1 PERTEMUAN DENGANMU

Ketika ingin memulai dengan menyukai seseorang, dia tidak tertarik. Sedih, lelah dan kesal.

Seina cewek penuh semangat dan mendambakan kisah cinta semulus jalan tol. Tetapi itu hanya ilusinya saja.

Elan mengacak-acak rambutnya dengan lembut dan tersenyum ceria.

"Hei! Jangan melamun" serunya.

Seina masih tidak percaya di kehidupannya yang biasa saja masih menjumpai cowok ganteng tinggi dan tentunya Seina bukan tipe wanita incaran Elan.

Tapi entah kenapa Seina selalu membuat hari-harinya indah meskipun Seina sendiri merasa tidak disukainya.

"Kapan kamu bisa suka sama aku?" ucap Seina dengan nada memanja dengan kalimat itu yang setiap hari diucapkannya.

"Jangan berkhayal! Cepetan, ini sudah jam tiga. Nanti kesorean."

"Iya.. Iya bawel, ini sudah selesai dandan, bentar 5 menit lagi."

Tentunya senang punya temnan yang care, perhatian dan selalu menemani kemanapun cewek itu pergi. Tetapi dia tidak pernah selalu menjadi pendamping hatinya.

Elan dengan mudahnya datang dan pergi sesuka hatinya ke kostan Seina. Walau begitu Seina tak bisa menolaknya, karena ia memang membutuhkan tenaga cowok untuk sekedar membantunya mengangkat galon, mengganti gas dan pekerjaan rumah yang tak dapat ia selesaikan sendiri.

"Kita mau jalan kemana?" ucap Seina dengan menjinjing tas kecil berwarna merah, wajahnya terlihat ragu menatap Elan yang begitu terpancar paras rupawannya.

Elan hanya melirik Seina dengan lagak sok cool, "Udah jalan aja. jangan banyak tanya."

Meskipun Seina senang berjalan beriringan dengan Elan, namun ia melupakan kenyataan bahwa Seina bukan wanita yang dipilih Elan untuk menempati ruang hatinya.

Seina tahu mengenai hal tentang Elan, tentang dia yang sudah memiliki pacar, tentang dia yang mudah marah dan mudah tersenyum untuknya.

Hal terkecil apapun yang ada pada diri Elan, Seina selalu catat dan tulis di notebooknya.

Diliriknya sepatu Elan yang berwarna putih polos, Seina tak pernah merasa malu untuk mengeluarkan notebooknya dan mulai menulis tentang apapun yang dipakai Elan.

Elan menatap sinis Seina dan melirik notebook yang sudah ada beberapa tulisan tercoret disana.

"Kau menulis apa?" pekik Elan kemudian merebut notebook Seina.

Elan mengerutkan kedua alisnya, "Apa ini?"

Seina merasa gugup dan konyol. Ia kembali memperebutkan notebook miliknya.

"Apaan sih ngga sopan ngintip-ngintip apalagi ngerebut!" sentaknya. Dengan susah payah Seina mengeluarkan tenaganya, ia berhasil mendapatkan noteboooknya kembali.

Elan menatap Seina dengan serius, "Aku bilang itu tulisan apa?"

Meskipu Elan penasaran setengah mati dan memperlihatkan wajah tak mengenakkan. Tetap saja Seina tak bisa dengan mudahnya menyerahkan dengan apa yang telah ia tulisnya.

Seina mendekati wajah Elan, namun Elan mulai risih dan ia tahu apa yang akan dilakukan Seina terhadapnya.

"Hari ini jangan bilang. Aku sedang tak ingin membicarakannya."

Elan mengalihkan pandangan Seina hingga membuat Seina menghembuskan nafas kencang.

"Bukan itu, aku cuma mau bilang kita mau ke mana?"

"Cari baju."

"Makan atau langsung cari baju?" ucap Seina yang tengah mencari perhatian pada Elan dengan lagaknya yang manja.

"Makan. aku laper" Elan selalu menjawab dengan singkat, padat dan jelas. Sifatnya yang menjengkelkan di mata orang lain, selalu bisa saja membuat Seina kagum.

Menurutnya, Seina adalah orang terberuntung diantara semua kalangan cewek di kelasnya, bagaimana tidak. Seina dengan mudahnya bisa membuat Elan dapat mendekatinya, walau bukan pacar. Setidaknya Seina merasa special bisa sedekat ini dengan Elan.

Banyak teman Seina diluar sana yang menginginkan bisa dekat dengan Elan. Tetapi.... Dalam hal pertemanan, Elan sangat pemilih.

Pernah suatu ketika awal Elan bertemu dengan Seina.....

**

Flashback....

"Elina tolong ambilin saos dong?" ucap Seina seraya memakan baksonya yang terlihat cukup menggiurkan, 5 sendok sambal ia tuang ke dalam baksonya untuk ia lahap.

Elina wanita yang cantik, berpostur tubuh ideal, berkulit kuning langsat dan lumayan tinggi.

Saat Elina hendak memberikan saos yang tengah ia pegang untuk Seina, datang cowok yang berpawakan tinggi, ganteng, putih dan cukup terkenal di kalangan wanita di sekolahnya.

Tak ada kejadian aneh antara Elina yang memberikan saos itu pada Seina, namun kesalahan muncul saat Seina mengocok saos yang sedikit padat sehingga saos dalam botol kaca yang lumayan besar muncrat mengenai tubuh cowok yang melewati mereka.

Cowok itu terlihat cukup kesal dan dengan kasarnya ia menarik lengan Seina.

"Eh.. Apaan sih! Lepas!" ucap Seina merintih kesakitan, bekas tangan yang dipegang cowok itu terlihat memerah.

Seina merintih kesakitan dan terlihat sewot pada cowok itu, "Sakit tau!"

Cowok itu menunjuk baju putih yang sudah ternodai oleh saos tadi, Seina seakan tak mau tahu.

"Kamu liat ini ulah siapa?!" seru cowok itu memarahi Seina.

Dalam hal sekejap, Seina yang dari dulu kagum dengan cowok itu sama halnya dengan cewek lain merasa terpancing emosinya dan tak menyangka cowok itu begitu kasar terhadapnya.

Seina menggeleng-geleng dan melihat sepatu putih cowok itu, "Cowok kasar!" pekiknya.

Cowok itu tak mau semua orang tahu akan sikapnya, ia sengaja membawa Seina ke lorong dekat kamar mandi. Saat di kantin banyak cewek yang melongo dan memperhatikannya. Bahkan Elina yang melihat Seina ditarik tangnnya tak bergeming untuk membantu Seina.

Cowok itu tak mau berurusan panjang dengan Seina, ia seakan meninggalkan Seina begitu saja.

"Elan!" ucap Seina membentak cowok dihadapannya yang mulai menjauh, cowok itu meliriknya sinis

"Apa!" jawabnya singkat.

"E.... Dan!" kalimat hinaan yang keluar dari mulut Seina.

Sedangkan Elan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menjauhi Seina.

**

Pertemuan yang singkat dan penuh emosi, namun dari situlah asal mula Elan dan Seina dipersatukan hingga memebuat keduanya akrab.

Seina selalu berharap Elan memiliki hatinya, rasa sayang Seina terhadap Elan tak berubah dari semenjak Seina berhadapan labngsung dengan Elan setelah keajadian di kantin 1 tahun silam.

Elan mengendarai mobilnya dengan tenang, Seina terus memandang sepatu Elan.

"Kamu liat apa?" ucap Elan yang tengah menyetir dan diam-diam memperhatikan Seina.

"Sepatu yang kamu pakai" pekiknya.

"Kenapa dengan sepatu ini?"

"Satu tahun yang lalu."

Elan tak mengerti apa yang dikatakan Seina, penuh dengan teka-teki dan ia tak ingin mencari tahu lebih lanjut.

Bagi Seina,hal terkecil apapun tentang Elan, ia selalu mengingatnya dan memperhatikan tanpa terkecuali.

"Eh aku mau makan itu" seru Seina menunjuk pedagang kaki lima di pinggir jalan.

Elan menghentikan mobilnya mendadak, hingga membuat mereka cukup kaget.

"Kalau mau sesuatu jangan ngedadak dong! Bikin kaget aja" ucapnya, walau begitu Seina tetap tersenyum melihat wajah Elan yang sudah mulai kesal.

Dengan wajah polos dan manja Seina menunjuk pedagang kaki lima itu, "Aku mau kebab."

Mau tidak mau Elan menurutinya dan membiarkan Seina berkeliaran menjajaki makanan dari pedagang kaki lima yang dipilihnya.

Terkadang Elan tersenyum melihta tingkah Seina yang bak anak kecil, namun ia sengaja menutupinya saat Seina mulai merasa diperhatikan. Entah apa yang dipikirkan Elan tentang gadis polos itu.

Saat Seina mengungkapkan perasaannya, Elan selalu mengalihkan dan terlihat kesal.

Seina dengan senangnya memilih-milih banyak menu yang akan dibelinya.

"Sebanyak itu?" ucap Elan dengan mengerutkan kedua alisnya dan melihat Seina dengan tatapan sinis.

"Kenapa? pake uang aku sendiri kok."

Dulu, Seina merasa jaim (jaga emage) saat berhadapan dengan Elan, bahkan setelah kedekatannya yang mulai terlihat setiap hari, Seina pernah menjadi wanita lain supaya Elan memperhatikannya, tetapi Elan tak kunjung menaruh hati padanya sehingga Seina merasa lelah menjadi pribadi lain.

avataravatar
Next chapter