5 Diskusi Paska Misi

Luci pun turun dengan pelan-pelan saat tangan Alan melepas pegangan pada pinggangnya yang ramping itu.

Sekarang ini baik Luci maupun Alan saling melemparkan senyum satu sama lain. Senyum menggoda yang selalu membangkitkan lawan yang melihatnya.

Luci pun menyisiri tubuh berlemak milik Alan. Lalu dengan gerakan sangat gemulai gadis itu berjalan untuk mendekati Alan.

Sebelah kakinya yang mulus itu ia gerakkan dan ia tempelkan di pinggang gemuk pengusaha itu. Luci memajukan tubuhnya dan mendekatkannya pada sosok Alan kembali. Setelahnya gadis itu menjentikkan jemarinya seperti sebuah langkah-langkah kecil pada jas yang dikenakan Alan.

Lelaki di depannya itu menyeringai, sebuah seringai seolah dia benar-benar berhasil memiliki Luci seutuhnya. Alan terlihat sangat menjiwai perannya untuk beberapa saat sampai akhirnya ia menyerah.

Tapi seketika, Alan pun tertawa terbahak-bahak. Tawanya yang keras itu bahkan mampu mengguncang lemak yang berada di dalam tubuhnya.

Hal lucu itu membuat Luci ikut tertawa tanpa henti. Tubuh gadis itu perlahan mundur untuk menjauhi Alan hingga akhirnya Luci terhenyak di atas sofa yang berada tak jauh dari mereka berdiri saat ini.

Dengan berusaha keras untuk meredakan tawanya, Luci pun memposisikan tubuhnya dengan nyaman di atas sofa berwarna putih itu.

"Tolong lampunya, Tuan!" pinta Luci setelah tawanya benar-benar bisa berhenti.

"Haha, kau yang terbaik, Lu," puji Alan masih dalam posisi berdiri.

Lalu pengusaha itu berjalan untuk mengambil remote yang berada pada nakas yang dipasang di dinding. Tangan gemuknya menekan sebuah tombol.

Lampu utama pun menyala dengan terang, menggantikan lampu temaram yang tadinya dilengkapi dengan putaran musik menggairahkan yang diputar dalam volume ringan. Itu semua sengaja dipersiapkan Alan.

Sekarang setelah semuanya diterangi oleh cahaya dari lampu utama yang bersinar terang, Luci baru bisa mengidentifikasi interior dari ruangan private milik Alan itu.

Gadis itu bisa melihat sebuah ranjang berukuran king size yang bertengger di ujung ruangan. Ranjang itu memiliki seprai warna putih bersih yang mana di atas seprai itu ditaburi oleh bunga-bunga mawar yang berserakan.

Ada aroma musk juga di mana-mana, salah satu aroma parfum yang sering Luci kenakan.

Ada perapian tak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Luci meyakini perapian itu digunakan untuk memberi kesan seksi dan romantis. Lampu di perapian itu tadinya menyala saat mereka pertama kali masuk di ruangan ini.

Luci pun mengangguk bangga sekaligus penuh apresiasi pada Alan. Ternyata lelaki itu menyiapkan segalanya dengan sangat baik walaupun gedung ini adalah miliknya sendiri.

Sepertinya Alan sudah memikirkan matang-matang setiap kemungkinan gila yang mungkin Sia lakukan sampai Alan perlu menyiapkan kamar untuk sepasang kekasih senyata ini.

"Kau boleh juga," puji Luci dengan tulus.

Lalu gadis itu mulai melepas topeng yang ia kenakan di wajahnya.

Selama pesta berlangsung tadi, Luci mengenakan sebuah topeng sintetis.

Topeng tersebut memiliki wajah seorang wanita sensual dengan bibir sangat tebal seolah-olah baru disuntik filler. Dan bibir itu juga yang tadi Alan pagut dan kecupi dengan bergairah saat di pesta tadi, bukan bibir Luci yang asli.

Wajah Luci yang asli itu cantik alami. Matanya memang lebar dan besar dengan hidung sempit yang macung. Bibirnya penuh namun mungil.

Wajah Luci memiliki fitur seperti boneka Barbie yang dipermak agar lebih cantik dan sedikit seksi. Bisa dibilang Luci itu imut dan seksi secara bersamaan, tergantung pada tipikal lelaki yang memandangnya.

Hal-hal seperti topeng dan penyamaran ini sudah biasa bagi Luci. Pekerjaannya yang sangat beresiko menimbulkan dendam dan kebencian itu telah membuat gadis itu harus berinisiatif untuk menyembunyikan identitas aslinya termasuk wajahnya.

Sebab bisa saja suatu saat Luci diserang dan dicelakai oleh kekasih mantan kliennya hanya karena mereka berpikir Luci itu benar-benar merebut kekasih mereka.

Dan parahnya jika sampai para kekasih itu mengetahui bahwa Luci hanya pacar bayaran, Luci bisa saja dikeroyok dan dikeroyok oleh mereka.

Intinya kesalamatan nyawanya sangat terancam jika dia tidak memiliki penyamaran demi menyembunyikan identitas.

Selain itu tidak mungkin kan Luci menjadi kekasih pura-pura orang lain dengan wajah yang sama? Bisa-bisa pacar para kliennya curiga dan mengendus ketidak wajaran di sini.

Tapi untunglah selama ini semua berjalan dengan baik. Selama ini tidak ada yang bisa mengetahui identitas dan rupa Luci kecuali kliennya sendiri.

Dengan tubuh masih berdiri Alan menyisiri seluruh tubuh gadis yang duduk di sofa itu. Berulang kali juga Alan tak henti-hentinya kagum dengan transforamsi Luci yang sangat mendobrak kecantikan alami milik gadis itu.

Singkatnya Alan tidak pernah menyangka bahwa Luci akan berubah sedrastis ini dalam satu malam. Ini sangat luar biasa.

"Aku tidak akan menyangka penyamaranmu akan sedrastis ini, Lu. Bahkan wajahmu bisa sangat berbeda jika dibandingkan dengan topeng yang berada di sampingmu itu," gelak Alan tak mampu menahan tawanya.

Namun di dalam tawa itu dia menyimpan sebuah kekaguman yang tak terelakkan. Tidak rugi dia menyewa Luci. Semua berita itu benar, Luci memang selalu bekerja dengan teliti dan memuaskan.

Dan yang paling penting sekarang ini adalah dia bisa lepas dari Sia, seorang wanita yang dalam kurun waktu satu tahun ini ingin dia tinggalkan namun selalu saja gagal.

"Itulah gunanya topeng, Boss. Mereka tidak akan disebut topeng jika masih bisa membuat wajahku mudah dikenali. Boleh aku melepas semuanya sekarang?" tanya Luci berusaha bersikap sopan.

Yang dimaksud dengan 'semuanya' adalah buah dada dan pantat imitasi yang dipasang di tubuh Luci.

Yeah, semua itu adalah imitasi oleh sebab itu ketika mereka berdua bersandiwara tengah terangsang dan bercumbu Luci tidak merasakan apa-apa di tubuhnya.

Dan latihan yang intensif bersama Alan lah yang telah membantu Luci untuk mengetahui kapan waktunya untuk mendesah dan bersikap seolah menikamati permainan tangan Alan.

Sama seperti topeng di wajah yang menutupi wajah asli Luci, payudara dan pantat imitasi itu juga berfungsi untuk menutupi perawakan asli milik Luci.

Sebab Luci tetap harus menjaga dengan baik privasi miliknya termasuk identitas asli miliknya berikut tanda-tanda dan ciri-ciri fisik yang mampu mengarahkan orang lain untuk mengenali Luci saat gadis itu tengah menyamar dan menjalankan misi.

Alasan lain kenapa Luci mengenakan seluruh perlengkapan ini adalah tak lain disebabkan oleh request atau permintaan dari klien itu sendiri.

Biasanya para klien memiliki semacam kriteria tentang wanita idaman yang ingin dipertontonkan di depan orang-orang, entah itu keluarg, pacar yang ingin diputus, atau teman-temannya.

Hal itu berlaku juga dengan Alan. Sebab misi kali ini dilakukan demi membuat Sia menjauh dengan sendirinya oleh karena itu Alan mengharuskan Luci untuk berpendampilan sangat 'padat' dan seksi.

Fisik seperti itu sudah bisa menggempur Sia mundur. Namun karena akhir-akhir ini Sia begitu getol dan bersikukuh untuk tidak mau putus dari Alan apa pun alasannya, maka Alan harus mencari opsi lain.

Maka ditemukanlah ide ini, yakni selain harus menjadi 'padat' dan seksi, Luci juga harus menjadi mewah, elit, dan kaya raya.

Sebab dengan begitu Sia tidak akan punya alasan dan kesombongan untuk tetap berada di samping Alan, belum lagi jika Luci bisa menunjukkan sikap superior dan kekuatan mengintimidasi yang kuat dan mengancam, bisa dipastikan Sia akan mundur dengan mudah.

Dan nyatanya cara itu berhasil bukan?

Entah kenapa Alan sangat bahagia malam itu.

Tapi sebenarnya dalam kondisi asli nan original tubuh Luci tidak buruk juga. Luci bahkan bisa dikategorikan menjadi gadis seksi tak terbantahkan.

Lekuk tubuhnya sangat indah dan sensual dengan ukuran wajar dan sangat pas. Dada Luci juga menggelembung dengan indahnya, sebuah bagian yang begitu membentuk dan layak untuk disentuh. Belum lagi pinggul gadis itu yang seperti gitar spanyol.

Secara keseluruhan Luci memiliki posture tubuh seperti jam pasir yang hanya ramping di bagian pinggangnya saja. Bentuk tubuh itu adalah satu hal yang sangat digilai oleh para lelaki.

Luci pun bangkit dari sofa untuk melenggang pergi menuju toilet yang berada tersembunyi di delakang dinding di ujung ruangan.

Di tengah perjalanan gadis itu sempat melepas high hills yang dipakainya dengan anggun dan mengintimidasi itu.

Lalu Luci berjalan dengan tanpa alas kaki untuk menuju kamar mandi tersebut. Topeng wajah miliknya ia tinggalkan begitu saja di atas sofa.

***

avataravatar
Next chapter