8 Raja Serigala

Author : PeWe

Editor : PeWe

Bubur itu cukup enak sehingga Arthur dapat dengan cepat menghabiskan makanannya, walaupun begitu rasa laparnya tak kunjung mereda.

Kemudian dia mengulurkan mangkok kosong itu ke arah Nina,

"Tambah lagi,"

Mendengar itu Nina tersenyum senang, dia mengambil mangkok itu dan berkata dengan sopan,

"Baik Tuan Muda,"

Setelah menghabiskan 3 mangkok bubur Arthur baru merasa kenyang,

"Ah, kenyangnya.."

Dia dengan santai berbaring di lantai dan melihat ke perutnya yang membuncit, dia merasa aneh.

Kenapa sekarang dia jadi banyak makan? Di kehidupan sebelumnya, Arthur bukanlah orang yang suka makan dengan porsi besar.

Apakah ini karena pengaruh tubuh barunya?

Sepertinya memang seperti itu, toh Arthur tidak peduli, dia hanya makan ketika dia lapar. Bukan seolah olah Arthur akan makan kapanpun dan dimanapun dia berada.

Melihat Arthur yang saat ini terbaring di lantai dengan perut kembung, kedua wanita itu tertawa pelan.

"Bell, melihat anakmu lagi dia sebenarnya cukup imut,"

"Benarkan? Aku beberapa kali hampir memakannya karena terlalu gemas.."

Tentu saja Bella sedang bercanda.

Silvia yang saat ini berada dalam gendongan Claire juga sedang melihat pada Arthur yang berbaring di lantai. Dia menggeliat dan menjulurkan kedua tangan putih kecilnya ke Arthur seolah olah ingin mendekat padanya.

"Auh uhh bahh.."

Claire juga merasakan pergerakan Silvia,

"Apa kau ingin turun, sayang?"

Lalu Claire menurunkan Silvia di lantai dengan lembut, kemudian Silvia merangkak menuju Arthur dan dengan cepat menaiki perut Arthur yang terlentang.

Tubuh Arthur cukup besar untuk ukuran bayi Serigala berumur 1 tahun, bahkan tingginya hampir mencapai satu meter.

"Uh.."

Arthur membuka matanya ketika dia merasakan beban di atas perutnya yang buncit, disana dia melihat bayi rubah kecil berwarna putih yang sedang duduk di atasnya.

"Aduh, Jika kau terus melakukan itu aku akan segera memuntah isi perutku, kau tau?"

Mendengar suara protes Arthur, Silvia malah tertawa senang dan mulai menggigiti hidung hitam Arthur.

"Tunggu, Itu geli! Hahahaa.."

Arthur tertawa keras, hidung merupakan organ yang sangat sensitif bagi serigala, sehingga dengan menggunakannya serigala normal mampu mencium bau bermil mil jauhnya.

"hahaa, baiklah jika kau ingin bermain, maka aku akan bermain denganmu,"

Setelah Arthur datang ke zaman ini, dia sebenarnya cukup kesepian saat menjalani kehidupannya. Meskipun ada Nina ,Bella dan pelayan lainnya, mereka tidak benar benar bersenang senang dengannya.

Ukuran Arthur yang lebih kecil dari mereka juga membuat dia merasa sedikit terintimidasi saat berada di dekat mereka, perasaan itu bukan datang dari Arthur tetapi dari insting garis keturunan serigala yang dimilikinya.

Jadi mengetahui fakta bahwa ada makhluk yang lebih kecil darinya membuat Arthur cukup senang.

Dengan kedua tangannya, Arthur membalikkan posisinya dengan Silvia.

Sekarang Arthur berada di atas dan Silvia di bawah, kemudian Arthur mulai menggigit hidung kecil Silvia dengan ringan yang menyebabkannya tertawa senang.

"Hahaa.."

Tanpa sadar Arthur terbawa suasana dan mulai menggigit ringan semua bagian leher Silvia yang ramping, dia juga mulai menjilati wajah kecil berbulu milik Silvia.

Telinganya juga tak luput dari sentuhan Arthur yang menyebabkan Silvia tertawa kegirangan.

Ketika mata biru Aquamarine Arthur dan mata merah Ruby Silvia bertemu, mereka tiba tiba tertegun secara bersamaan seolah terpesona oleh keindahan yang dimiliki masing masing pihak.

"Ehem!"

Bella yang juga melihat ekor Abu abu Arthur bergerak dengan panik tersenyum dan terbatuk ringan,

"Arthur bisakah kau mengajak Silvia jalan jalan diluar sebentar? Ada hal penting yang perlu Mama bicarakan dengan Bibi Claire," Claire juga dengan cepat menanggapinya,

"Iya bisakah kau melakukannya?"

Mendengar hal itu sontak membuat Arthur tersadar dan mulai menjauhkan diri dari Silvia yang menyebabkan Silvia merengek pelan.

"Keluar?"

Jika benar ada kesempatan bagi Arthur untuk bisa keluar dari sini dan menghirup udara segar maka ia tanpa ragu akan menyetujuinya.

"Iya, dan juga kau bisa membawa Silvia menggunakan benda ini,"

Bella melambaikan tangannya, tiba tiba benda setengah bulat muncul dari tembok dibelakangnya.

Benda itu cekung di tengah dan dengan aneh melayang diatas lantai. Melihat hal itu membuat Arthur terpukau,

"Ini?"

"Ini adalah Gadget yang digunakan untuk membawa bayi, sebenarnya ini milikmu tapi karena beberapa hal jadi tidak pernah kukeluarkan,"

Bella tersenyum saat mengatakan hal itu,

'Yah, itu karena kau berjalan sebelum waktunya,'

Lalu Bella melambaikan tangannya lagi, kali ini tembok putih di depannya terbuka secara misterius yang memperlihatkan taman bunga berukuran besar.

Melihat ini membuat mulut Arthur menganga sebentar, dia kemudian merasakan tarikan lemah dikakinya, Arthur melihat itu ternyata Silvia yang ingin bermain lagi.

Lalu dia dengan cepat menggendong Silvia dan memasukkannya pada Gadget terbang itu.

Setelah masuk, sabuk pengaman kecil keluar secara otomatis dan mengunci pinggang kecil Silvia pada Gadget.

"Kalau begitu, permisi",

Arthur mengucapkan salam lalu dengan cepat mendorong Gadget itu keluar.

Beberapa waktu kemudian Claire bertanya pada Bella,

"Jadi, bagaimana pengembangannya?"

Bella kemudian mengambil secangkir teh yang disediakan dan menyeruputnya dengan santai.

"Kata suamiku, kami sudah mulai memproduksi Spaceship sesuai jadwal,"

"Tepatnya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses produksinya,"

Bella terdiam sebentar lalu menjawab dengan tenang,

"Jika tidak ada yang terjadi, paling cepat 5 tahun akan selesai. Jadi nikmatilah waktumu selagi masih di sini, segera kita semua harus meninggalkan planet ini dan menuju ke planet selanjutnya,"

Mendengar itu dari Bella sendiri membuat Claire merenung cukup lama.

Sedangkan Arthur dan Silvia sedang bersenang senang di taman, tak tahu hal mengerikan apa yang akan terjadi di Bumi.

Arthur menarik nafas dalam dalam kemudian ia hembuskan secara perlahan.

"Ahh, sudah lama sejak aku menghirup udara segar, aku hampir melupakan aromanya,"

Kemudian Arthur memetik salah satu bunga dan menghirup aromanya secar perlahan, ini wangi. Arthur kemudian melihat Silvia yang mencoba meraih bunga di tangannya.

"Ini, coba hirup,"

Silvia kemudian membuka mulunya lebar lebar dan memakan kelopak bunga itu utuh. Dia mengunyahnya sebentar lalu menelannya dengan senang.

Silvia lalu merentangkan kedua tangannya pada Arthur seolah meminta lebih.

"Eh, sepertinya bunga itu bisa dimakan?"

Dia kemudian memetik salah satu bunga berwarna merah muda dan mengunyahnya perlahan,

"Ini sebenarnya terasa manis,"

Setalah memakan bunga itu, dia merasakan kesegaran aneh yang membasuh tubuhnya.

'Apa itu tadi?'

Bunga ini sebenarnya bisa menyebabkan efek segar yang menakjubkan.

Arthur kemudian memetik beberapa bunga dan segera mendorong Gadget itu menuju ke tengah-tengah taman.

Beberapa kali dia bertemu dengan anggota keluarga Dirusfus yang menyapanya dengan hormat. Ada beberapa anggota keluarga seumuran Arthur yang sedang diajak jalan jalan oleh Ayah atau Ibunya.

Ketika mereka berpapasan pihak lain pasti terkejut saat melihat Arthur, itu adalah hal yang aneh saat melihat seorang bayi mendorong bayi lainnya, tapi tetap mereka menyapanya dengan sopan.

Dia hanya akan berhenti sebentar ketika ada hal yang membuatnya tertarik, salah satunya adalah Air Mancur.

Sebenarnya bukan Air Mancurnya yang membuat Arthur tertarik, tetapi ikan dalam kolam itu.

Ikannya masih berbentuk ikan, tidak menumbuhkan sepasang kaki seperti dalam bayangan Arthur, tapi ikan itu anehnya mengeluarkan cahaya warna warni yang terang. Dia berpikir sejenak,

'Yah, mungkin karena mutasi genetik atau karena pengaruh Energi Alam,'

Beberapa waktu kemudian Arthur mulai kelelahan, melihat di kejauhan dia masih belum menemukan garis akhir taman ini.

"Sebenarnya seberapa besar taman ini?"

Arthur kemudian melanjutkannya sebentar dan melihat beberapa baris bunga yang lebih tinggi dari bunga-bunga lainnya, bunga-bunga itu sepertinya membentuk pagar yang melindungi hal di tengah.

Ketika Arthur mendekat, pagar bunga itu terbuka dengan sendirinya dan memperlihatkan tanah lapang dengan diameter 50 meter.

Tepat di tengah lingkaran Arthur dapat melihat sebuah batu besar dengan berbagai ukiran kuno yang bercahaya di permukaannya.

Diatas batu itu tampak Serigala Abu Abu gelap yang sangat besar sedang duduk bersila, ketika Arthur melihatnya Sosok itu juga memperhatikan Arthur dengan mata biru gelap miliknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Author lnjut yak.

avataravatar
Next chapter