15 Bab 15 - Teman Sekamar

Arthur berjalan menuju pos berikutnya sambil memandangi kaca bening di tangannya. Di sana terdapat foto dan identitas Arthur,

KARTU IDENTITAS

Nama    : Arthur Dirusfus

Jenis    : Canis Dirus

Umur    : 5 tahun

Kelas     : B3

Asrama : No. 324

Bakat    : Tingkat B (80%)

Elemen    : Tidak ada (0%)

Kultivasi : -

Batu Alam : 5 buah

MISI    DAFTAR TEMAN PETA

Kata-kata misi dan daftar teman yang tertulis dengan huruf tebal membuat Arthur penasaran melihatnya,

Apa ini? Dia perlahan mengetuk kata 'misi' lalu layar kartu identitas berganti menunjukkan daftar-daftar aneh yang tidak diketahui Arthur.

DAFTAR MISI

▪️Berburu Snow Ant, 1 Batu Alam/tubuh.

▪️Temukan Rocky Finger, 1 Batu Alam/3 buah.

▪️Temukan White Grass, 1 Batu Alam/10 buah.

▪️Berburu Green Lizz, 2 Batu Alam/tubuh.

▪️Berburu Birdy Fox, 2 Batu Alam/tubuh.

▪️Temukan Frozen Kale, 3 Batu Alam/buah.

...

"Menarik," kata Arthur terkejut.

Semakin lama Arthur menggeser ke bawah, semakin banyak nama-nama aneh yang belum pernah dia dengar ketika Arthur masih di rumah Keluarga Dirusfus. Ini membuat Arthur sangat senang, ternyata masih banyak hal-hal baru yang belum diketahuinya. Hingga dia mencapai bagian terbawah dari misi,

▪️Bunuh Giant Foot, 15 Batu Alam/tubuh.

Giant Foot? Dari nama dan hadiahnya Arthur dapat mengetahui bahwa makhluk tersebut pasti sangat berbahaya, apalagi misi tersebut berada di urutan paling bawah seolah-olah tidak ada yang mau mengambil misi tersebut.

Arthur kemudian mengetuk kata 'daftar teman' dan layar kartu identitas tersebut berganti lagi, kali ini menunjukan kata-kata yang berbeda,

DAFTAR TEMAN

▪️

▪️

...

Seperti yang diduga Arthur, daftar temannya kosong. Dia yakin daftar teman milik para siswa baru lainnya juga kosong.

Sedangkan kata 'peta', tanpa diberitahu siapapun Arthur sudah tahu apa kegunaan dari peta tersebut, setelah mengetuknya Kartu Identitas Arthur lalu menunjukan denah lokasi Sekolah Sea White.

Dia kemudian mencari hal-hal lainnya di dalam Kartu Identitasnya.

Melihat bahwa tidak ada hal lagi yang perlu diperhatikan di kartu identitasnya, Arthur lalu memasukkan kartu itu ke dalam tas kecil miliknya.

Dia kemudian mengalihkan pandangannya pada pos di depannya, berbeda dengan pos sebelumnya yang dikhusukan untuk registrasi, pos ini untuk pemberian bekal bagi para siswa baru, terdapat antrian kecil di pos tersebut.

Arthur dengan santai masuk ke dalam antrian kecil itu, menunggu gilirannya. Setelah menunggu selama beberapa napas, ini giliran Arthur untuk mengambil perbekalannya.

Namun dia terdiam ketika melihat petugas itu, petugas itu berwujud kelinci putih dengan tinggi yang sama dengan Arthur, matanya terpaku pada bagian dada makhluk itu.

Bagaimana bisa jadi sebesar itu? Arthur berkata dalam hati.

Pakaian berwarna putih biru miliknya tidak sanggup menutupi seluruh bagian dadanya, sehingga banyak bagian dari hal tersebut terekspos keluar.

Bahkan aset ibunya tidak sebesar milik kelinci tersebut dan kelinci itu masih terlihat berumur cukup muda.

Namun hal tersebut tidak membuat Arthur tertarik atau terangsang pada kelinci itu, dia hanya merasa aneh. Bahkan di kehidupannya sebelumnya, tidak banyak orang dewasa yang memiliki aset dengan ukuran tersebut.

Melihat Arthur yang terbengong membuat alis kelinci itu berkedut tidak teratur, dia berkata dengan nada marah,

"Apa kau hanya berdiri di sana terus-terusan menatap dadaku atau mengambil benda-benda ini dan dengan cepat segera pergi sini?"

Mendengar itu membuat Arthur menggaruk bagian belakang kepalanya dan terkekeh pelan tanpa rasa bersalah,

"Maaf maaf, aku jarang melihat orang yang memiliki aset dengan ukuran seperti itu, apalagi yang masih muda."

Melihat Arthur yang berkata seperti itu membuatnya tambah emosi,

"Masih muda? Memangnya berapa umurmu? 9 tahun? Dan kau sudah semesum ini? Cepat berikan kartumu dan pergi dari sini!"

Arthur tertawa pelan.

"Ini," Dia dengan santai memberikan kartu identitasnya tanpa mengoreksi perkataan kelinci itu.

Setelah menerimanya, kelinci itu menggesekkan kartu milik Arthur pada suatu benda yang terlihat seperti mesin EDC(Electronic Data Capture) di supermarket-supermarket pada kehidupan Arthur sebelumnya.

Kemudian sebuah kotak besar keluar dari tempat penyimpanan di sampingnya, kelinci betina itu lalu menyerahkan kotak tersebut kepada Arthur yang menerimanya dengan mudah menggunakan satu tangan.

Ini semua karena rutinitas malam hariannya yang membuat Arthur cukup bugar di usianya.

Setelah mengambil Kartu Identitasnya lagi, Arthur berjalan pergi sambil mengucapkan terima kasih,

"Terima kasih dan sampai bertemu lagi, Nona Kelinci."

Dalam perjalanan, Arthur membuka map di kartunya untuk mencari lokasi asrama bagi siswa baru. Setelah ketemu, dia mengetuk beberapa kali dan akhirnya sebuah panah penunjuk muncul di kartu itu.

Arthur berjalan mengikuti arahan itu sambil menikmati pemandangan sekolah, dalam perjalanan dia juga menemukan berbagai jenis hewan yang semuanya memakai pakaian berwarna putih.

Setelah waktu yang dibutuhkan untuk minum kopi, dia akhirnya sampai di asrama sekolah.

Asrama itu sangat besar tetapi terlihat sederhana, bentuknya persegi panjang yang terlihat tidak menarik. Dari luar Arthur dapat mengetahui bahwa asrama itu memiliki 5 lantai yang terlihat identik.

Namun di lantai terbawah ada lusinan prasasti bertuliskan rune-rune aneh yang tidak diketahui Arthur.

Prasasti tersebut mengeluarkan Energi Alam secara berkala yang dapat digunakan untuk kultivasi bagi para penghuni di asrama tersebut.

Arthur kemudian masuk ke dalam asrama tersebut melalui pintu gerbang di depannya. Namun hal pertama setelah dia memasuki asrama adalah sebuah lift.

Lift? Arthur berpikir dalam hati. Biasanya setelah masuk ke dalam sebuah gedung hal pertama yang dilihat adalah lobi atau semacamnya, tetapi apa ini? Lift? Di depan pintu masuk?

Namun sebuah dorongan membuatnya terbangun dan masuk ke dalam lift tersebut,

"Hey, jangan menghalangi jalanku, kau mau pergi ke lantai berapa?" kata orang yang mendorong Arthur.

Arthur melihat bahwa yang berbicara padanya adalah seorang banteng muda berwarna abu-abu.

"Apa kau tahu di mana kamar nomor 324?" kata Arthur malah balik bertanya.

"324? Aku tidak tahu, tapi setiap lantai asrama ini dikhusukan untuk setiap jenis bakat, lantai terendah bagi orang dengan bakat tingkat A sedangkan lantai tertinggi bagi orang dengan bakat tingkat E, bagaimana denganmu?" banteng tersebut dengan senang hati menjelaskan kepada Arthur.

"Bakatku tingkat B," kata Arthur singkat.

"Benarkah? Bakat tingkat B cukup jarang di sini, jika kau ingin mencari kamarmu, kau bisa mencarinya di lantai 2 sedangkan aku mau pergi ke lantai 3," banteng itu kemudian menyentuh tombol hologram di tembok lift tersebut.

Lift tersebut kemudian naik dengan cepat dan segera berhenti lagi,

"Ini lantai 2," kata banteng itu sambil menunjuk ke lantai tersebut.

Arthur berjalan santai keluar dari lift, dia lalu menyatukan kedua tangannya seraya berkata,

"Terima kasih atas bantuannya, aku akan mengingat hal ini."

Hal tersebut membuat banteng tersebut cukup senang dan malu,

"Hehe, tak usah dipikirkan, kita sesama siswa baru harus saling membantu satu sama lain."

"Kalau begitu aku harus segera mencari kamarku," kata Arthur sambil berjalan pergi, tapi suara keras dari belakangnya hampir menghentikan Arthur berjalan.

"Jika kau menghalangi jalanku lagi, aku akan segera menyerudukmu!"

Mendengar itu membuat Arthur tersenyum dan melambaikan tangan kanannya.

Di kehidupan sebelumnya, dia pernah membaca beberapa novel tentang kultivasi. Hampir di setiap novel tersebut dijelaskan bahwa dunia kultivasi adalah dunia yang kejam di mana ikan besar makan ikan kecil dan ikan kecil makan udang.

Namun setelah mengalaminya sendiri, ternyata dunia ini tidak seburuk itu, masih ada orang yang mau membantu orang lain yang kesulitan, apalagi yang baru mereka temui.

Setelah waktu yang dibutuhkan untuk minum teh, Arthur akhirnya menemukan kamar yang bertuliskan nomor 324 di atas pintu.

Seolah menyadari bahwa Arthur datang, pintu itu terbuka dengan sendirinya.

Arthur perlahan memasuki ruangan tersebut, ukuran ruangan tersebut cukup besar, ada 2 kamar tidur, 2 buah meja, 1 kamar mandi dan beberapa furnitur lainnya. Masing-masing dari kasur tersebut berukuran 2 meter x 1 meter.

"Huh, sepertinya aku akan mempunyai teman sekamar," kata Arthur pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju tempat tidur yang dekat dengan jendela.

Setelah meletakkan semua barang yang dia bawa, dia berbaring dengan santai di kasur sambil menunggu teman sekamarnya datang.

Sekitar waktu yang dibutuhkan untuk makan, suara pintu terbuka membuat Arthur mengalihkan pandangannya pada pintu tersebut,

"Bob?"

"Arthur?"

.

.

.

.

.

.

.

Note : Waktu dibutuhkan untuk minum teh & kopi = 5 - 15 menit.

Waktu dibutuhkan untuk makan = 15 - 30 menit.

avataravatar
Next chapter