webnovel

Perbaikan

***

Riana melangkah dengan ragu ke arah rumah Nana di sebelahnya. padahal biasanya ia tidak seperti ini. langkahnya terasa begitu berat. detak jantung Riana terasa memompa begitu cepat setiap kali ia melangkahkan kaki menuju ke arah pintu rumah Nana. Perasaan mengerubungi Riana, membuatnya lagi lagi berhenti. Riana menatap dengan tatapan ragu dan sendu ke bawah. kedua mata hitamnya menatap sedikit menyipit ke arah bawah. rambut hitam pendek itu bergoyang pelan.

***

Tak

***

Tak

***

....

***

menatap lantai lantai keramik dingin milik Nana di depan. ia sudah sampai. sedikit lagi dan ia akan bertemu dengan Nana lagi. Riana meneguk ludahnya. ia sudah melakukan banyak hal yang jahat kepada Nana. sahabatnya sendiri. Nana sudah tau semuanya sekarang. kali ini Riana pasti akan di bencinya. Riana bisa membayangkan bagaimana wajah Nana saat menatapnya lagi.

"Nana...pasti akan membencinya" gumam Riana lagi lagi ia terhenti ketika memegang gagang pintu itu. bibirnya terasa kaku mengumamkan perkataan yang sama. tangannya terasa gemetar berbaur dengan angin yang bersepoi hangat disana. sangat berbeda dengan suasana hati Riana yang kacau. dirinya merasa begitu dingin. badannya sampai mengigil karena ketakutan dan gugup. ia merasa bersalah, ia merasa takut , semuanya terungkap sekarang.

ia tidak bisa mengelak. entah Nana akan melaporkannya ke polisi atau akan membencinya seumur hidupnya. ia sudah rela. lagipula ia memang begitu jahat dan tidak bisa berpikir lagi saat itu. ia telah merebut keperawanan Nana. ia juga sudah membuat Nana terlibat dalam minuman keras terlarang. ia juga, sudah membuat haru masuk kerumah sakit hingga mengalami lupa ingatan.

"...."

ia memang buruk sekali. Riana merasa kali ini wajahnya benar benar tidak bisa ia ubah lagi. hanya tatapan kesedihan. ia tidak pantas tersenyum setelah melakukan berbagai hal kepada Nana. Riana bisa merasakan dirinya begitu kotor. Nana tidak pernah salah selama ini. Riana sadar setelah ia melakukan semua itu. ia diam di dalam kamar dan mulai memikirkan semuanya. segalanya dari awal bermula hingga saat ini.

Untuk segalanya. dirinya yang salah. dia yang terlalu egois ingin memiliki semuanya. ia terlalu serakah. ia juga terlalu cemburu pada Nana yang dengan sifat cerianya mendapatkan semuanya. padahal ini semua karena dirinya, ia hanyalah gadis yang pendiam dan hanya iri ketika tidak mendapatkan semua itu. ia tidak pandai berinteraksi seperti Nana. ia pendiam, ia tidak mempunyai banyak teman seperti Nana. dan ia hanya mempunyai satu sahabat. dan ia malah menghancurkannya.

***

"Ah dia buruk sekali". Riana bisa merasakan kalau dirinya begitu buruk. ia merasa setiap bagian dirinya terlihat begitu kotor. ia sangat tega melakukan itu. Riana sadar kalau apa yang dia lakukan itu sama seperti manusia pada umumnya. dimana mereka akan melakukan apapun untuk dirinya sendiri. Riana adalah salah satunya. Riana adalah satu dari sekian banyak orang yang merupakan orang biasa itu. Orang biasa yang iri pada orang lain.

dia rela kalau nanti Nana tidak akan menganggapnya sebagai sahabat lagi. segala hal yang telah ia lakukan. ia bahkan tidak pantas di anggap sebagai sahabat. ia terlalu egois. setelah semua ini. ia malah berharap kalau Nana akan memaafkan nya. ia berharap kalau ada kesempatan kedua lagi untuknya. Riana menunduk melihat jemarinya yang hanya diam di tempat. tidak mau bergerak, karena takut. Riana melihat dirinya begitu menyedihkan saat ini. Riana mengarahkan kedua manik matanya menatap sayu ke arah itu. ia tidak tau apa setelah ini ia akan lanjut atau memilih untuk pulang.

ia benar benar sangat pengecut. Riana menertawakan dirinya sendiri. dirinya yang begitu kotor dan sangat kejam ini. mengasihani dirinya sendiri. ia seperti sampah. dirinya tidak berharga. Nana adalah satu satunya sahabat. setelah ingatannya kembali. ia mengingat setiap kebersamaannya dengan Nana. Nana selalu mendekatinya. ia selalu tersenyum dan berusaha yang terbaik untuk Riana. Nana adalah sahabat yang sangat baik. Nana selalu bersamanya, bahkan saat ia terpuruk. ia masih mau mengkhawatirkan Riana. dan ia malah mengabaikan semuanya. bergulat dalam pemikiran sendirian.

Apa ia ...bisa.. memperbaiki semuanya?.

***

Riana membuka ganggang pintunya. melihat ke arah dalam dengan wajahnya itu. melihat dengan kedua manik mata yang canggung dan rambut berwarna hitam pendek itu. Riana belum pernah merasa seperti ini. canggung dan gugup dengan sahabat sendiri. Riana merasa gugup. Riana datang ke arah dalam. melihat Nana yang sedang asyik menonton televisi disana. Riana terdiam, sekali lagi ia menunduk. tatapannya sedikit menyipit sendu.

masih ada waktu. ia bisa memilih pergi atau tidak. ia masih bisa melakukannya lain waktu. Riana memegang lengan kirinya dengan tangan kanannya. Bisa. ia harus melakukannya. Riana berjalan dengan pelan. melangkahkan langkah kaki yang terasa begitu lambat. melihat Nana yang seperti ini rasanya membuat segalanya terulang kembali.

"Na..nana" seru Riana pelan. hampir tidak terdengar. Nana menoleh, ia sadar akan suara itu. wajah Nana tampak terpaku. hanya diam disana. dengan raut terkejut saat melihat Riana di sana. Riana hanya menunduk malu.

"Riana?" katanya lagi bingung. Riana hanya mengangguk pelan. dan kedua matanya dialihkan ke arah samping. dan sekarang semuanya akan dimulai. Entah akan berakhir menyedihkan atau malah sama sekali tidak ada yang terjadi. ia tidak masalah selama ia bisa menebus dosa yang ia lakukan, sedikit saja.

***

kedua sahabat itu tampak canggung. mereka hanya saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Riana sudah tau kalau Nana akan marah padanya. tapi ia tidak siap. Riana mengigit bibirnya pelan. kedua matanya terpejam siap untuk mengeluarkan air mata kapan saja. seluruh tubuhnya gemetaran saat membayangkan apa yang akan Nana katakan padanya.

"Riana. berhenti ketakutan begitu"

Riana membuka matanya spontan. ia melihat ke arah Nana di depannya. Nana hanya tersenyum disana. melebarkan sebuah senyuman manisnya itu. ia menatap ke arah Riana di depannya dengan wajah ceria sedikit canggung. kedua tangannya di tautkan ke arah belakang. Riana tertegun saat melihat itu. Bukannya marah ataupun menunjukkan wajah kesal. Nana malah tersenyum kepadanya. senyuman manis dan tulus seperti biasanya.

"Na..Nana". Riana tidak percaya. kalau ia akan melihat lagi hal seperti ini.

"Riana, aku.. tidak membencimu. aku tau apa yang kau lakukan padaku. semuanya. tapi...berapa kali pun kau melakukannya. aku .. tidak pernah bisa membencimu. aku...masokis ya?" seru Nana di iringi dengan tawanya. Riana terdiam. perkataan Nana yang sama sekali tidak ia sangka. Nana hanya tersenyum kepadanya. tertawa dengan wajahnya seperti biasanya.

Riana merasa sangat bersalah. tanpa sadar lelehan bening menetes perlahan dari pelupuk matanya itu. Nana melihat itu dan malah menjadi bingung. ia mendekati Riana dan mengelus kedua pipi Riana dengan lembut.

"Ada apa Riana... sakit?" tanya Nana dengan lembut dan khawatir. Riana semakin diam. ia melihat ke arah Nana dengan kedua mata sayu. Nana sangat baik. sangat dan sangat baik. Nana seperti malaikat. ia sudah begitu bodoh ingin membuang sahabatnya sendiri.

"Nana... maafkan aku" seru Riana pelan. Nana mendongak. wajah polosnya menatap ke arah Riana. lalu ia perlahan tersenyum manis.

"Tidak apa apa, lagipula kita sahabat, aku sangat menyayangimu!" seru Nana. Riana merasa seluruh hatinya terasa begitu menghangat. Nana terlihat begitu cantik. seperti yang dikatakan haru. ia bahkan masih mau tersenyum untuk dirinya ini. ia masih mau memaafkan dan menerimanya kembali. Riana tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Maafkan...aku"

"Ma-maafkan..a-ku". kata kata itu terasa begitu sulit di ucapkan. kata kata yang terlalu biasa untuk di katakan. untuk segala kebaikan yang diberikan Nana untuk dirinya. tapi, Riana tidak tau apa lagi yang bisa ia katakan. Nana begitu baik. begitu baik untuk dirinya, begitu baik untuk selalu bersamanya.

Nana hanya tersenyum. ia mengelus air mata milik Riana dengan lembut. dan ia hanya tersenyum lembut menatap ke arah Riana. senyuman itu. senyuman yang seharusnya tidak diberikan oleh Riana yang jahat ini. ia begitu jahat untuk sebuah senyuman biasa itu. ia begitu kejam untuk mendapat perhatian dari seseorang seperti Nana.

"memang...kau telah melakukan hal yang buruk kepadaku. tapi..., walaupun begitu. aku sudah berjanji kalau aku akan selalu bersamamu. dan.. bukankah kau adalah sahabatku?-". Nana perlahan menaikkan jari kelingkingnya dan tersenyum sembari mengaitkan antar jari kelingking mereka.

"-The best friend forever?" seru Nana lagi. Riana menatap ke arah jarinya yang kini saling berkaitan. tetesan itu terus mengalir kian deras. melihat Nana yang masih saja mau seperti ini padanya.

"Nana...aku..aku menyayangimu!" seru Riana lantang. ia tidak peduli lagi. ia langsung memeluk Nana. mengeluarkan segala emosi yang terkumpul dalam dirinya. untuk sekali ini saja. ia akan mengatakan segalanya. ia akan lebih terbuka untuk segalanya. untuk saat ini. ia tidak peduli lagi. karena..., Nana akan selalu bersamanya. Nana akan selalu disisinya, bukanlah orang lain. dari dahulu hingga sekarang. mereka selalu bersama. selalu berdampingan.

Untuk pertama kalinya. Riana menangis sejadi jadinya untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya. Riana kini menangis seperti anak kecil di depan Nana dan Nana dengan setia selalu ada di sisinya dengan sebuah senyuman hangat. Riana, meskipun ia mencoba melupakan perasaan itu. tapi perasaan itu tetap ada. perasaan dimana ia selalu khawatir pada Nana. ia akan sedih saat Nana menderita. perasaan yang saling terhubung meksipun ia berusaha keras memisahkan mereka. karena.., Riana dan Nana sudah terhubung dengan sebuah janji kan?. dan janji itulah yang kini saling mengaitkan mereka. dalam suatu ikatan bernama 'Sahabat'.

***

Nana seperti malaikat yang begitu cantik..., begitu baik. dan dia adalah sahabatku satu satunya.

***

Next chapter