Sekolah mendadak lebih ramai dari biasanya. Kericuhan terjadi saat wanita cantik dengan anggunnya memasuki lingkungan sekolah. Hampir semua siswa keluar dari kelas untuk melihat wajah Sekar. Sementara siswa yang ada di dekatnya menghampiri wanita itu untuk berfoto.
Kelas XII IPS-A salah satu kelas yang ricuh akibat kedatangan Sekar. Mereka keluar dari kelas dan menatap Sekar yang ada di lantai bawah. Beberapa saling dorong agar bisa melihat wajah penyanyi itu dengan jelas.
Mereka mendesah kecewa saat guru guru membubarkan kerumunan. Para siswa berjalan gontai kembali ke kelas. Nia terkikik geli melihat wajah kecewa mereka. Dalam hati ia bangga dengan ketenaran ibunya. Tapi di sisi lain ia sedih karena tidak bisa menyombongkan diri. Orang orang tak kan percaya dia anak Sekar.
"Cantik sekali ya Sekar itu. Padahal bukan remaja lagi," celetuk siswi berambut sebahu. "Aku setuju denganmu Bunga. Ah tapi dia memang masih muda. Kan masih 30 tahun," sahut temannya menanggapi. Telinga Nia langsung fokus mendengar nama Sekar. Ia menggeser duduknya, mendekati mereka. Manik coklatnya pura pura membaca buku padahal tertuju pada tekan temannya.
"Dia memang cantik, tapi banyak rumor buruk tentangnya," kata gadis yang memakai kacamata. Anak anak lain langsung berkerumun di dekatnya. Sementara Nia menajamkan pendengarannya.
Salsa melanjutkan perkataannya. "Ku dengar, dia menjadi simpanan pengusaha kaya. Bukan hanya satu, tapi banyak," ujar Salsa sambil membetulkan kacamatanya. "Oh iya aku pernah dengar rumor itu. Ada juga rumor dia sering open BO. Pantas saja karirnya cepat melambung yah," balas gadis rambut sebahu yang sebelumnya memuji Sekar.
Telinga Nia panas mendengar rumor palsu yang dilontarkan anak anak sekelas. Tangannya yang daritadi memegang buku mengepal kuat. Menimbulkan lecak pada bukunya, bahkan sedikit robek.
Nia berdiri dan memukul kencang mejanya. Sorot matanya menajam, menatap tak suka orang orang yang membicarakan ibunya. Kakinya melangkah cepat lalu tangan panjangnya menjambak rambut Salsa dan Bunga. Sontak semua orang di kelas berteriak. Gadis yang dijambak Nia menjerit kesakitan. Tapi Nia sudah dibutakan amarah, ia yang biasanya diam, mendadak membabi buta.
"Siapa kalian berani menghina Sekar Putri?!" jerit Nia kesal. Tangannya semakin kuat menjambak jika gadis yang ditarik rambutnya melawan.
"A-aku hanya mengatakan rumor yang ku dengar," cicit gadis berkacamata takut. Tubuhnya bergetar merasakan hawa membunuh dari Nia. "Lagian kau siapa sampai semarah itu? Kau anaknya?!" teriak gadis rambut sebahu tak suka.
Teman teman yang lain heran dengan sikap Nia. Mereka melihat sisi lain Nia yang menyeramkan. Laki laki berambut cepak berusaha memisahkan. Ia menarik tangan Nia dari cengkraman dua orang yang Nia jambak dan berhasil. Sekarang mereka sudah bebas dan gantian menarik rambut Nia. Kelas semakin ricuh. Akhirnya mereka memanggil guru untuk menghentikan perkelahian.
"Kalian! Berhenti!" teriak guru yang dibawa salah satu murid XII IPS-A. Nia dan dua orang lainnya pun berhenti. "Ikut bapak ke kantor," perintah Pak Yoga yang pergi ke ruangannya di ikuti tiga siswi itu. Pak Yoga menyuruh mereka bertiga duduk dan mengintrogasi mereka.
"Siapa yang mulai perkelahian?" tanya pak Yoga. Salsa dan Bunga menunjuk Nia. Pak Yoga menghela napasnya. "Kau lagi? Sepertinya kau mau jadi jagoan."
"Aku punya alasan melakukan itu," bela Nia. Ia menatap nyalang orang yang menghina Sekar.
"Alasannya tak jelas pak. Kami hanya sedang bergosip tentang Sekar, penyanyi itu. Eh tiba tiba dia menarik rambut kami. Mungkin dia fans nya Sekar pak," jelas Salsa dan Bunga serempak sambil memegang kepalanya yang sakit. Pak Yoga menatap aneh Nia. Wajar Nia kesal. Tapi apa harus sampai melakukan kekerasan? Terlalu fanatik ternyata tidak baik.
"Jadi itu alasanmu Nia? Mungkin kau tidak suka idolamu dihina. Tapi kamu tidak boleh berkelahi hanya karena itu." Pak Yoga memijat pelipisnya. "Kau akan dihukum. Kamu tidak boleh masuk sekolah selama 2 hari."
"Tapi pak," sergah Nia. Pak Yoga menatap tajam Nia membuat nyali Nia ciut. Ia sebal kenapa hanya ia yang dihukum sementara dua orang ini tidak. Tangannya mengepal kencang hingga kuku menancap pada kulitnya. Ia lalu kembali ke kelas.
Semua teman-teman sekelas menatap Nia saat ia memasuki kelas. Jelas sekali mereka tidak suka dengan tindakan Nia tadi. Tak lama kemudian guru masuk dan mulai pembelajaran. Nia tak memperhatikan guru. Ia menelungkupkan kepalanya ke tangan sampai istirahat.
#
.
.
Bel istirahat berbunyi. Semua orang keluar, berlomba untuk sampai lebih dulu di kantin. Kantin yang tadinya sepi berubah menjadi ramai. Mereka berebut mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Nia berlari sekuat tenaga.
Sesampainya di kantin, ia melihat antrean dimana mana. Ia mengedarkan pandangannya mencari penjual yang masih sepi. Dan ketemu, dengan cepat ia membeli makanan disana sebelum banyak yang mengantre.
Gadis yang menguncir kuda rambutnya itu membawa nampan berisi semangkuk bakso dan es teh. Manik coklatnya mengedar mencari kursi kosong. Hampir semua kursi terisi penuh. Kebanyakan diduduki anggota geng dan tak mungkin Nia tiba tiba duduk disamping mereka. Apalagi tatapan mereka yang sinis saat Nia mendekat.
Hanya ada satu meja untuk dua orang dan sudah terisi satu. Nia membalikkan tubuhnya, hendak kembali ke kelas. Tapi baru beberapa langkah, bahunya ditepuk. Refleks Nia menolehkan kepalanya. Di depannya ada gadis kulit sawo matang, rambutnya hitam sebahu, bibir berbentuk hati, memakai anting emas dan sedikit make up. Gadis itu tersenyum, giginya seperti kelinci tapi tidak mengurangi cantiknya.
"Kamu mau duduk disini kan? Duduk saja," kata gadis itu lembut. Nia menatapnya dari atas sampai bawah. "Inikan gadis yang ku lihat di halaman belakang," ucapnya dalam hati lalu Nia tersenyum tipis. "Terimakasih."
Nia dan gadis rambut sebahu itu makan bersampingan. Hening, mereka sama sama fokus dengan makanan nya. Sesekali Nia melirik gadis itu. Ia ingin bicara, tapi lidahnya kelu.
Gadis di sampingnya tersenyum. "Kamu Nia kan? Aku Tiara." Gadis itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan dibalas oleh Nia. "Kamu mengenalku?" tanya Nia.
Gadis di sampingnya mengangguk. Ia menunjukkan foto anggota paduan suara saat lomba. Ah ternyata dia teman satu ekskulnya. "Ah maaf. Aku tidak mengingatmu. Ternyata kamu anak paduan suara juga. Salam kenal Tiara."
Tiara menopang dagunya dan menatap Nia aneh. Nia agak risih tapi ia menutupinya dengan menghabiskan baksonya. "Beberapa hari yang lalu kamu digosipkan dengan Kevin kan? Tapi aku tidak percaya kamu memalaknya," kata Tiara. Ia menjedela kalimatnya lalu bertanya, "Kamu dekat dengan Kevin yah?"
Nia tersedak mendengar kata dekat dengan Kevin. Bibir tipis Nia yang sudah merah, semakin merah karena tersedak kuah bakso yang pedas. Dengan cepat ia meminum es tehnya. "Rumor apalagi itu? Aku tidak dekat dengannya. Rumor aku memalaknya juga bohong," jelas Nia kesal. Pipi pucat gadis itu memerah entah karena kesal atau malu.
"Baguslah." Senyum Tiara mengembang. "Kalo begitu, sekarang kita berteman," ujarnya riang. Tangannya merangkul pundak Nia. Gadis cantik itu tersenyum. Benarkah akhirnya ia memiliki teman? Hati Nia menghangat, setelah 3 tahun sekolah, akhirnya Nia mendapatkan teman.
Terkadang aku membenci sosok yang disebut ibu. Tapi bukan berarti aku akan diam saat ada yang menghinanya.