3 Percaya?

"Keenan pernah berkata, aku adalah orang yang paling ia percaya. Begitu juga dengan Keenan. Dia adalah orang yang paling kupercaya. Aku senang bercerita dengan Keenan karena ia selalu tau bagaimana meresponi dan menanganiku yang seringkali kacau ini. Tidak jarang Keenan melihatku menangis, tetapi ia tidak pernah bosan menenangkanku. Aku dan Keenan berjanji untuk saling bercerita satu sama lain. Walaupun masih ada beberapa hal yang tidak kami ceritakan, tetapi Keenan selalu berkata akulah yang paling mengetahui tentang dia dan begitu juga denganku."

~

"LU DAPET DARI MANA BUKU INI?" tanya Wanda yang masih terkejut karen selama ini buku diary nya berada di tangan Peter.

"Emang udah kerjaan gua untuk memilah buku mana yang bisa ditaro di perpustakaan dan mana yang bisa dioper untuk tempat donasi lainnya. Banyak tau buku yang tidak sesuai dengan umur anak-anak di sini. Kemarin sore, pas buku-buku donasinya dateng, gua langsung milah-milah dan gua ketemu buku lu itu. Karena menarik jadi gua bawa pulang deh," jelas Peter.

"ADUHH MAKASIH BANGET LOHH! Lu emang penyelamat gua!" kata Wanda sambil mengambil buku diary nya dari tangan Peter.

"Sama-sama. Itu buku lu yang tulis semua?" tanya Peter.

"Iya. Emang kenapa?" balas Wanda.

"Lu jago nulis juga ya. Bagus banget ceritanya tapi gua penasaran banget sama endingnya. Jadi si karakter 'aku' ini bakal jadian sama Keenan gak sih?" tanya Peter. Wanda langsung ternganga dan matanya membesar mendengar perkataan Peter.

"Lu baca isi buku ini??" tanya Wanda yang sangat terkejut.

"Iya. Gua habisin malah. Karena ceritanya seru aja. Lu jago nulis deh gua suka banget sama karakter 'aku' nya itu tapi gua greget banget kenapa sih dia gak bilang aja sih kalau dia suka sama si Keenan. Lagian Keenan juga agak bingungin, kayak dia mau atau gak sih sebenernya sama si 'aku' ini? Seriusan kalau buku lu udah selesai, gua mau jadi orang pertama yang baca," kata Peter panjang lebar menjelaskan bahwa ia benar-benar sudah membaca seluruh isi diary Wanda. Wanda hanya bisa terdiam. Ia sangat terkejut. Selama ini yang mengetahui perasaannya ini hanyalah Tuhan, dia, dan diary nya. Kini ada orang lain yang mengetahui rahasianya. Ditambah lagi orang lain itu adalah orang yang tak ia kenal.

"Kenapa? Kok diem aja?" tanya Peter membangunkan Wanda dari lamunannya.

"Hah gak apa-apa kok. Gua cuma kaget aja ada yang baca buku ini selain gua soalnya bukunya belum gua selesaiin," jawab Wanda mencoba mencari alasan agar Peter tetap berpikir bahwa buku yang ia baca itu hanya karangan belaka.

"Eh, iya maaf. Tapi tenang aja gua gak akan curi ide lu atau bocorin cerita lu ke siapapun kok. Gua malah tertarik banget sama cerita lu. Nanti kalau udah selesai kabarin gua ya pasti gua beli deh buku lu," balas Peter.

"Iya gak apa-apa, tenang aja. Makasih btw udah dipuji tulisan gua," kata Wanda legah karena kini Peter tidak akan sadar bahwa itu adalah sebuah diary. Handphone Wanda tiba-tiba berdering memotong percakapan Wanda dan Peter. Wanda langsung memeriksa layar handphonenya dan yang tertulis di sana adalah nama Keenan.

"Gua angkat telpon dulu ya," kata Wanda kepada Peter lalu ia berdiri di depan pintu kelas dan mengangkat telpon dari Keenan.

"Wanda, lu ke mana aja sih? Kok gak bales chat gua?" Keenan langsung menyambar Wanda dengan pertanyaan sebelum Wanda mengucapkan sepatah kata pun.

"Sorry-sorry, tadi gua gak sempet buka handphone, Nan. Ini gua di TK Seribu Harapan. Ada apa, Nan?" tanya Wanda.

"Ya, emang tanya kabar aja gak boleh?" jawab Keenan.

"Ya boleh sih. Tapi pasti ada sesuatu kan?" kata Wanda yang bingung karena Keenan tidak biasanya mencarinya seperti itu.

"Bisa ketemuan gak di toko lu secepatnya? Gua mau nawarin job juga nih soalnya," jawab Keenan.

"Kan, bener gua. Oke gua ke toko sekarang deh. See you," balas Wanda yang langsung mengakhiri telponnya.

"Udah mau balik ya?" kata Peter yang ternyata selama ini berdiri di dekat Wanda.

"Ih, lu kok nguping," protes Wanda.

"Lah, siapa yang nguping. Kebetulan aja kedengeran. Udah mau balik?" tanya Peter lagi.

"Iya nih. Gua mau pesen ojek online dulu," jawab Wanda.

"Mau ke daerah mana emangnya?" tanya Peter.

"Ke daerah Kalideres sih," jawab Wanda sambil sibuk mengetik alamatnya di aplikasi ojek online.

"Udah, gak usah pake ojek online. Bareng gua aja. Gua juga mau ke daerah sana," kata Peter.

"Ih, gak usah ah repotin," balas Wanda menolak tawaran Peter.

"Dih, apanya repotin kan searah. Lagian biar kurangin polusi juga tau. Sekalian sebagai ucapan terima kasih karena lu udah bantu gantiin gua ngajar tadi. Udahlah yuk," kata Peter. Wanda pun mengangguk dan berkata, "yaudah deh kalau maksa." Wanda mengikut Peter masuk ke dalam mobilnya dan Wanda pun mengarahkan Peter ke toko bunganya.

-

"Nah, ini tempatnya udah sampe. Terima kasih banget ya. Lu bantuin gua mulu hari ini," kata Wanda sesampainya mereka di toko bunga Wanda.

"Ini toko bunga lu? Bagus juga. Lain kali kalau gua butuh, gua ke sini deh," kata Peter.

"Lu seharian muji gua terus loh. Iya ini toko bunga gua. Udah ya, gua duluan. Bye, thank you very much sekali lagi," balas Wanda yang langsung keluar dari mobil Peter. Baru saja Wanda keluar dan berjalan beberapa langkah, Peter membuka kaca mobilnya dan memanggil Wanda, "Wanda, besok lu ke sekolah jam berapa?"

Wanda berhenti dan membalikkan badannya dan mendekati jendela mobil Peter yang terbuka, "gua gak tau. Gua gak yakin gua akan ngajar lagi atau gak," balas Wanda.

"Kenapa? Padahal anak-anak keliatan suka sama lu loh," tanya Peter.

"Gua tadinya kan ngajar juga gak sengaja. Jadi, gua belum tau ke depannya gua akan ngajar lagi atau gak," jelas Wanda.

"Okelah. Lu pikirin baik-baik dulu ya. Inget, gak semua orang bisa ngajar dan anak-anak butuh pengajar. Apalagi yang kayak lu. Kalau gitu gua duluan ya," balas Peter yang nampaknya masih berharap Wanda akan mengajar kembali di TK Seribu Harapan.

"Siap. Akan gua pikirkan baik-baik. Bye," kata Wanda sambil mundur dan melambaikan tangannya. Setelah Peter menutup kacanya dan pergi, Wanda pun berbalik badan dan masuk ke dalam tokonya.

Wanda terkejut karen saat ia masuk ke dalam tokonya, ia meliht Keenan sedang melipat tangannya di dada.

"Pantes lu gak mau gua ikut. Bales chat aja kagak. Ternyata gitu lu sekarang," kata Keenan kecewa dengan Wanda.

"Maksudnya?" tanya Wanda yang kebingungan dengan perkataan Keenan.

Keenan menghela napas dan berkata,"udah gak cerita-cerita nih ke gua. Udah gak percaya ya?"

avataravatar
Next chapter