8 Bab 8

Akhirnya waktu yang sudah di tentukan datang juga, malam ini Percy dan Rasya mengadakan acara pertunangan mereka di salah satu hotel milik keluarga Mahya. Acaranya cukup meriah dan tidak banyak yang di undang hanya beberapa kerabat saja. Di dalam sebuah ruangan Rasya masih menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna peach rancangan Adjie Notonegoro yang merupakan desainer terkenal di Indonesia. Ini seakan penampilan baru untuk Rasya karena selama ini dia tidak pernah memakai makeup.

Rasya masih termenung di tempatnya mengingat apa yang terjadi dua hari lalu pada Rindi dan Percy karena ulahnya. Iya merasa dirinya sangatlah jahat dan egois.

Tetapi bukankah cinta memang perlu egois.

Tatapannya menatap gambar yang ada di galeri handphonenya. Disana foto Rasya dan Percy yang masih memakai seragam SMA. Keduanya terlihat bahagia sekali, sejujurnya Rasya merindukan masa itu, masa dimana dirinya dan Percy bersama walau sebagai sahabat. Masa dimana Percy selalu menjaganya.

"Hey," Hezky masuk ke dalam ruangan itu dengan balutan dress berwarna hijau mint seatas lutut. Dia tersenyum manis ke arah Rasya dan mencium pipi kiri dan kanan Rasya. "Loe cantik, Sya."

"Makasih yah,"

"Ada apa, loe kelihatannya tidak senang." Hezky mengambil duduk di samping Rasya dengan menatap wajah sahabatnya itu dengan intens.

"Gue mendadak ragu, haruskah gue mundur. Gue semakin merasa bersalah mengingat kejadian kemarin Rindi dan Percy. Gue tidak bisa tenang," ucapnya.

"Kenapa mendadak sekali, semua tamu sudah berkumpul bahkan Percy sudah datang." Jelas Hezky. "Yakinkan diri loe, Sya."

"setelah ini, 10 hari ke depan gue akan menikah dengan Percy. Gue takut,"

"Apa yang loe takutkan?"

"Gue gak mau munafik dan bersikap sok tegar. Gue takut semakin tersakiti dengan menerima pernikahan ini."

"Bukankah berani mencintai seseorang berarti berani merasakan sakit." Ucap Hezky. "Loe tau kan kisah gue gimana, gue di tinggal merrid sama cowok gue dan sudah setahun lamanya gue masih belum move on. Tetapi gue berusaha menjalaninya dengan tegar, karena memang inilah resiko dari mencintai." Ucapnya membuat Rasya merenung.

Walau di genggam kuat, andai dia bukan milikmu. Maka dia akan terlepas juga. Walau di tolak ke tepi secara terus menerus, kalau dia memang untukmu. Maka dia akan datang kembali. Itulah namanya jodoh.

"Ayo Sya, semuanya sudah siap." Ucap Ratu baru saja datang.

Rasya menganggukkan kepalanya dan beranjak bersama Hezky dan Ratu. Mereka bertiga berjalan menuruni tangga, tatapan Rasya langsung mengarah ke arah Percy yang terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri.

Biasanya, tatapan calon pengantin pria akan terus tertuju kepada sang mempelai tanpa bisa di alihkan. Tapi ini, bahkan menengokpun tidak. Disana Rasya merasa hatinya tercubit melihat Percy yang cuek saja dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

'Apa yang kamu pikirkan, Rasya. Jangan berharap apapun pada Percy, ingat yang dia cintai hanya Rindi tidak ada yang lain. Kamu disini hanya sebagai penggantinya,'

Rasya sudah berdiri berdampingan dengan Percy di atas ballroom, Percy masih tidak melirik ke arahnya dan fokus dengan pikirannya sendiri meneliti semua tamu undangan yang datang. Rasya tau Percy mencari siapa.

Banyak sekali tamu undangan yang datang, termasuk tamu kehormatan yang tak lain adalah Brotherhood couple. Anak-anak merekapun hadir disana, kecuali Vino dan Rindi yang tidak datang. Para tetua Brotherhood sedang asyik berbincang.

Datan tengah duduk santai bersama Adrian yang memakai kemeja hitam garis-garis, membuatnya terlihat imut dan tampan. Tak ketinggalan juga Leon yang terlihat sangat tampan malam itu, dia memakai kemeja putih dengan jas berwarna merahnya. Membuat ketampanannya bertambah menjadi 10 kali lipat. Bahkan tak seorangpun wanita yang tak meliriknya. Tetapi Leon masih memasang wajah dingin dan datarnya. Berbeda dengan Datan yang terus curi pandang bahkan menggoda beberapa tamu cantik yang hadir disana.

Tak lama Leonna dan Verrel datang, Leonna terlihat cantik dengan memakai dress seatas lutut berwarna gold dan kontras dengan kulit putihnya. Rambutnya di biarkan terurai tetapi sebagiannya di pakaikan jepitan membuatnya terlihat seperti ibu peri. Disampingnya Verrel tak kalah gagah dan tampannya dengan memakai tuxedo berwarna krem hampir senada dengan pakaian yang di gunakan Leonna. Verrelpun terlihat sangat tampan dan dewasa, membuat mata wanita lapar melihat ke arahnya. "Papaaaaaaaaaaaaaaa !!!" teriak Leonna yang berdiri tak jauh dari Dhika yang tengah berbincang dengan para tetua lainnya.

"Princes kecil papa," ucap Dhika,, Leonna berlari dengan riang memeluk Dhika. Membuat semuanya terkikik melihat tingkah Leonna. Verrel berjalan mendekati mereka berdua.

"Papa,,, Leonna kanget banget sama papa." ucap Leonna dengan manja.

"Papa juga sayang, papa juga sangat merindukkan kamu." ucap Dhika mengecup puncak kepala Leonna dan memeluk princes kesayangannya itu dengan erat.

"Papa gak nengokin Leonna,"

"Papa tidak ingin menggangguk pengantin baru," bisik Dhika.

"ihh papa," Leonna merona mendengar ledekan Dhika dan segera menyembunyikan wajahnya di dada bidang Dhika.

Dhika yang memakai tuxedo hitam malam ini, terlihat semakin tampan dan gagah. Walau usianya sudah tak muda lagi, tetapi kharismanya tidak pernah pudar. Di samping Dhika, Thalita berdiri dengan dress berwarna hitam, membuatnya terlihat sangat elegant dan semakin cantik.

Verrel mencium tangan Thalita dan berdiri di belakang Leonna memperhatikan istrinya yang tengah bermanja kepada papanya.

"Mama tidak di kangenin nih," ucap Thalita membuat Leonna melepas pelukan Dhika dan berpaling ke Thalita.

"Mama,, Leonna kangen mama juga," ujar Leonna memeluk Lita dengan manja.

Semuanya hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka, kecuali Michella. "Bunda merawatmu dengan baik, kan Leonna saying." ucap Serli saat Leonna melepaskan pelukannya pada Lita.

"Iya Mama, bunda sangat baik dan memperlakukanku dengan baik," kekeh Leonna.

"Tapi dia tidak malas kan Ser? Kalau malas, kamu jewer saja nih telinganya," ucap Lita.

"Tidak apa-apa, Leonna tidak boleh mengerjakan apapun di rumahku," ucap Serli yang bergitu menyayangi Leonna seperti anaknya sendiri. Leonna mengajak mama dan papanya berbicara, Leonna terus berceloteh di depan para tetua minus Angga, Ratu, dan Dewi.

Randa menghampiri mereka dan langsung menarik pergelangan Verrel mengajaknya ke arah balkon dan pergerakan itu tak luput dari pandangan Leonna.

Di balkon Verrel masih berdiri menunggu Randa berbicara, Randa terlihat berkaca-kaca untuk mengatakannya. "ada apa?" Tanya Verrel penasaran.

"Rindi," gumamnya.

"Ada apa dengan Rindi?" Tanya Verrel.

"Dari tadi pagi, Rindi pergi dan tidak ada kabar. Mama dan papa bahkan tidak tau, karena aku bilang kalau Rindi sedang menggantikanku melakukan pemotretan. Tetapi sebenarnya Rindi pergi dan aku tidak tau dia dimana. Aku sudah berkali-kali menghubunginya, tetapi nomornya tidak aktif. Lakukan sesuatu Rel, gue sangat khawatir. Dia terlihat sangat hancur," ucap Randa sangat resah dan khawatir. Ikatan batin saudara kembarnya begitu kuat, bahkan Randa bisa merasakan sakit hati yang tengah Rindi alami saat ini.

"Apa Percy tau?" Tanya Verrel.

"Tidak Rel, gue gak mau menghancurkan pertunangan ini. Percy pasti akan langsung meninggalkan acara ini saat tau Rindi pergi. Gue kasian juga sama Rasya." ucap Randa yang juga merasa bingung. Di sisi lain ia kesal pada Percy dan Rasya karena melukai Rindi tetapi di sisi lainpun ia sadar perbedaan Rindi dan Percy yang tak mungkin bisa di satukan.

Randa maupun Verrel di buat serba salah dengan hubungan cinta segitiga rumit ini. Karena ketiganya adalah sahabat Verrel dan Randa. "loe tau, biasanya kemana Rindi pergi?" Tanya Verrel.

"Gue gak tau Rel, gimana dong. Rindi orangnya sangat tertutup, loe tau sendiri kan." ucap Randa semakin khawatir.

Keduanya masih terdiam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hingga suara yang menginstruksikan bahwa calon mempelai akan melakukan pertukaran cincin. Dan itu mampu menyadarkan Randa dan Verrel.

"Oke gini deh,, setelah acara pertukaran cincin selesai. Kita pergi, kita cari keberadaan Rindi. Tapi jangan sampai para orangtua tau, terutama tante Irene. " ucap Verrel,

"Tapi bagaimana dengan Leonna?" Tanya Randa.

"Leonna urusan gue, lebih baik kita ke dalam lagi. Dan jangan menunjukkan sikap kekhawatiran loe pada Rindi, bersikaplah setenang mungkin." ucap Verrel yang di angguki Randa.

Verrel dan Randa kembali ke tempat mereka tadi, dimana para keluarga besar brotherhood berkumpul. Leonna yang sedang berbincang dengan Leon dan Adrian melirik ke arah Verrel yang datang bersama Randa. Ada perasaan tak suka melihat kedekatan Verrel dengan Randa, apalagi melihat Randa yang begitu cantik dan sempurna.

"Cemburu yah kak," bisik Andrian.

"Apaan sih," Leonna mendengus sebal seraya memalingkan pandangannya ke arah lain.

Saat ini semuanya tengah menatap ke arah Ballroom, dimana Percy dan Rasya yang tengah berdiri. Keduanya menampilkan senyuman seadanya walau hati keduanya terasa sangat tidak karuan, para tamu undangan bahkan berkomentar kalau mereka berdua terlihat sangat cocok.

Randa merasa hatinya begitu sakit, rasa sakit yang pastinya dirasakan oleh Rindi. 'pasti Rindi lebih hancur dari ini.' batin Randa menatap Percy yang memasangkan cincin berlian di jari manis Rasya.

Tak jauh disana juga terlihat kakek Percy yang duduk di kursi roda tersenyum bahagia melihat cucunya bertunangan.

Hikuk pikuk tepuk tangan menggema di sana saat keduanya sudah saling menyematkan cincin di jari manisnya. Dewi bahkan berpelukan dengan Ratu dan Angga begitupun juga dengan Edwin, akhirnya mereka bisa berbesanan.

Percy kembali menyisir pandangannya ke seluruh tamu undangan mencari sosok Rindi tetapi tak di temukannya. Ada rasa khawatir dan terluka di hatinya. 'Aku berharap kamu baik-baik saja, Honey.'

Verrel berjalan mendekati Leonna yang sedang berdiri tak jauh darinya, Verrel mengajak Leonna berbicara ke tempat yang sedikit tidak ramai. "De, kamu tidak apa-apakan pulang bersama ayah dan bunda? Kakak ada urusan sama Randa," ujar Verrel membuat Leonna menatapnya.

'Urusan apa malam-malam begini?' batin Leonna sedikit curiga.

"De," panggil Verrel menyentuh pundak Leonna.

"eh?"

"Kamu tidak apa-apakan pulang bareng ayah dan bunda?" Tanya Verrel sekali lagi.

"Iya Kak," Leonna mengangguk kikuk.

"Aku akan bilang nanti ke Ayah dan Bunda, aku mungkin akan pulang larut malam." tambahnya, ada perasaan curiga dan tak rela di hati Leonna.

"Apa akan lewat dari tengah malam?" Tanya Leonna seketika membuat Verrel tersenyum manis. Verrel merasa Leonna mulai mengkhawatirkan dan mencintainya. Dan Verrel berharap itu memang kenyataannya.

"Akan aku usahakan tidak akan lewat tengah malam." ucap Verrel masih memasang senyumannya seraya membelai kepala Leonna membuatnya membalas senyuman Verrel. "aku pergi yah, kamu hati-hati. Dan tidurlah, jangan menungguku." Leonna menganggukan kepalanya.

Cup

Verrel tiba-tiba saja mengecup kening Leonna membuat Leonna mematung di tempatnya. Leonna bahkan menyentuh keningnya sendiri dengan pandangan yang terus terarah ke arah Verrel yang beranjak pergi bersama Randa. Pemandangan itu tak luput dari Michella yang menatap kesal ke arah Leonna.

***

avataravatar
Next chapter