna Nivetha!" panggil guru tersebut.

"Iya, Bu," jawab Leandra yang cuek.

"Saya bosan lihat kamu yang selalu telat, kamu itu pintar tetapi kenapa telat terus? Contohkan yang baik dengan teman dan adik kelasmu Leandra."

"Bu, maaf sebelumnya, tujuan saya pintar juga bukan buat mereka kalau Ibu tidak suka saya terlambat, waktu mengajar Ibu pindah saja jangan pagi hari." Dengan berani Leandra menjawab ucapan guru tersebut dan segera berdiri untuk keluar kelas.

Entah mengapa Lea selalu dituntut untuk sempurna karena kepintarannya.

"Silakan keluar sekarang!"

"Permisi." Lea benar-benar keluar dari pelajaran pertama hari ini.

Tangan Lea ditahan oleh Alcie, ia sahabatnya di kelas tersebut.

"Biarin Ci, lagian juga sudah disuruh pergi ngapain juga aku di sini."

Tangan Alcie dilepaskan, dengan begitu Leandra keluar dari kelas tanpa membawa apapun selain ponsel di dalam sakunya.

Guru yang mengajar pada kelas pagi hari semakin kesal dengan tingkah Leandra, ia memang pintar akan tetapi tidak seperti anak pintar yang selalu menurut, kutu buku dan mengikuti perintah sekolah. Leandra berbeda.

Leandra Ishna Nivetha merupakan gadis keturunan Jakarta Bandung ini memiliki paras cantik, tinggi mencintai kebebasan tetapi ia memiliki otak yang pintar.

Leandra juga merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ia memiliki seorang adik laki-laki yang usianya tidak jauh berbeda dengannya. Ia 2 tahun lebih muda dari Leandra yakni sedang bersekolah kelas 10 SMA. Mereka ada pada satu sekolah yang sama.

Kring!

Waktu istirahat tiba, kini Leandra kembali ke kelasnya dengan wajah kesalnya.

"Lea," panggil Alcie yang mendekati Leandra.

"Apa, Ci?"

"Kamu kenapa telat lagi? Ada apa di rumah? Bangun siang atau apa sih?"

"Bangun sih pagi, tetapi kamu tahu sendiri 'kan? kalau aku itu harus jalan kaki selama 1 semester ini? Itu yang buat aku selalu telat. Belum lagi aku harus berdebat dengan Ayah dan Ibu di rumah. Rasanya pengin banget tinggal di rumah sendirian enggak ada siapapun tetapi sadar aku miskin juga tanpa mereka."

"Lagian apa salahnya minta maaf sama orang tua kamu Lea atau ikuti dulu perintahnya, supaya diantar lagi kalau begini terus bisa ketinggalan banyak pelajaran loh. Kalau mau menginap beberapa hari juga bisa kok di rumahku."

"Aku enggak peduli selama itu bukan pelajaran mipa, Ci. Malas banget sama guru di sekolah ini hal kecil saja diributkan. Repot amat sih hidupnya. Kalau untuk menginap rasanya enggak usah Ci, enggak apa-apa kok, aku coba tahan dulu semua ini."

"Kayaknya kamu ada masalah lain, apa Adrian?"

Leandra memberikan ponselnya pada Alcie.

"Hah! Ini apa?"

"Kasus, anak itu berkasus di kampusnya, sepulang sekolah nanti aku mau ke kampusnya ngasih dia pelajaran saja sekalian."

"Aku ikut, kamu enggak boleh pergi sendirian Lea."

"Oke, tetapi jangan pakai baju sekolah biar enggak kelihatan kita masih sekolah."

"Aman, nanti juga lewat rumahku."

Mereka berencana untuk langsung bertanya pada Adrian mengenai kasusnya karena tidak lain jika laki-laki itu adalah kekasih Leandra.

Leandra tidak pernah main-main dengan apa yang diucapkannya apalagi ia memang memiliki jiwa yang berani.

Waktu pulang sudah tiba, kini mereka siap untuk menemui Adrian.

Sekitar 20 menit mereka melakukan perjalanan menggunakan mobil Alcie, kini sudah sampai di kampus Adrian tersebut.

"Di mana orangnya Lea, kampusnya luas banget loh ini."

"Kalau ditelepon masih mau jawab enggak ya?"

"Coba deh, siapa tahu mau jawab."

Leandra segera meraih ponselnya.

["Iya sayang, ada apa?"]

"Kamu di mana?"

["Aku di kampus, kenapa nih?"]

"Aku tunggu di taman depan fakultas kamu sekarang."

Segera Leandra matikan panggilan tersebut.

Kini mereka memantai dari dalam mobil sampai Adrian terlihat dan tidak lama kemudian ada Adrian yang terlihat mencari seseorang.

Leandra segera keluar dari mobil dan menghampiri Adrian. Sedangkan Alcie memandangi dari dalam mobilnya karena ia tidak mau ikut campur dalam permasalahan itu kecuali jika ia dibutuhkan nantinya.

"Hai sayang kok di sini?" tanya Adrian dengan tangan yang hendak meraih jemari Leandra.

Plak!

Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipi Adrian.

"Apa-apaan ini?"

"Kamu enggak usah sok polos ya, kamu selingkuh 'kan? Oh iya sudah berapa bulan kandungan selingkuhan kamu?"

"Maksud kamu apa?"

"Kamu masih pura-pura bego atau bagaimana sih? Lihat ini?" Leandra menunjukkan sebuah video dalam ponselnya, video tersebut berisi Adrian dan selingkuhannya bermesraan dan juga beredar poster jika mahasiswi kampusnya hamil dengan inisial yang merujuk pada selingkuhan Adrian tersebut.

"Itu apa maksudnya? Aku enggak tahu apa-apa sayang."

"Sumpah ya, otak kamu sekarang dibawa apa masih tertinggal sih Adrian!"

avataravatar
Next chapter