21 Dirimu Yang Baru

***

Beberapa bulan pun berlalu.

akhirnya Riana keluar dari penjara.

melihat pemandangan langit yang dirindukannya, matahari nya begitu cerah namun tidak bagi Riana sendiri.

dirinya masih sama seperti dulu.

masih merenungi kesalahannya.

dia harus melindungi Nana, dalam diam. dari kejauhan, untuk menebus segala kesalahannya pada Nana. Riana hanya tersenyum hambar, berjalan seorang diri. tidak ada yang mengenalinya, atau lebih tepatnya tidak ingin mengenalinya.

Riana menerimanya. dirinya yang pelan semakin hancur didalamnya.

***

Seharusnya hari ini Riana melihat Nana dari jauh, dan tiba-tiba sebuah tarikan membuat Riana langsung kehilangan keseimbangan. membawanya menuju ke suatu tempat yang bukan tujuannya.

"Tertangkap" ujar sebuah suara yang dirasa sangat dikenali oleh Riana.

Rahel..?

Riana menoleh, melihat Rahel dengan rambut berwarna cokelat kehitaman dan kedua mata berwarna coklat pekat dengan sebuah cengiran terukir di wajah tampannya itu. Riana hanya menatap datar, merasa kalau orang di depannya ini terlalu banyak gaya dan sok-sokan tersenyum keren. hanya karena ia sudah lepas dari sana. ini salahnya juga telah melibatkan orang yang tidak bersalah. dan lebih sialnya itu adalah 'Rahel'.

"kenapa kau disini?" tanya Riana tidak menyukai kedatangan Rahel didepannya dan baginya hanyalah penganggu.

"setelah kau meninggalkanku, kau sekarang malah memarahiku, hm.. nona jahat?" seru Rahel dengan nada mengejek. ia menatap sembari menaikkan alisnya, Riana bersalah lagi.

Riana menoleh ke arah kiri dengan malas. inilah yang menyebabkan ia tidak mau bertemu dengan Rahel lagi. Rahel itu sangat menyebalkan jika orang lain tau. tapi sayangnya tidak ada yang tau selain Riana. ia sudah melihat Rahel beberapa kali. dan Rahel lambat laun mulai menjadi cerewet dan bicara nya tajam sekali kepada para polisi dan lainnya walaupun sedang di tangkap. membuat Riana menjadi kesal sendiri. padahal awalnya ia kira Rahel itu adalah anak yang pendiam dan cukup tampan.

***

kenyataan memang pahit.

***

"hah, sudahlah. aku tau aku salah oke?. dan ... bagaimana kabarmu?" tanya Riana melihat ke arah bawah hingga ke atas. Rahel tampak baik baik saja.

"baik baik saja, kenapa kau mau lari lagi dariku, kau ketakutan hm..?" goda Rahel menjadi sangat menyebalkan. Riana berhenti menatap datar dan tajam ke arah Rahel sebelum akhirnya ia memilih untuk berbalik saja. daripada harus melihat seorang pria yang kini sedang mengejeknya terang terangan.

"..". Riana hanya diam saja. malas meladeni Rahel. Rahel ikut berjalan di sampingnya. menyamakan langkah mereka. ia melihat ke arah Riana yang tampak jengkel dengan wajah datarnya itu. Rahel terkekeh. tapi Riana masih diam saja. ia melihat ke arah pepohonan dan menarik jemari Rahel.

"...". Rahel sejenak terdiam. terpaku melihat wajah Riana yang tampak begitu cantik menatapnya sejenak itu. dengan wajah datar tapi sederhana yang membuat Riana tampak seperti bunga sakura yang bermekaran.

***

Deg

***

"duduk disana" seru Riana singkat. Rahel terdiam dan mengikuti Riana ke arah kursi itu. Riana duduk di kiri dan Rahel duduk di sebelah kanannya. Riana untuk sejenak hanya diam. perasaan bersalah merambati-nya. ia menunduk dan meremas rok hitam yang melapisi dirinya itu. Riana melihat ke arah bawah. setelah Nana. kini giliran Rahel.

"aku.. memutuskan hubungan ku dengan semuanya-" seperti tau apa yang hendak dikatakan Riana. Rahel hanya mendengarkan dengan kedua tangannya menumpu di kursi dan ia melihat ke arah depan sedikit ke atas membiarkan angin membelai rambutnya yang cukup panjang itu. Rahel masih terlihat tampan meksipun sudah beberapa bulan berlalu sejak saat itu.

"-meskipun nana memilih untuk membebaskan ku. aku tidak bisa, Rahel. kesalahan ku terlalu besar sebagai seorang sahabat. Nana terlalu baik... untuk memaafkan pengkhianat sepertiku.." lanjut Riana lagi. mengingat kenangan masa lalunya yang pahit.

dia sangat bersalah. tidak pantas untuk Nana. bahkan sebagai sahabatnya.

Rahel masih melihat ke arah atas. dan kedua mata coklatnya dengan perlahan di arahkan ke arah samping. melihat Riana yang masih setia disana. duduk dan menunduk. sebagai sosok bersalah.

"aku tau..kau mengawasinya..selama ini...,untuk menebus kesalahan mu.." seru Rahel. menatap Riana yang hanya diam, mungkin Riana sudah seperti stalker yang sangat menjijikkan, mengikuti Nana, dan pada akhirnya malah selalu merepotkan Nana lagi.

Riana bungkam. ia hanya bisa melihat ke arah bawah dengan wajah terkejut. tidak terlalu terlihat. tapi ia benar benar terkejut dengan kenyataan yang telah dikatakan Rahel. Riana merasa dirinya begitu kotor untuk kesekian kalinya.

dia benar benar tidak pantas.

"...!"

Ia terkejut saat Rahel dengan tiba tiba mengarahkan satu tangannya. dengan cepat meraih tangan kanan Riana yang dia mainkan diatas pahanya. Riana tidak sempat melakukan apapun. ketika Rahel dengan cepat menarik tangan Riana yang dia tautkan begitu saja. Riana bisa melihat wajah Rahel dari dekat. tatapan Rahel yang kini menatap-nya tajam. kedua manik mata coklat itu seolah memperhatikan keseluruhan tentang Riana di depannya itu. detak jantung Riana mendadak menjadi kacau saat Rahel melihatnya seperti itu.

"...?, ap..apa yang kau?"

Riana tidak tau apapun. hingga Rahel kini malah menariknya hingga jatuh ke dalam pelukannya dengan begitu saja. Rahel mengarahkan tangannya memeluk punggung Riana perlahan. Riana bisa merasakan detak jantung Rahel yang tenang. Riana tidak tau apa alasan Rahel melakukan ini padanya. tatapan Rahel yang sangat berbeda, mendadak membuat Riana merasakan sebuah perasaan aneh. perasaan yang dulunya pernah ia rasakan dengan haru. dan kini perasaan itu malah dia rasakan kepada Rahel . Pada waktu itu.

***

"hei...apa yang kau lakukan?" tanya Riana. ia merasa nyaman..tapi juga merasa heran dengan tingkah Rahel yang sangat tidak bisa ia tebak ini.

"aku hanya tidak suka kau menyalahkan dirimu sendiri Riana" seru Rahel. Riana memandang ke arah samping. melihat dari celah pelukan satu sisi itu.

"kau sudah melakukan semua yang kau bisa, menurutku sudah cukup.." seru Rahel. semuanya? belum, belum cukup. Riana sudah menyakiti Nana, bahkan dengan memiliki keadaan yang sama dengan Nana, tidak membuat Riana mendapatkan pengampunan. Riana harus menderita, jauh lebih menderita dari Nana. Riana harus lebih menderita.

demi menebus dosanya.

"tidak...Rahel. masih belum, " seru Riana mengeleng pelan. kedua matanya sendu, mengingat setiap perbuatan yang dilakukannya pada Nana. padahal Nana tidaklah bersalah. yang bersalah adalah dirinya, dirinya yang terlalu iri dengan Nana dan tidak melihat apapun.

Dia seperti tokoh Antagonis.

"aku memang bersalah Rahel. semua ini adalah salahku. aku adalah antagonis" seru Riana. kedua tatapannya sedikit men-yendu melihat ke arah kanan. Rahel menyandarkannya di dadanya. Rahel mengeleng lagi. membuat Riana merasa heran. tapi ia tidak bisa melihatnya. Rahel menahannya. menahan posisi tubuh mereka dengan tangan kanannya yang melingkari pinggang Riana.

"aku pantas mendapatkan semuanya" seru Riana seraya tersenyum sendu.

"..."

"kau bukanlah antagonis Riana. sejak awal tidak ada yang namanya karakter antagonis" seru Rahel lagi. Rahel kali ini begitu tenang. tidak seperti biasanya.

"... tidak Rahel.. antagonis itu ada. mereka adalah orang orang jahat. dan akulah orang jahat dalam hal ini" seru Riana lagi. ia menyalahkan dirinya sendiri. ia tidak mau berbohong lagi. sudah cukup selama ini ia berbohong tentang segalanya. ia jahat. Rahel pun tau itu. ia yang malah menjebak Rahel dalam permainannya.

"aku pantas mendapatkannya..", semua yang dilakukannya memang pantas. karena Nana juga mendapatkan semuanya, Riana tidak pantas mendapatkan kebahagiaan miliknya sendiri. karena Riana sudah mencoba mengambil kebahagiaan Nana.

"Riana, sudah cukup.." tolak Rahel lagi. Riana heran padahal tadi dan biasanya ia akan mengejek Riana. menyebutnya sebagai wanita jahat. tapi kali ini Rahel bersikeras dan seperti berusaha untuk menghiburnya. Riana tidak mengerti apa yang hendak di lakukan Rahel kali ini. Riana perlahan meremas dada Rahel yang terlapisi dengan pakaian kaos hitam itu. dadanya terasa begitu sakit. Riana bisa mengingat tentang semua kesalahannya itu dengan jelas.

"aku bersalah Rahel!. kenapa kau jadi seperti ini!" Riana meledak. ia tidak bisa menahannya lagi. Riana berusaha memberontak tapi tidak bisa. seolah Rahel memang sengaja menahannya dalam posisi seperti ini. Riana menatap ke arah bawah. ia jarang menangis. jarang berekspresi dan jarang memiliki perasaan. ia itu sangat introvet.

"aku pantas! aku pantas!" seru Riana yang menyalahkan dirinya sendiri.

***

Tahan Riana. ini di depan Rahel.

***

Tahan. nanti saat sendirian, kau boleh menangis...Maka.. tahanlah.

***

Menangis seperti ini bukanlah caranya. Rahel seperti tau akan segalanya. Riana tertegun saat Rahel malah melepaskan pelukannya itu. dan meraih kedua pipi Riana memegang kulit halus itu dan menghadap sangat dekat dengan wajah Rahel. seolah tau kalau Riana sedang menahan kesedihannya dalam dalam. Riana melihat wajah Rahel yang tampak begitu dekat. kedua matanya yang menatapnya tegas dan tajam. Riana merasa malu seketika saat tau kalau ia berada sangat dekat dengan Rahel.

bagaimanapun Rahel itu adalah laki laki. Riana mengalihkan wajahnya ke arah kiri dengan semburat merah tipis. tapi Rahel masih saja memaksanya. Riana akhirnya hanya bisa membuka matanya perlahan. menatap dengan ragu ke arah Rahel yang ada didepannya. kedua tangannya dimainkan dengan gugup di dada Rahel yang terlapisi kaos.

***

Deg

***

Deg

***

ia tidak tau apa yang sedang Rahel pikirkan. Rahel sangat rumit. ia tidak tau apapun, apa yang akan Rahel lakukan selanjutnya. Riana sama sekali tidak bisa menebaknya. sama seperti saat ini. ia tidak bisa mengetahui maksud dari tindakan Rahel kepadanya. Rahel hanya terus menatapku tajam. kemudian ia mendekati Riana..Riana menutup kedua matanya dengan gugup. Riana bisa merasakan nafas Rahel di wajahnya.

***

Pluk!

***

Riana membuka matanya saat menyadari kalau Rahel ternyata sedang memeluknya. pipinya memerah seketika saat membayangkan kalau Rahel akan menciuminya. Rahel menjatuhkan kepalanya di perempatan leher Riana. menatap ke arah depan. dan kedua tangannya memeluk tubuh kecil Riana. Riana merasa sedikit kesal karena ia begitu saja di permainkan oleh Rahel.

"Rahel!" keluh Riana.

"diam!" Riana terdiam saat mendengar perkataan Rahel. ia bungkam.

"Ra..Rahel" cicit Riana pelan.

"maaf, aku gak bermaksud" .Rahel perlahan melonggarkan pelukannya. Riana menjadi mendapatkan ide jahil. ia pura pura ngambek, kesal dan membuat Rahel langsung melepaskannya dam memandangnya dengan khawatir. Riana perlahan mendongak dari posisi awal menunduk-nya dan langsung tersenyum ceria menatap ke arah Rahel .

"haha!. kau tertipu!" tawa Riana lepas. rahel seketika terdiam saat melihat wajah Riana yang tampak manis saat tersenyum. ekspresi Riana yang sangat jarang. Rahel perlahan tersenyum juga, ia mencubit kedua pipi Riana spontan.

"kau nakal ya!" seru Rahel. yang dijawab dengan ketawa Riana yang manis.

"haha". Rahel tersenyum. Riana juga, ia tidak pernah merasa seperti ini. rasanya seperti semua masalah nya hilang.

"Aku suka saat kau tersenyum seperti ini Riana" kata Rahel. Riana terdiam.

"Ra.."

"kau bukanlah antagonis Riana. kau itu manis bagiku. dan aku senang kalau kau mulai berpikiran seperti itu" seru Rahel diiringi dengan sebuah senyuman yang langka. Riana terdiam. ia merasa seluruh bebannya terasa memudar hanya karena perkataan Rahel dan sebuah senyuman itu. Riana seperti ikut tersihir dan perlahan tersenyum.

"Riana. kau juga harus bahagia ya?"

Dirinya bahagia?

tidak pernah sekalipun Riana mencoba untuk berpikiran seperti itu.

mungkin Riana akan mencobanya. dirinya juga harus diperhatikan kan-?

"Apa aku pantas Rahel, aku ini sangat menjijikan loh?" seru Riana terkekeh, menertawakan dirinya sendiri.

Rahel mengelus pelan pipi Riana. mengusapnya pelan, rambut hitam yang membuat Riana begitu manis.

"Aku menerimanya Riana, mungkin kau memang Menjijikan, namun tidak semua orang menginginkan itu, semua orang juga menginginkan kebahagiaannya..," seru Rahel lagi. Riana tidak mengerti, seharusnya Rahel membencinya sama seperti yang lainnya membencinya.

"kau tidak membenciku?" seru Riana dengan kedua mata hitamnya yang kosong, dengan wajahnya yang sendu.

Rahel menggeleng, Riana sudah cukup mendapatkan pembalasannya.

Riana sudah cukup menghancurkan dirinya, lagipula melihat Riana yang seperti ini membuat Rahel tidak bisa membencinya, Riana terlihat seperti seorang perempuan yang rapuh dan membutuhkan seseorang disampingnya dan Riana hanyalah sendirian.

Rahel tidak bisa mengabaikannya.

"Aku tidak bisa mengabaikan seorang antagonis yang terlihat menderita, kau tau. Kau adalah antagonis yang baik.." seru Rahel. mengusap kedua mata Riana yang mulai berair, oleh semua rasa kesalahannya dan Rahel yang pada akhirnya dapat menemukannya.

Menariknya dari penghancuran dirinya yang selalu sepi dan tanpa perasaan.

"Kau harus menerima dirimu Riana, kau Mungkin jahat. namun jangan sakiti diri mu Riana.., dirimu juga butuh sedikit kebahagiaan, Ya Riana..?" kata Rahel dengan lembut, menatap dirinya.

Dirinya. benar, Riana hanya memikirkan kesalahannya dan malah berakhir menghancurkan dirinya, Padahal Riana juga membutuhkan kebahagiaan yang membuat Riana melakukan kesalahan, yang membuat Riana mencarinya.

Apakah Riana pantas-?

"Apa aku pantas Rahel, aku terlalu tidak pantas untuk semuanya.." seru Riana meragukan dirinya sendiri, selalu seperti ini, Rahel meraih kedua pipinya dan mengarahkannya pada wajahnya, Rahel yang kini benar-benar menatapnya.

"Pantas Riana, kau harus mencari kebahagiaan mu sendiri, Ya?" seru Rahel memiringkan wajahnya tersenyum.

Riana mengusap air matanya, Rahel yang tidak bisa mengabaikannya, dan memilih untuk memperhatikannya.

Riana rasa sudah cukup.

Dirinya sudah terlalu hancur, Riana harus memperbaiki dirinya sendiri..kan?

"betul juga, terimakasih Rahel, karena sudah menarikku dari sana.." seru Riana sembari tersenyum tipis pada Rahel.

Kali ini dengan perasaan.

Dirinya yang baru. Riana memang jahat. ia memang kejam. melakukan segala hal yang begitu menyakitkan. tapi itu adalah kejadian masa lalu. karena kini, memang sedikit menyebalkan mengakui hal ini. tapi ini semua karena Rahel. Rahel yang mendorongnya, Rahel ingin melihat dirinya yang seperti ini. dirinya yang baru pada hari ini. dirinya yang jauh lebih menghargai setelah semua kejadian yang telah terjadi. diiringi dengan bunga sakura yang bermekaran dan musim semi yang perlahan datang.

***

"Bagaimana kalau kita mulai dengan berteman?" tanya Riana saat perjalanan pulang menuju rumah.

"berteman?. dengan gadis jahat?" ejek Rahel dengan seringai jahil.

"kau ini. sudahlah kalau gak mau" kesal Riana. ia tidak suka dipermainkan.

"ya ya mau deh. jangan marah ya!" seru Rahel. perlahan mengarahkan tangan nya ke arah samping menyentuh tangan kiri Riana saat berjalan.

"...ya.. terserah" seru Riana terdiam. dengan detak jantung semakin cepat dan mereka menautkan tangan mereka pada hari itu. hari dimana semuanya bermulai kembali. Riana yang baru.

***

avataravatar
Next chapter