1 Chapter 1 : Pertemuan

Ayo Mengajar! merupakan sebuah komunitas daerah yang bikin Azwin kini harus terjebak di sebuah tempat makan yang meja-mejanya udah didesign sedemikiran rupa untuk menyambut anggota baru komunitas ini. Karena acara baru bakal mulai sepuluh menit lagi, semua orang di sini ketawa-ketiwi sambil ngobrol bebas sama orang di sebelahnya.

Azwin masih anggota baru di komunitas ini, jadi dia gak bisa bedain mana anggota yang baru dan mana yang udah lama, kecuali beberapa temen yang juga ikutan komunitas ini,Tanzel dan Kun yang merupakan tetangga Azwin Tio yang menjadi ketua komunitas ini, sama Jhoni yang ngewawancarain Azwin waktu itu.

"Guys!" Tiba-tiba Tio berdiri. "Kenalin gua Tio, gua ketua komunitas Ayo Mengajar, nah supaya cepet langsung aja lah ye pimpinan yang lain kenalin diri dah."

"Gua Tian Wakil ketua komunitas ini."

"Halo gua Sonya , bendahara di Ayo Mengajar!" Kata Sonya sambil tepuk tangan kecil.

"Gua Salsa, sekretaris."

Entah kenapa setelah BPH perkenalan diri, orang-orang pada tepuk tangan, jadi Azwin juga ikutan tepuk tangan.

"Gua Jhoni, Kadiv Logistik transportasi dan Konsumsi. Kalau kalian semua butuh sesuatu, ngomong aja ke gua." Terus alisnya naik-naik.

Semua orang langsung heboh ngelihat Jhoni, kecuali Azwin yang lagi ngelindungin diri dari Aditya dan Iwan—temennya yang juga mengikuti komunitas ini—yang mukul-mukul cowok itu sambil ketawa.

Setelah kehebohan mulai berkurang, seorang cowok berdiri, terus ngenalin dirinya, "Saya Kun, kepala divisi Pendidikan dan Kompetensi."

"Gua Tanzel, kadiv Design publikasi dan branding."

"Halo, gua Dimas, kadiv dari public relation."

"Halo semuanya, gua Yudha, kadiv dari PSDM! "

"Pimpinan kenapa ceweknya cuman dua dah." bisik Aditya. "Tapi sekalinya ada langsung cakep-cakep."

Iwan ngedeketin badannya ke Aditya, "Denger-denger udah punya pacar tau mereka berdua, cakep lagi pacarnya."

Azwin nyesel banget ngambil tempat di antara Aditya dan Iwan, soalnya posisi dia sekarang lagi nyenderin tubuhnya ke senderan kursi dan dengerin kedua temennya ngegosip.

"Yaudah kalau gitu langsung aja, coba kalian semua berdiri." Kata Tio. "Bawa aja tasnya."

"Wah disuruh balik nih bang?" Celetuk salah satu orang.

Tio ketawa, "Kagaklah anjir. Nah kalian menjauh dulu dari tempat duduk kalian." Terus pas seluruh anak-anak menjauh dari tempat duduk termasuk Azwin, Tio ngelanjutin, "Kadivnya sekarang duduk di tempat yang tadi kita diskusiin, nah kalian pasti kenal sama kadiv masing-masingkan, ikutin tempat duduk sesuai divisi ya."

Azwin langsung menghampiri Jhoni dan duduk di salah satu bangku. Tadinya Azwin mau duduk di sebelah Rendra, teman Azwin pas masih asrama di tingkat satu dulu, tapi udah ditempatin sama orang lain.

"Nah udah ngumpul semua kan ya." Jhoni ngeliatin satu persatu anggota divisinya sambil berhitung dalam hati. "Nah udah pas ada lima orang. Gua gak perlu ngenalin diri lagi lah ya, langsung aja coba dong kenalin satu-satu dari ujung."

"Halo semuanya, gua Rendra."

Setelah Rendra duduk, cewek di sebelah Rendra berdiri, "Hai, gua Nia.”

Karena duduk Azwin tepat di sebelah Sinb, dia berdiri, terus nyengir, "Halo gua Azwin. "

"Hai gua Danil."

"Udah semua kan, langsung aja yuk, jadikan minggu depan kita udah mulai acara nih, kebetulan acara kita cuman ke panti asuhan doang dua minggu lagi.. Eh langsung gua bacain timelinenya aja kali ya, biar langsung bisa ditunjuk PJ PJnya, eh sekben dulu juga deh."

Setelah merundingkan PJ PJ dan Sekretaris beserta bendahara divisi selama hampir tiga puluh menit, akhirnya kelar juga.

Nia yang merupakan sekbend baru divisi ngajuin selembar kertas yang tadi dia pakai buat notulensi ke Jhoni.

Didapatkan hasil :

1. PJ kunjungan ke sekolah dan ke desa : Jhoni

2. PJ panti asuhan : Danil

3.PJ ke desa gunung 1 : Azwin

4. PJ ke desa gunung 2 : Rendra

5. Sekben : Nia

"Nah yaudah, gua gak tau sih ini sistemnya abis ngumpul divisi, bakalan ngumpul PJ PJ antar divisi atau kagak." Kata Jhoni.

"Oh ini teh abis ini belum kelar berarti bang? " Tanya Danil.

"Belom, btw ini berarti ada yang angkatan lima tiga sama lima empat ya."

"Iya, yang lima tiga siapa?" Tanya Nia sambil angkat tangan.

Danil angkat tangan.

"Berarti sisanya lima empat ya?" Tanya Jhoni. "Anjir gua lima dua sendiri, berasa tua."

Kemudian semua anggota divisi ketawa. Ngobrol-ngobrol sebentar sampai akhirnya Tio nyuruh para PJ ngumpul sesuai dengan kegiatan yang diPJin.

Azwin kini duduk melingkar dengan empat orang lainnya.

"Ini berarti PJ PJ buat ngajar di gunung ya?" Tanya Tio.

"Iya bang." Jawab salah satu cewek yang duduk di sebelah Azwin. Menurut Azwin cewek di sebelahnya ini kayak gak asing.

"Yaudah kalau gitu, biar saling kenal, kalian bertiga kenalan dong, kalau gua sama Sonya udah pada kenalkan ya?"

"Oke, gua duluan ya. Gua Yumna dari divisi Public relation, salam kenal semuanya."

Oh! Cewek itu.

Azwin langsung flashback.

"Emang anjim ya lu berdua!"

Teriakan seorang cewek sukses membuat Azwin yang lagi makan di warteg bersama temannya memusatkan perhatiannya ke si cewek.

Muka cewek ini asem banget. Sambil menjinjing tas laptop dia masuk ke warteg, nyamperin Rendra dan Juno, temen satu lorong asrama Azwin saat tingkat satu.

"IKUT KERJA KELOMPOK ATAU NAMA NIM LU BERDUA GAK GUA MASUKIN!"

Setelah teriak, cewek itu langsung keluar dari warteg dan menghampiri cewek lainnya yang tengah menunggu di luar seorang diri.

"Anjinglah, si Yumna kok tau kita di sini?!" Kata Juno panik.

"Buruan ege bayar dulu dah, udah gawat nih kalau udah begini."

Mereka buru-buru membayar makanan ke ibu warteg sebelum dorongdorongan keluar warteg karena jalannya yang sempit.

"Win, bang Jun duluan ye!" Kata Juno masih panik. Saking paniknya sampai Juno gak sadar bahwa ada sisa nasi di bawah bibirnya.

"Dah win, bang Jun!" Rendra nepukin pundak Azwin sama Jun.

"Buruan Rendra, si kanjeng nanti ngomel-ngomel lagi."

"Bebeb Yumnaaa, jangan tinggalin kita!"

"Dek, woy kok lu bengong."

Tio nyentil lututnya Azwin membuatnya langsung nyadar. "Oh iya.. Halo gua Azwin, dari divisi Logistik transportasi dan Komsumsi."

"Gua Bunga dari DPB."

"Langsung aja ya, kalau tahun lalukan kita tuh ke sana dua atau tiga kali buat kayak liatin tempatnya gitu sama mastiin transportasinya. Yumna nanti berarti ngehubungin lurah setempatnya dulu, baru nanti kita berlima ke sana. Lu pada ada kendaraankan?" Tanya Tio.

"Gua ada."

"Kagak ada."

Azwin sama Yumna lirik-lirikan pas mereka ngomong barengan.

"Btw bang, gua boleh gak ikut gak? Kan gua cuman ngedokum doang tuh. Tapi pas emang ke desanya gua bakal tetep ikutan, gua tadi udah bilang Bang Tanzel."

"Kenapa emang dek?" Tanya Sonya.

"Mau nyiapin natal kak, dari kampus bakal ada acara gede."

"Oh oke, semangat Bunga, nanti paling kita gantiin buat dokum mah." Kata Tio. "Kira-kira kalian bisa kapan nih? Kan dua minggu lagi kita ngunjungin panti asuhan, terus tiga minggu lagi ke panti asuhan lagi."

"Eh timelinenya mepet banget dah bang kalau dipikir-pikit setau gua kalau emang mau meriksa desa gitu harus kek dari jauh-jauh hari." Kata Yumna.

Azwin diem aja, nyimak. Gak tau kenapa ada rasa takut salah berperilaku gitu di depan Yumna.

"Iya juga, coba nanti besok lu udah mulai chat pak Lurahnya aja ya." Kata Sonya.

"Iya kak, nama desanya apaan btw?"

"Desa sukamaju." Kata Tio. "Setau gua buat ke sana tuh harus melewati sungai juga sih, bakalan harus sering ke sana biar enakeun persiapannya mateng pas hari-h."

"Mulai minggu depan aja kali ya bang ke sananya?"

"Boleh aja sih, tapi lu pastiin dulu, chat pak lurahnya besok."

"Oke bang."

Minggu depan pergi sama Yumna, entah kenapa bikin Azwin degdegan. Bukan degdegan yang berbunga-bunga gitu, tapi lebih ke arah takut.

Jujur aja Yumna ini emang keliatan galak gitu, keliatan dari cara duduknya yang sila meskipun mereka duduk di atas kursi. Ya walaupun posisi duduk gak bisa menilai kepribadian seseorang.

"Nape?!" Tanya Yumna yang sadar bahwa sedari tadi Azwin diem sambil ngeliatin dia.

Azwin langsung menggeleng cepat sambil natap ke arah lain.

#PlaylistOn Oh No - Capone

Anjir beneran galak.

avataravatar
Next chapter