19 Dilema

Kim So Ra POV

23 agustus 2019,

"Kim Sora! Apa kau mendengar ucapanku?", suara Sunmi menyadarkanku dari lamunanku

"Eh? maaf Sunmi aku sedang membaca pesan", jawabku sambil menutup layar ponselku dan memasukkannya ke dalam tas

"Pesan dari siapa?", tanya Sunmi ingin tau

"Namjoon oppa", jawabku sambil mengalihkan pandanganku ke sekeliling restoran

Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian hampir-berciuman itu. Namjoon menelepon ku keesokan harinya untuk meminta maaf, mengatakan bahwa hal itu adalah sebuah kesalahan dan tidak akan pernah terjadi lagi. Perasaanku campur aduk saat itu, ada sebagian diriku yang setuju dengan perkataan Namjoon, namun sebagian lagi menginginkan ciuman itu terjadi.

Aku menceritakan semua yang terjadi hari itu pada Sunmi. Ia berteriak histeris ketika ku ceritakan apa yang hampir terjadi di apartemenku. Sampai saat ini, aku dan Namjoon tetap berkomunikasi setiap hari seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Kami tidak pernah membahasnya lagi. Aku tidak tau bagaimana perasaanku yang sesungguhnya terhadapnya. Aku ingin berteman, tapi aku juga ingin menjadi lebih dari sekedar teman untuknya.

"Apa kau masih memikirkan kejadian malam itu?", tanya Sunmi dengan wajah serius

"Eh? Ah, tidak. Itu adalah kesalahan, kami sedikit mabuk saat itu", jawabku sambil menggigit tteokbokki di hadapanku

Aku dan Sunmi sedang berada di sebuah restoran di Itaewon untuk makan malam. Sunmi sedang bercerita tentang pembukaan toko keduanya di Hannam dong ketika aku mendapat pesan dari Namjoon.

"Ayolah Sora, aku tau kau memiliki perasaan terhadap Namjoon oppa. Apa kau akan terus berdiam diri seperti ini dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi?", kata Sunmi masih dengan wajah serius

"Tapi memang tidak terjadi apa-apa diantara kami Sunmi. Aku masih belum tau tentang perasaanku saat ini. Bisakah kita membicarakan yang lain?", tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan

"Tidak. Aku tau kau menyukainya. Katakanlah perasaanmu padanya, aku rasa ia pun memiliki perasaan yang sama terhadapmu", kata Sunmi bersemangat

"Apa kau gila? Bagaimana mungkin aku mengatakan perasaanku padanya? Dia seorang bintang ternama Sunmi, wanita di seluruh dunia tergila-gila padanya. Lagipula ia pernah mengatakan padaku bahwa ia tidak akan berkencan dengan siapapun. Aku tidak ingin merusak pertemananku dengannya hanya karena perasaan konyol ku ini", jawabku frustasi

Sunmi menatap diriku dengan penuh simpati. Ia tidak mengatakan apa-apa, mungkin ia juga tau bahwa sangat mustahil untuk memiliki hubungan khusus dengan salah satu member Bangtan.

"Jadi kau akan memendam perasaanmu padanya? Kau tidak akan berbuat sesuatu untuk membuat Namjoon oppa menyukaimu?", tanyanya lagi

"Ya. Aku akan melupakan dan membuang perasaanku kalau perlu. Berteman dengannya sudah merupakan anugrah untukku, Sunmi. Aku tidak ingin ia canggung lalu menjauhiku", kataku merana

"Oh, menyedihkan sekali dirimu Kim So Ra ssi", kata Sunmi bersimpati sambil mengusap tanganku

"Ya..aku pasti terlihat menyedihkan", jawabku tertawa getir

"Apa ia akan segera kembali ke Seoul?", tanyanya lagi

"Tidak. Ia masih berada di Gyeongju. Ia masih akan berkeliling Korea satu atau dua minggu ke depan. Mereka sedang menikmati liburan. Hampir semua kota ingin mereka datangi", kataku tersenyum

"Waah, Gyeongju adalah kota yang indah. Aku jadi ingin pergi berkeliling Korea dengan ayah ibuku juga", kata Sunmi berkhayal

"Aku senang Namjoon oppa menikmati liburan dengan keluarganya. Ayah, ibu dan adiknya pun mengambil cuti agar dapat menghabiskan waktu mereka bersama-sama", kataku lagi

"Aku turut senang mendengarnya", jawab Sunmi. "Hei Sora! Bagaimana kalau kita clubbing malam ini? Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi club malam di Itaewon", katanya bersemangat

"Tidak Sunmi, aku tidak begitu suka club malam. Disana terlalu ramai dan bising", jawabku sambil menggelengkan kepala

"Aiisshh kau ini...", katanya memandangku dengan sebal. "Atau bagaimana bila kita minum soju untuk melupakan pria Bangtan itu?", ajaknya lagi tidak menyerah

"Tidak Sunmi, Ayo kita pulang saja, aku lelah", jawabku

"Kau memang tidak bisa diajak bersenang-senang", kata Sunmi menggelengkan kepala sambil berdiri dari kursinya

Kami berjalan kaki menuju tempat parkir mobil. Suasana di Itaewon memang ramai pada malam hari. Banyak turis asing yang berlalu lalang atau menghabiskan waktu mereka di cafe-cafe, club atau restoran di sepanjang Itaewon.

"Aku ke arah sini ya, mobilku ada di sebelah sana", kata Sunmi menunjuk ke arah kanan ketika kami sampai di persimpangan jalan

"Ye. Hati-hati di jalan", kataku memeluknya

"Kau yakin tidak ingin ku antar ke Minerva?", tanya Sunmi

"Ya..aku akan berjalan kaki saja, Minerva hanya 15 menit dari sini. Lagiula aku ingin menjernihkan pikiranku sambil menghirup udara malam", jawabku tersenyum

"Baiklah..aku pulang duluan ya. Besok aku akan mampir ke Minerva setelah jam kerja usai", kata Sunmi lagi sambil berjalan menjauh dan melambaikan tangan

Aku berjalan ke arah sebaliknya. Udara malam ini sangat sejuk. Aku berjalan kaki menuju Minerva, karena mobilku masih berada disana.

Sepanjang jalan aku memikirkan lagi bagaimana perasaanku kepada Namjoon. Aku memang menyukai Namjoon. Aku menyukainya bukan karena Ia seorang anggota grup terkenal. Sejak awal bertemu dengannya di fansign, aku memang terpesona oleh kedua lesung pipi nya saat ia tersenyum. Tapi aku tidak tau, bahwa mengenalnya lebih dekat semakin membuatku menyukainya.

Aku merasa nyaman berada di dekatnya. Kami dapat membicarakan segala hal, mulai dari musik sampai politik. Banyak hal yang membuatku menyukainya. Selain menarik secara fisik, kecerdasan dan sikapnya yang sopan menjadikan ia pria yang di kagumi banyak wanita. Well, termasuk diriku saat ini.

Tapi ia pernah mengatakan bahwa ia akan memilih karirnya 1000% dari pada memiliki hubungan dengan wanita. Hal itulah yang membuatku berpikir ratusan kali. Lagipula apa mungkin ia memiliki perasaan yang sama denganku?, haha aku pasti sudah gila bila membayangkan hal tersebut.

Baiklah! Aku sudah memutuskan, aku akan memendam dan menghilangkan perasaan ini sebelum rasa suka ku bertambah dalam padanya. Aku tidak ingin persahabatanku dengan Namjoon berakhir hanya karena perasaan yang ku miliki, pikirku dalam hati.

Aku menghela nafas dan menatap langit malam. Dadaku terasa sesak setelah memutuskan hal tersebut. Mataku pun terasa panas. Kugelengkan kepalaku, aku tidak boleh menangis. Mungkin ini hanya perasaan sesaat saja. Mungkin dalam beberapa minggu ke depan perasaanku akan hilang dengan sendirinya. Akupun tersenyum memikirkan hal itu.

Tanpa kusadari aku sudah berada di depan Minerva.

Aku melangkahkan kakiku menaiki tangga, tersenyum memasuki Minerva sambil berusaha melupakan Namjoon dari pikiranku.

avataravatar
Next chapter