16 Bab 16 - Hadiah

Mereka berdua tertegun sejenak secara bersamaan, siapa yang mengira bahwa orang yang mereka ajak bicara pada siang hari akan menjadi teman sekamar mereka sore ini.

Jika ditanya, Bobersey tidak akan percaya bahwa kebetulan semacam ini itu ada, tetapi hal tersebut terjadi padanya sekarang ini.

"Aku tidak percaya ini, itu benar kamu kan, Bro?" kata Bobersey kaget.

Arthur sendiri juga sedikit terkejut, memangnya berapa banyak kemungkinan mereka dapat tinggal sebagai teman sekamar? Sangat sedikit,

"Iya ini aku, sungguh kebetulan kan?"

Bobersey yang masih di depan pintu berkata dengan nada bersemangat,

"Tapi bagaimana ini mungkin?"

"Lebih baik kau masuk terlebih dahulu dan taruh barang-barangmu di situ," kata Arthur sambil mengarahkan jarinya pada tempat tidur yang lain, dia melanjutkan,

"Maaf tapi aku sudah memilih kasur ini, yang tersisa hanya itu, siapa cepat dia dapat."

"Itu tidak apa-apa, tapi bro, kenapa kau tidak bilang kalau kau punya bakat tingkat B, jika tidak, aku tidak akan begitu terkejut saat ini," kata beruang kutub itu saat dia masuk ke dalam ruangan dan duduk di kasur yang bukan milik Arthur.

Arthur terkekeh dan kembali berbaring di kasurnya,

"Salah sendiri tidak bertanya, lagian kau juga tidak memberitahuku tentang bakatmu."

"Hehe, maaf maaf, bakatku 80% dengan elemen air 80% dan es 30%" jawab Bobersey.

Setelah merapikan barang-barangnya, dia duduk di pinggir tempat tidur sambil memandang Arthur yang berbaring di tempat tidur yang lain,

"Bro, boleh aku pinjam kartumu? Aku akan menambahkanmu ke daftar temanku."

Tanpa memikirkannya, Arthur segera mengambil kartunya dan melemparkannya kepada Bobersey yang dengan tanggap menangkap kartu tersebut,

"Ini."

"Terima kasih, Bro"

Arthur kemudian memandang keluar jendela, di sana terlihat langit gelap yang berwarna oranye, sepertinya hari mulai malam,

"Hari mulai petang, Bob, aku akan tidur terlebih dahulu."

Tanpa menunggu respon Bobersey, dia menutup matanya dan mulai tertidur.

Ketika Arthur membuka matanya lagi, dia berada di tempat yang familiar baginya, Spaces.

Spaces saat ini sudah tidak terlalu gelap lagi, terima kasih pada tanaman Lightfood yang Arthur curi dari keluarganya, berkat tanaman itu keadaan Spaces sudah tidak suram seperti biasanya.

Arthur juga memasukkan semua barang-barangnya ke dalam Spaces kecuali yang dari sekolah karena tidak sempat.

Dia bahkan membawa tempat tidur miliknya, tempat penampungan air, lemari pakaian dan benda-benda tidak penting lainnya.

Walaupun dia saat ini hanya berupa kesadaran, di dalam Spaces dia mampu menggunakan kesadaran itu untuk menggerakan sesuatu seolah-olah tubuh aslinya berada di sini.

Ketika masuk ke dalam Spaces, Arthur merasa bisa melakukan apapun hampir seperti dia Dewa di tempat ini, itu adalah perasaan yang mencandukan.

Perlahan Arthur menggerakkan kesadarannya untuk melayang menuju tempat tidur dan duduk diatasnya, dia juga memperpanjang kesadarannya menuju tas-tas kecil yang merupakan hadiah dari keluarganya.

Tas-tas itu dengan tenang melayang menuju Arthur yang berada di tempat tidur, setelah sampai Arthur perlahan membuka bungkusan kain kecil hadiah dari ibunya.

Di dalam bungkusan kain itu ada sebuah kalung berwarna merah bening dengan rune di sekelilingnya dan secarik kertas kecil.

Ada tulisan tangan milik ibunya di kertas tersebut, tulisan itu menjelaskan tentang nama dan kegunaan kalung yang saat ini dipegang Arthur.

"Warm Necklace, kalung ini dapat menghangatkan pemakainya saat berada di tempat dingin, aku harap dengan memakai kalung ini kau tetap merasa bahwa aku selalu ada di sampingmu kapanpun dan dimanapun, tertanda ibumu," kata Arthur saat dia membaca tulisan di kertas tersebut.

Arthur sedikit tersentuh saat membaca ini, walaupun kalung tersebut terlihat tidak berguna tetapi jika dipakai dengan benar kalung tersebut dapat menyelamatkan hidup seseorang, apalagi letak sekolahnya saat ini berada di dekat Pegunungan Himalaya, suhu normal di sini saja lebih dingin daripada suhu di kota tempatnya berasal.

Arthur kemudian beralih ke kotak yang diberikan oleh Nina, dia perlahan membuka kotak tersebut menggunakan kesadarannya.

Setelah terbuka, Arthur dapat melihat sebuah benda berbentuk gelang di dalam kotak tersebut.

Gelang?

Namun ketika dia melihatnya lebih dekat, bentuknya terlihat familiar di mata Arthur. Gelang tersebut seperti smartcell yang dimiliki Nina, hanya saja bentuknya berbeda.

"Aku tidak percaya Nina memberiku benda ini," kata Arthur dengan nada senang.

Itu karena di bumi ini, smartcell hanya boleh dimiliki oleh orang yang sudah berusia di atas 10 tahun, jadi secara resmi ini ilegal bagi Arthur untuk memiliki smartcell pribadi.

Bagi Arthur, smartcell seolah-olah sebuah perpustakaan portabel yang mudah dibawa-bawa, sehingga hal tersebut sangat berguna bagi Arthur nantinya.

Namun untuk menjadikan smartcell tersebut menjadi miliknya sendiri diperlukan beberapa autentikasi dari tubuh fisik Arthur, sayangnya yang berada di Spaces saat ini hanyalah tubuh rohaninya, jadi Arthur mengembalikan smartcell itu kembali ke tempatnya dan mengalihkan pandangannya pada tas ukuran sedang dari ayahnya, Bastian.

Sebenarnya Arthur berharap bahwa hadiah dari ayahnya sedikit lebih baik dari hadiah dari ibu dan pelayannya, itu karena Bastian adalah kultivator dengan tingkat tertinggi di dalam Keluarga Dirusfus, jadi wajar jika Arthur berpikir seperti itu.

Arthur perlahan membuka ikatan tali tas tersebut dan mengeluarkan benda-benda yang tersimpan di dalamnya.

Yang pertama adalah kantong kecil, lalu beberapa buku aneh, kemudian karpet kecil berdiameter 1 meter dan yang terakhir adalah sebuah bola berwarna hijau beserta catatan kecil bertuliskan 'Pecahkan bola itu ketika kau dalam bahaya'.

Meski Arthur tidak tahu benda macam apa yang diberikan oleh ayahnya, dia tetap merasa sedikit hangat di dalam hatinya.

Dia pertama kali membuka kantong kecil itu dan mengeluarkan bagian dalamnya, Arthur melihat kurang lebih 25 kristal kecil dengan warna keruh yang aneh. Hal tersebut membuat Arthur berkata dengan nada terkejut,

"Batu Alam? Total ada 25?!"

Walaupun Arthur belum mengetahui fungsi sebenarnya dari Batu Alam tetapi dia tahu bahwa masing-masing batu tersebut sangat berharga bagi para kultivator.

Arthur tidak menyangka bahwa ayahnya akan memberikan sejumlah besar Batu Alam kepadanya. Setelah menenangkan diri dia perlahan memasukkan batu tersebut satu persatu kembali ke dalam kantong kecil itu.

Kemudian Arthur dengan tenang mengambil salah satu buku, tetapi ketenanganannya hilang entah ke mana ketika membaca judul buku tersebut,

"Panduan dasar dalam berkultivasi?"

Dia menggosok kedua matanya yang tidak ada, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ketika Arthur melihat buku itu lagi, masih terdapat kata-kata tersebut di sampul buku itu.

Meskipun dia tahu bahwa di sekolahnya nanti dia juga akan mempelajarinya, tapi siapa yang tidak ingin berkultivasi terlebih dahulu dibandingkan siswa baru lainnya.

Melihat bahwa buku pertama adalah panduan berkultivasi, Arthur tertarik untuk melihat judul buku yang lainnya.

Dia lalu mengambil buku yang kedua, buku tersebut berwarna oranye dengan tulisan merah berapi-api,

"Teknik Fireball tingkat dasar?!" kata Arthur dengan nada tinggi, sebenarnya Arthur bukan orang yang mudah terkejut tetapi keadaannya akan berbeda jika dihadapkan dengan kekuatan super yang fantastis dan imajiner.

Dia kemudian membaca penjelasan kecil di sampul buku Fireball itu,

"Menggunakan Energi Alam untuk membuat bola api seukuran kepalan tangan yang dapat membakar musuh-musuhmu"

Tidak sabar, dia juga mengambil buku yang ketiga, buku itu berwarna biru muda yang terlihat anggun dengan tulisan putih bersih, Arthur membaca judul buku tersebut dengan nada yang sama senangnya seperti sebelumnya,

"Teknik Waterball tingkat dasar? Menggunakan Energi Alam untuk membuat bola air yang dapat melukai musuh-musuhmu."

Kemudian dia menjangkau buku keempat, buku itu berwarna hijau yang terlihat sederhana, tapi tidak ada kesederhanaan apapun dalam judulnya,

"Teknik Wind Slice? Menggunakan Energi Alam untuk membuat sabit angin yang dapat mengiris musuh-musuhmu."

Dia lalu meraih buku yang terakhir dengan kesadarannya dan membaca judulnya dengan cepat,

"Teknik Earthwall tingkat dasar? Menggunakan Energi Alam untuk membentuk dinding batu yang dapat menahan serangan dari musuh-musuhmu."

Di antara kelima buku dari ayahnya, hanya buku Teknik Wind Slice yang lebih tebal dari buku lainnya, sepertinya teknik tersebut lebih kompleks dari teknik lainnya.

Arthur lalu mengalihkan pandangannya pada karpet kecil berbentuk bundar, di atas karpet tersebut bertuliskan rune-rune aneh yang tidak dimengerti Arthur.

Arthur mencoba mencari catatan atau tulisan dari ayahnya tetapi dia tidak menemukannya. Dikarenakan dia tidak mengerti fungsi karpet tersebut, Arthur kembali memasukkan karpet itu ke dalam tas tempatnya berasal.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

avataravatar
Next chapter