12 Bab 12 - Perpisahan

Author. : PeWe

Editor. : PeWe

Publik sepertinya dibuat terkejut lagi dan lagi, pertama karena Arthur memiliki kompatibilitas elemen 0% yang menggelikan dan sekarang karena bakat elemen langka milik Silvia yang fantastis.

Bayangkan saja, kultivator normal hanya memiliki kompatibilitas elemen sebesar 1% sampai 70%, kultivator disebut jenius jika mereka memiliki kompatibilitas di atas 70%.

Namun, keberadaan Silvia benar-benar menjungkirbalikkan fakta itu, apa 70%? Dia memiliki 300% bakat elemen es. Seolah-olah tujuan munculnya bakat Silvia adalah untuk menampar semua jenius yang ada.

Hal itu dapat dijelaskan ketika Silvia mengeluarkan teknik es biasa, kekuatan teknik tersebut akan menjadi 4 kali lipat dari kekuatan normalnya.

Di samping itu, dia juga memiliki bakat elemen air sebesar 100%, hal itu seperti menambahkan krim dalam pai yang sudah enak.

Silvia tidak memperdulikan orang-orang yang menatapnya seperti melihat hantu, dia saat ini berlari dengan gembira menuju Arthur yang masih terbengong-bengong.

'Ini nyata?'

"Kak! Bagaimana menurutmu hasil uji cobaku? Tidak buruk kan?"

Arthur kembali sadar, dia tidak kuasa menahan senyumannya dan mengelus kepala berbulu Silvia,

"Tidak buruk? Kau ratusan kali lebih baik dariku, kau tahu?"

"Hehee .." dia sepertinya menikmati dipuji seperti itu.

"Tapi serius, kau benar-benar mengejutkanku, apa yang kau makan hingga memiliki bakat seperti itu?" kata Arthur bercanda.

"Aku suka makan stroberi dan vanila, mungkin jika kakak memakannya juga kau akan memiliki bakat yang bagus," kata Silvia yang masih ceria seperti biasanya.

Arthur memutar bola matanya dan bicara dalam hati,

'Jika makan stroberi dan vanila dapat membuatmu jadi jenius, maka jenius akan bertebaran seperti burung.'

Tetapi di luar dia berbicara sambil tertawa juga,

"Kalau begitu aku nanti akan mencobanya di rumah."

"Makan yang banyak ya," kata Silvia sambil tertawa senang.

Selang beberapa waktu, mereka kemudian melihat peserta terakhir telah selesai diuji. Dia keluar sambil menundukkan kepalanya, sepertinya hal buruk tidak terjadi pada Arthur saja.

Setelah melihat peserta terakhir telah keluar, Bastian berdiri dan bicara dengan suara lantang,

"Karena uji coba telah selesai, perwakilan dari lima Sekolah Dasar teratas di benua ini akan memanggil nama kalian satu persatu, mereka yang dipanggil segera menuju pada perwakilan yang memanggilnya,"

Mendengar itu, masing-masing peserta mulai berdoa dan berharap bahwa ada sekolah tingkat atas yang mau menerima mereka, jika tidak mereka hanya bisa sekolah di Sekolah Dasar tingkat lokal yang mempunyai sumber daya sangat terbatas.

Bahkan Arthur juga berharap masih ada sekolah tingkat atas yang mau menerimanya sebagai murid mereka.

Peserta pertama yang dipanggil adalah,

"Silvia Lagopus," yang memanggilnya ternyata angsa berpakaian merah muda, Rena.

"Lihat, kau dipanggil, segera menuju ke sana!" kata Arthur memberitahunya.

Dengan senang Silvia menjawab,

"Hehe, kalau begitu sampai jumpa, Kak!"

Rena kemudian melanjutkan,

"Willy Hamster,"

Seekor Hamster mungil berjalan dengan ragu-ragu menuju podium tempat Rena berada. Willy mempunyai bakat kultivasi sebesar 85% dan bakat elemen tanah sebesar 120%.

Rena lalu mengakhiri pemanggilannya, sepertinya hanya mereka berdua yang dapat memasuki kualifikasinya.

Melihat bahwa Rena telah selesai, Kanata tanpa ragu-ragu mulai memanggil beberapa peserta. Hampir semua peserta yang dipanggil Kanata memiliki bakat elemen tanah yang tinggi.

Setelah Kanata selesai, dilanjutkan oleh Meng dari Flaming Bird, seperti namanya Sekolah Flaming Bird hanya menerima murid dengan elemen api bawaan.

Lalu Dalton dari Sekolah Chicken Roam, dia sepertinya tidak memilih peserta dengan kualifikasi bakat tertentu, tetapi semua peserta yang dia pilih adalah laki-laki. Sekolah Chicken Roam sepertinya adalah sekolah khusus laki-laki.

Arthur cukup cemas ketika mengetahui bahwa namanya belum dipanggil, walaupun bakatnya termasuk tingkat atas tetapi dia memiliki kelemahan yang fatal, tidak ada yang mau mengambil resiko memiliki murid seperti itu.

Jika tidak ada yang mau memanggilnya, maka Arthur dengan terpaksa harus belajar kultivasi sendiri di balik pintu tertutup.

Namun, nama yang dipanggil selanjutnya membuatnya berteriak kegirangan,

"Arthur Dirusfus,"

Arthur tidak percaya, sebenarnya masih ada sekolah tingkat atas yang mau menerimanya.

Tanpa ragu-ragu dia dengan senang hati berjalan menuju podium orang yang memanggilnya. Di podium itu, berdiri dengan anggun seekor macan putih betina, di dadanya ada sebuah lambang berbentuk gunung bersalju.

Setelah sampai di podium, dia dengan cepat memberi salam hormat pada Umi.

"Murid ini memberi hormat pada Bibi Umi,"

Umi yang mendengar itu tersenyum tipis, dia tahu bahwa ada yang tidak beres dengan Arthur. Hal itu dia rasakan dari temperamen yang dimiliki oleh Arthur, ketika Arthur mengetahui bahwa dia memiliki bakat elemen tingkat sampah, dia tidak kecewa maupun sedih, Arthur masih terlihat penuh dengan semangat gelora muda.

Hal itu lah yang membuat Umi merasa bahwa Arthur ini bukan pemuda 5 tahun biasa,

"Panggil saja aku Guru Umi,"

"Baik, Guru Umi."

Lalu Arthur berdiri di belakang Umi sambil menunggu calon murid lainnya datang.

Umi kemudian melanjutkan panggilannya,

"Antonio Guilberk,"

Seekor singa putih berjalan menuju podium dengan kepala diangkat tinggi seolah-olah menunjukkan dominasinya. Singa putih itu terlihat lebih tua dari yang lain.

Umi menunggu Antonio untuk sampai di podium sebelum melanjutkannya,

"Prisil Agustin."

Prisil adalah seekor anjing pudel betina berwarna putih.

"Bety Fabian."

Bety adalah seekor kera putih dengan ekor panjang.

"Linn Twinflower."

Linn adalah macan putih kecil yang lucu.

Di antara 5 murid yang dipanggil, hampir semua memiliki kompatibilitas dengan elemen air, hanya Arthur yang tidak memilikinya.

Namun, dibandingkan mereka, Arthur memiliki bakat kultivasi tertinggi, yaitu di 80% diikuti Antonio di 75%.

Umi berhenti ketika lima peserta telah dipanggil, peraturan menyebutkan bahwa masing-masing sekolah hanya boleh memanggil 5 murid per kota.

Tentu saja sekolah juga boleh memilih kurang dari itu, seperti Sekolah Flying Crane yang hanya memilih 2 murid. Itu karena persyaratan untuk masuk ke dalam Sekolah Flying Crane sangat ketat.

Semua peserta ujian yang tidak dipanggil namanya hanya menghela napas sedih, di masa depan mereka hanya bisa memasuki Sekolah Dasar biasa.

Walaupun di Sekolah Biasa juga mengajarkan tentang kultivasi, tetapi dibandingkan dengan Sekolah Tingkat Atas itu sangat kurang dalam hal sumber daya dan pengajarannya.

Melihat bahwa proses pemanggilannya telah selesai, Bastian kemudian berbicara pada para peserta yang telah diterima di Sekolah Dasar Tingkat Atas,

"Segera kemasi barang-barang kalian dan ucapkan selamat tinggal pada keluarga kalian, kami akan menunggu di sini sampai tengah hari, setelah itu kalian akan dibawa menuju ke tempat Sekolah kalian berada."

Setelah itu, semua peserta yang terpilih segera kembali ke keluarga masing-masing untuk mengucapkan salam perpisahan.

Arthur juga dengan cepat kembali ke tempat keluarganya berada, dalam perjalanan dia bertemu dengan Silvia yang termenung,

Arthur bertanya dengan suara prihatin,

"Hey, kenapa kau sedih? Apa kau tidak senang ketika diterima masuk Sekolah Flying Crane?"

Silvia menjawab dengan sendu,

"Bukan seperti itu Kak, aku senang tapi apakah aku memang harus berpisah dengan kakak?"

Mendengar itu membuat Arthur terdiam juga, dalam 5 tahun ini mereka berdua selalu bersama kapan pun dan di mana pun mereka berada.

Sebenarnya ketika Arthur memandang Silvia, dia selalu teringat dengan sosok Sylvie entah bagaimana. Jadi ketika dia tahu bahwa mereka berdua harus berpisah membuat Arthur turut sedih.

Namun, dia dengan cepat menghilangkan kesedihannya dan memegang pundak kecil Silvia seraya berkata dengan sendu,

"Dengar Silvi, setiap ada pertemuan pasti ada juga perpisahan, tetapi dengan adanya perpisahan tersebut bukan menjadi alasan untuk kita saling bersedih, malahan perpisahan itu bisa kita jadikan bahan bakar untuk memperkuat diri kita di masa depan,"

"Benarkah?"

Arthur mulai tersenyum segar,

"Iya, jadi jangan bersedih karena di masa depan nanti kita pasti akan bertemu kembali, dan ketika hal itu terjadi mari kita bandingkan kekuatan yang kita dapatkan nanti, setuju?"

Melihat bahwa Silvia mulai tersenyum, Arthur kemudian menunjukan jari kelingkingnya,

"Setuju!" kata Silvia sambil mengaitkan jarinya pada jari Arthur.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

avataravatar
Next chapter