20 Yang Tak Terduga

Kim So Ra POV

24 Agustus 2019,

Aku menyeruput es kopiku sambil menatap layar komputer. Aku baru saja menyelesaikan laporan keuangan Minerva. Selama hampir dua tahun ini laporan keuangan Minerva sangat memuaskan. Setiap bulan semakin meningkat. Bahkan di musim panas seperti saat ini, pendapatan Minerva bisa naik tiga kali lipat dari bulan biasa.

Aku tersenyum dan berjalan menuju sofa. Ku nyalakan layar ponselku dan melihat ada 3 pesan masuk. Pesan pertama dari Sunmi, ia mengatakan bahwa ia akan datang ke sini pada pukul 6 sore. Pesan kedua berasal dari ayahku, yang mengatakan ia ingin berbicara denganku melalui telpon bila aku ada waktu luang.

Dan pesan yang ketiga berasal dari Namjoon, ia menanyakan kabarku dan menceritakan bahwa ia sedang berada di kuil Bulguksa. Dan besok ia akan melanjutkan perjalanan menuju Busan. Aku tersenyum menatap layar ponselku, aku merasa senang Namjoon sangat menikmati liburannya, tapi di sisi lain aku juga merasa rindu akan kehadirannya.

Aku membalas pesan Sunmi dan Namjoon, lalu menghubungi ayahku lewat telpon.

"Yeoboseyo Appa", jawabku ketika telpon telah tersambung

"Yeoboseyo, Sora?", jawab ayahku

"Ne..Appa apa kabar? Apa aku menganggu?", tanyaku lagi

"Ani..Appa sudah menunggu telpon darimu. Appa dan Oemma baik-baik saja. Kami sangat merindukanmu", kata ayahku

"Nado (aku juga)...Apa ada yang ingin Appa bicarakan?", tanyaku

"Ne..apa kau masih ingat sahabat ayah yang bernama Fabio Nielsen?", tanya ayahku

"Ya..tentu saja aku ingat. Kita terakhir bertemu dengannya di London ketika putrinya menikah. Mungkin sekitar 3 tahun lalu?", jawabku agak ragu

"Ya betul 3 tahun lalu. Appa senang kau masih mengingatnya. Appa ingin minta bantuanmu, Sora", kata ayahku lagi

"Ne, katakan saja ayah", jawabku sambil membuka kulkas di kantorku dan mengambil sekaleng jus jeruk

"Bulan depan, tepatnya tanggal 11 september, Fabio akan mengadakan konser di Copenhagen untuk memperingati 25 tahun karirnya sebagai konduktor orkestra. Dan ia mengundang ayah, ibu dan dirimu untuk menghadiri pergelaran tersebut. Hanya saja, pada tanggal tersebut ayah juga ada pertunjukkan kenegaraan. Jadi ayah dan ibumu tidak bisa menghadiri undangan Fabio", jelas ayahku

"Mmm ne. Jadi apa ayah ingin aku datang mewakili kalian?", tanyaku langsung

"Iya Sora..apa kau bisa melakukannya, sayang?", tanya ayahku ragu

"Aku belum pernah ke Denmark, jadi ya, aku akan pergi", kataku bersemangat

"Ah syukurlah...Appa tau bahwa kau selalu bisa kami andalkan", kata ayahku senang

"Baiklah, bisa Appa kirimkan detail undangannya padaku? Aku akan mengurus sisanya nanti", kataku lagi

"Tentu, kalau begitu ayah tutup telponnya ya. Jaga kesehatanmu...jangan sampai telat makan. Saranghae", kata ayahku mengakhiri telponnya

"Saranghae Appa", jawabku

Aku tersenyum sambil menutup ponselku. Aku mengahabiskan jus ku dan mematikan layar komputerku. Kulihat jam menunjukkan pukul 5.40 sore. Sebentar lagi Sunmi akan tiba. Aku bergegas keluar ruangan dan menuju lantai satu untuk menunggu Sunmi.

Di lantai satu, sudah cukup banyak pengunjung yang memadati kursi-kursi ruang baca. Banyak diantara mereka datang bersama teman-teman dan menghabiskan waktu setelah pulang kerja. Minerva bukan perpustakaan yang mengharuskanmu tenang saat membaca sesuatu. Di sini kau bebas mengobrol, bahkan minum kopi dan makan kue dengan teman-temanku.

Aku duduk di kursi kosong di tengah ruangan. Aku melihat berkeliling wajah-wajah gembira para pengunjung. Semuanya terlihat sibuk dengan obrolan dan kegiatan masing-masing.

"Sora ssi", kudengar suara yang kukenal memanggilku

"Sunmi-ah", balasku tersenyum ke arahnya

"Lihat, aku membawa sesuatu untukmu", kata Sunmi duduk dihadapanku sambil menunjukkan paperbag di tangannya

"Apa itu?", tanyaku penasaran

"Ini adalah dress koleksi musim gugur dari Sunnie", katanya bangga

"Woaahh daebak ya!", kataku terbelalak tak percaya

"Ini belum di launching, tapi aku memberikan ini padamu agar kau tidak sedih lagi memikirkan Namjoon oppa", kata Sunmi mengedipkan sebelah matanya

"Haha Sunmi, kau luar biasa..gumawo yo", kataku tertawa kecil sambil menerima paperbag darinya

"Aku senang kau sudah bisa tertawa, akhir-akhir ini wajahmu masam sekali", kata Sunmi menggodaku

"Benarkah? Tenang saja Sunmi, aku sudah merelakan perasaanku. Oiya, aku akan mengunjungi Denmark bulan depan", kataku bersemangat

"Denmark?kau akan liburan? Mengapa tak mengajakku?", tanya Sunmi tak percaya

"Bukan liburan. Ayahku memintaku untuk pergi menghadiri undangan pergelaran musik sahabatnya. Tapi aku berpikir untuk memperpanjang masa kunjunganku ke sana. Paling tidak aku akan menghabiskan waktu 4 sampai 6 hari disana", jawabku senang

"Wah daebak ya! Pasti menyenangkan", kata Sunmi ikut bersemangat. "Kau akan pergi sendiri?", tanyanya lagi

"Ne..ini pertama kalinya bagiku, tapi aku tidak terlalu khawatir", kataku

"Semoga setelah kau kembali dari sana, kau sudah tidak murung dan melupakan perasaanmu pada Namjoon oppa", kata Sunmi menatapku

"Ya..aku harap begitu", jawabaku

Aku dan Sunmi sedang membicarakan koleksi musim gugur Sunnie, ketika sejumlah pengunjung memasuki Minerva. Mereka sangat ramai, ada 5 orang laki-laki dan 4 orang wanita. Mereka berdesakan di depan meja resepsionis. Setelah mendaftar masuk, mereka segera menuju kursi dan sofa kosong di ujung ruang membaca. Aku berpikir bahwa salah satu pengunjung tersebut terlihat tidak asing.

Aku dan Sunmi kembali membicarakan dress pemberiannya. Karya Sunmi sudah sangat jauh berkembang. Dress buatannya sangat cantik dan menawan.

"Annyeong..Kim Sora ssi?", tiba-tiba seorang pria berkaca mata menghampiri meja kami

"Eh?Annyeong", jawabku melihat ke arah pria tinggi itu

"Omoooo!! Park Min Woo?", kata Sunmi terkejut

"Annyeong, Cha Sun Mi. Apa kabar kalian?", tanya pria itu lagi sambil tersenyum ke arah kami

"Baik..kami baik-baik saja", jawabku terbata-bata

Tidak mungkin! Park Min Woo..sedang apa ia disini? Bukankah ia pergi ke Jepang untuk bekerja disana?, tanyaku dalam hati.

"Sedang apa kau disini? Bukankah kau tinggal di Jepang?", tanya Sunmi mewakiliku

"Ah, aku sudah kembali ke Korea dua bulan yang lalu. Lama tidak berjumpa Sora ssi. Tidak terasa sudah hampir 2 tahun semenjak kita terakhir bertemu", katanya sambil tersenyum menatapku

"Ne", jawabku

"Mengapa kau kembali?", tanya Sunmi sambil melipat tangan di dadanya

"Aku mendapatkan tawaran menjadi kepala fashion editor di majalah fashion terbesar di Korea", jawabnya

"Jinjja?", tanya Sunmi tidak percaya

"Well, aku rasa kalian masih belum bisa memaafkanku", kata Minwoo terlihat muram

"Ah ani. Itu sudah lama terjadi, aku pun sudah melupakannya", jawabku tersenyum padanya, di bawah meja, kaki Sunmi menyenggol kaki ku

"Gumawo yo..aku tau yang dulu kulakukan adalah sebuah kesalahan. Maafkan aku. Aku harap kita bisa memulai pertemanan kita kembali", katanya sambil memandang kami berdua

"Ya..mungkin saja", jawabku mengangguk-anggukkan kepala

"Oya, aku ingin mengatakan, cafe mu indah dan nyaman sekali Sora ssi", katanya lagi bersungguh-sungguh

"Ya, terima kasih. Aku harap kau dan teman-temanmu menikmati waktu kalian di sini", kataku

"Baiklah. Aku akan kembali ke mejaku..senang berjumpa dengan kalian lagi. Dan mmm..kau terlihat sangat cantik Sora", kata Minwoo seraya tersenyum dan pergi ke mejanya

"Sora, apa maksudmu kau sudah memaafkan  dan melupakannya? Dan apa maksud ingin berteman lagi? Aishh pria itu seharusnya kita hindari", kata Sunmi kesal

"Sunmi..ayolah. Kejadian itu sudah lama berlalu. Aku benar-benar sudah melupakannya", jawabku

"Tidak. Pria sepertinya pasti akan melakukan hal yang sama di kemudian hari. Lebih baik kau jangan dekat-dekat dengannya lagi", katanya sambil menatapku dengan tajam

Park Min Woo adalah mantan pacarku. Ia tampan, berperawakan tegap dan tinggi, kulitnya pucat, berkaca mata, dan memiliki senyum yang menawan. Ya, Min woo masih sama seperti dulu aku mengenalnya, bahkan terlihat lebih tampan dengan stelan kemeja kerja yang saat ini dipakainya.

Dahulu, Ia adalah teman Sunmi di fakultas Fashion Design, Universitas SungKyunKwan (SKKU). Aku dan Minwoo menjadi dekat berkat Sunmi yang mengenalkan kami berdua. Kami menjalin hubungan selama satu tahun. Dan dua tahun lalu hubungan kami berakhir, karena Ia memiliki wanita lain dibelakangku.

Minwoo berusaha agar hubungan kami kembali seperti semula. Ia mulai menerorku dan mengikutiku kemanapun aku pergi. Sampai akhirnya aku menghubungi polisi untuk membuatnya berhenti melakukan hal tersebut. Lalu ia pun memutuskan untuk pergi ke Jepang untuk bekerja disana. Begitulah, aku tidak pernah mendengar kabar darinya lagi hingga saat ini.

Tapi sekarang, tiba-tiba aku bertemu lagi dengannya, di sini, di Minerva. Tentu saja aku terkejut dan sedikit takut, Mengingat apa yang pernah ia lakukan dulu terhadapku.

"Aku harap ia sudah berubah", jawabku pelan sambil melihat Minwoo dari kejauhan

"Semoga saja", jawab Sunmi skeptis

Aku melihat ke arah meja Park Minwoo di ujung ruangan. Ia terlihat sangat menikmati waktunya berkumpul dengan teman-temannya. Mereka mengobrol sambil tertawa-tawa. Meja mereka penuh dengan kopi, kue-kue, buku dan majalah fashion.

Karena Sunmi masih kesal, akhirnya ia memutuskan untuk pulang lebih cepat. Aku pun beranjak menuju kantor ku dibawah dan duduk termenung di belakang meja kerjaku.

*tring

"Kau sedang apa Sora? Apa kau sudah makan malam?", aku membaca pesan yang baru saja dikirimkan oleh Namjoon

"Aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Aku akan makan malam begitu tiba di rumah", jawab pesanku

Kali ini ponselku berdering. Kulihat nama Joon Oppa di layar.

"Yeoboseyo", jawabku

"Yeoboseyo, Sora...apa kau sakit? Kau membalas pesan tidak seperti biasanya", tanya Namjoon cemas

"Ah ani. Aku tidak apa-apa", jawabku sambil memijat keningku

"Jinjja?, apa ada masalah?kau bisa menceritakannya padaku", kata Namjoon lagi

"Nee..jinjja yo. Aku hanya lelah, oppa. Dan aku merindukanmu", jawabku

"Eh?", tanya Namjoon terkejut

"Ah! Tidak tidak..maksudku..aku..bukan begitu. Aku hanya..aah...maafkan aku", kataku bingung sambil memukul-mukul kepalaku

"Hahaha Kim Sora ssi..kyeopta", katanya sambil tertawa. "Baiklah, aku harus pergi. Jangan terlalu lelah ya..beristirahatlah dan makan yang banyak. Sampai nanti", kata Namjoon masih tertawa kecil

"Ne oppa...gomawo yo", jawabku

Kututup telponku dan terduduk lemas di kursiku. Bodoh. Bodoh sekali. Mengapa aku mengatakan merindukannya. Aku pasti terlihat sangat menyedihkan. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Ini akan sulit. Akan sangat sulit menghilangkan perasaanku kepadanya. Aku tidak boleh menyerah. Cepat atau lambat aku pasti bisa melakukannya.

avataravatar
Next chapter